Bandar Lampung, BP
Ratusan murid SMKN 3 Bandar Lampung yang terletak di Jalan Cut Mutia, Telukbetung, Kamis (26/9/2019) berunjuk rasa menuntut mundur Kepala Sekolah (kepsek) Suniyar, yang dianggap tidak bertanggungjawab atas sejumlah ketersediaan fasilitas, sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar mengajar di sekolah tersebut. Bahkan, mereka yang berdemo pun dihadapkan dengan kekerasan fisik serta intimidasi yang dilakukan sejumlah oknum guru.
Sejumlah persoalan yang ada di SMKN 3 Bandar Lampung tersebut memicu aksi unjuk rasa para siswa/i di sekolah itu. Diantaranya, pembayaran komite dan uang pembangunan yang tinggi tidak sesuai dengan fasilitas yang dijanjikan dan diberikan pihak sekolah. Iuran masuk kelas biasa sebesar Rp4.250.000 dan SPP per bulan sebesar Rp325.000, sedangkan untuk kelas model iuran masuk sebesar Rp5.250.000 dan SPP per bulan sebesar Rp475.000.
Uang pembangunan yang tinggi menyebabkan banyak siswa/i yang tidak mempunyai ruang kelas sehingga mereka dikumpulkan dalam satu aula yang berisi 3 kelas. Para siswa/I pun jarang praktek karena tidak ada alat dan bahan praktek.
Untuk jurusan kecantikan, dikatakan para siswi, ruangannya tidak sesuai kebutuhan, peralatan banyak yang rusak dan alat kosmetik kadaluarsa. “Alat kosmetik yang tidak kadaluarsa disimpan tidak boleh digunakan, sementara yang kadaluarsa dikeluarkan untuk kami gunakan praktek,” ujar salah seorang siswi yang menjadi korban dari hairtonik yang kadaluarsa.
Bahkan para siswi di Kelas Kecantikan ini, harus membeli sendiri alat – alat kosmetik untuk praktek, tidak disediakan dari sekolah. Mereka juga harus susah payah turun naik, dari lantai dua ke lantai bawah untuk mengambil air lantaran air di lantai atas sudah lama tidak mengalir. Tidak tersedianya air bersih yang cukup untuk keperluan WC, sehingga untuk beribadah sholat pun siswa/i terpaksa pulang ke rumah.
Di ruang Kelas Boga, para siswi harus belajar di ruang praktek. Padahal, semestinya ruang belajar dan ruang praktek itu berbeda. Tetapi mereka harus belajar bersama dengan beberapa oven besar di ruang tersebut. Sejumlah kegiatan ekskul pun ditiadakan lantaran persoalan dana.
Begitu juga di Kelas Wisata, kunjungan yang dilakukan mengharuskan murid mengeluarkan biaya sendiri. Sama dengan di kelas praktek seperti Kecantikan dan Boga, alat yang diperlukan juga keluar dari kocek walimurid.
Menurut sumber di sekolah itu, tidak ada rapat bulanan yang dilakukan oleh Dewan Guru, dan sejumlah wakil kepala sekolah pun diganti tanpa melalui musyawarah. “Selama 2 tahun guru tidak dapat seragam batik dan training olahraga. Begitu juga murid diminta uang untuk pembelian seragam batik,” kata sumber ini.
Sementara, sikap arogan pun dipertontonkan oleh oknum guru pria berinisial Hen kepada siswa dengan menendang kaki siswa yang turut berdemo. Sejumlah siswi pun mengaku melihat oknum guru tersebut bersikap kasar terhadap siswi lainnya.
Situasi yang makin memanas dan tidak ada kejelasan menyebabkan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung Sulpakar turun ke SMKN 3 Bandar Lampung. Dikonfirmasi usai melakukan rapat dengan para Dewan Guru setempat, Sulpakar mengakui ada persoalan di SMKN 3 Bandar Lampung, tetapi persoalan ini harus disikapi secara positif.
“Saya akui ada persoalan, tetapi harus disikapi positif, karena ini adalah proses untuk memajukan dunia pendidikan kita, ini juga proses pembangunan dunia pendidikan kita. Jika ada persoalan berkaitan dengan kepegawaian maka harus melalui mekanisme kepegawaian. Yang jelas, jangan sampai murid jadi korban,” ujar Sulpakar.
Saat Bongkar Post menyinggung soal adanya tindak kekerasan yang dilakukan seorang oknum guru kepada siswa yang berunjuk rasa, Sulpakar sempat membantahnya dan menuding wartawan untuk mencari berita yang benar. “Jangan mengada ngada, tidak ada yang seperti itu,” ujarnya dengan nada tinggi.
Namun tak lama, setelah memberikan statement kepada wartawan, Sulpakar beralih ke segerombolan murid yang salah satunya menjadi korban tindak kekerasan oknum guru tersebut. Sulpakar pun mencoba mendamaikannya.
Terpisah, Suniyar Kepala Sekolah SMKN 3 Bandar Lampung, ditemui Bongkar Post, yang saat itu tengah berada di Ruang Kecantikan, yang terasa sejuk lantaran ber-AC mengatakan, mengatakan bahwa pihaknya memang belum bisa mengcover semua kebutuhan praktek siswa/i lantaran terkendala dana BOSDA yang belum turun. Sementara, Rapat Komite pun baru dilaksanakan pada bulan September ini.
“Sementara kebutuhan anak-anak sudah banyak, dari Juli Agustus September, kita subsidi silang, mana uang yang ada kita subsidi silang, jadi untuk mengcover semua praktek dari semua jurusan baru dimulai ini,” jelasnya.
Berkilah bahwa persoalan ini bukan tanggungjawab dia sepenuhnya, ia pun mengaku ada Komite Sekolah juga dalam munculnya persoalan ini. Ia pun mengungkap bahwa ada provokator dalam mencuatnya persoalan ini.
“Pak Kadis yang bisa menjawab, Pak Kadis tahu semua isi di dalam sini. Semua saya serahkan ke beliau (Kadis Sulpakar, red). Saya siap apapun yang menjadi keputusan beliau,” tandas wanita berhijab ini.
Soal adanya kekerasan, meski di awalnya Suniyar sempat membantah terjadi kekerasan di sekolahnya, akhirnya ia pun mengaku ada tindakan yang dilakukan oknum guru tersebut.
“Ohh…Pak Hendro nyuruh anak – anak itu masuk, tapi kalau sampai tersungkur itu gak mungkin lah,” bantahnya. (tk)