Bandar Lampung, BP
Di tengah gejolak mahasiswa berunjuk rasa menolak RUU KUHP dan sejumlah RUU lainnya, hingga menyebabkan mahasiswa menjadi martir demokrasi. Di Lampung, seorang mahasiswa malah tewas akibat kekerasan dari seniornya, di salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam, Cakrawala di FISIP Unila.
Aga Trias Tahta, meregang nyawa saat mengikuti Pendidikan dan Latihan Dasar UKM Cakrawala, di Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, selama lima hari. Mahasiswa Angkatan 2019 ini, Minggu (29/9/2019), harus pulang tanpa nyawa. Sementara rekannya, Frans dirawat di RS Bintang Amin, di bilangan Rajabasa.
Berdasarkan keterangan orangtua korban yang dirawat, anaknya mengalami kekerasan fisik yang dilakukan oleh para senior di UKM Cakrawala.
“Kalau ada teman disiksa, kita harus bantuin dia, kalau kita bantuin ya kita dipukulin juga, ditendang juga,” ujar korban, sembari menahan sakit pada uluhati dan mulutnya yang bengkak.
Diceritakannya, pemukulan dilakukan oleh para senior UKM Cakrawala lebih banyak dengan cara menampar, meninju dan menendang. “Kalau ninju jarang, tapi banyakan menampar, tamparannya kuat, udah kaya ninju, sakit tamparannya. Perlakuannya semua sama termasuk kepada mahasiswi juga,” tuturnya.
Ia mengaku, sampai saat ini masih mengalami sakit pada bagian ulu hati akibat tendangan dari seniornya di bagian dada, dan mengalami luka memar di sekujur badan dan kakinya.
Menurut orangtua korban, dari pihak Unila sudah menemuinya dan siap bertanggungjawab atas biaya perawatan korban. Namun begitu, orangtua korban tidak menerima atas perlakuan terhadap anaknya itu, dan melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian.
Sayangnya, sampai berita ini diturunkan belum ada penjelasan pasti dari pihak Unila terkait dugaan kekerasan di Kampus Hijau tersebut. Dekan Fisip Unila, Syarif Mahkya, saat dikonfirmasi membenarkan informasi tersebut, tetapi tampaknya dia belum berani memberikan keterangan secara rinci penyebab terjadinya peristiwa tersebut. “Saya lagi di rumah duka (almarhum),” katanya, Senin (30/9/2019).
Begitu pula Humas Unila, Badrul, belum mengeluarkan pernyataan untuk menanggapi persoalan ini. Dikatakan Badrul, bahwa persoalan ini masih hendak dicari kejelasan pastinya oleh pihak FISIP Unila terhadap mahasiswa yang tergabung di UKM Cakrawala terutama senior yang ikut pada Diklatsar di Pesawaran tersebut. “Ada pertemuan jam 1 siang di FISIP di Cakrawala,” ujar Badrul.
Sementara, Ferdi selaku jurubicara Cakrawala sekaligus IKA Fisip Unila mengatakan, terkait meninggalnya Aga Trias Tahta, lantaran kelelahan saat mengikuti kegiatan. “Proses disana kan ada cek fisik dan segala macam, jadi kelelahan dan tadi dapat kabar dari keluarganya, sebelumnya memang dia ikut demo waktu di DPRD itu,” kata Ferdi via telpon.
Menurut Ferdi, Aga Trias Tahta (alm) sempat terjatuh di jalan pada Minggu (29/9/2019) sekitar pukul 10.00 Wib, dan diberikan pertolongan pertama oleh seniornya yang kemudian ditolong warga setempat yang sedang mencari daun dengan menggunakan sepeda motor.
“Aga dibawa motor dengan perjalanan 15 menit, sampai di perkampungan warga, lalu diberi pertolongan oleh warga sembari mencari kendaraan mobil untuk dibawa ke rumah sakit, dan dibawa ke RS Bumiwaras. Dan di perjalanan, yang bersangkutan meninggal,” paparnya.
Sementara, adanya kekerasan fisik kepada 13 mahasiswa FISIP yang ikut Pendidikan Dasar UKM Cakrawala, Ferdi menampiknya. Ia menyatakan bahwa pendidikan di Mapala dimanapun itu sama, misal push up dan lainnya. “Tapi untuk pemukulan tentu tidak ada, dan semua Mapala di Indonesia standarnya sama,” kilah Ferdi. (eko/tk)