Bandar Lampung (Bongkarpost)- Anggota Rumah Pangan Kita (RPK) mengantre dari sehabis sahur demi mendapatkan pembelian gula pasir yang dijatah 350 kg, bahkan ada beberapa orang yang sengaja datang menjelang tengah malam berharap bisa mendapat nomor urut antrean lebih awal.
Ternyata ketika kembali ke Bulog seusai subuh dia malah hampir tidak kebagian nomor antrean.
Sementara itu, Sugito(43) mengeluh buruknya sistem pengantrean yang diterapkan Bulog. Warung RPK nya ditolak cuma karena namanya mirip dengan warung yang sudah tercatat daftar tunggu oleh satpam Bulog. Padahal, alamat dan pemilik warung berbeda.
“Saya mewakili keponakan karena anaknya sedang sakit. Masa saya tidak diberi nomor antrean gegara nama warung sama. Padahal kan alamat dan nama pemilik berbeda. Kemudian adik saya dipaksa hadir oleh satpam. Masa iya anak sakit ditinggal cuma mau ambil nomor antrean. Begini amat kebijakan Bulog,” ketusnya.
Berbeda dengan anggota RPK yang bersusah payah mengantre, pada Senin 27 April seorang pria berpakaian seragam Aparatur Sipil Negara (ASN) tanpa mengantre tiba -tiba masuk dari rungan lain ke ruangan administerasi RPK melakukan pemesanan gula dengan jumlah melebihi jatah RPK lainnya.
“Berapa 6 juta ya?” ujar pria itu sambil mengeluarkan uang ratusan ribu yang masih terlipat. (Red)