Pojokan Bongkar
Hasil survey Litbang Kompas paska debat capres terakhir, kriterianya publik menilai kemampuan ketiga capres menjawab pertanyaan dengan lancar dan jelas, penguasaan masalah, serta penampilan kandidat di atas panggung. Penampilan pakaian, sikap, dan ekspresi yang ditunjukkan setiap capres juga masuk dalam penilaian publik.
Hasilnya, Anies Baswedan mendapatkan skor 7,5 dalam hal menjawab pertanyaan, 7,4 dalam penguasaan topik, dan 7,9 dalam penampilan di atas panggung. Rata-rata skor Anies dalam debat Pilpres 2024 kelima adalah 7,6. Artinya Anies ada peningkatan dari debat sebelumnya dengan skor 7,5.
Sementara itu, responden memberi Prabowo Subianto skor 7,0 dalam hal menjawab pertanyaan, 7,0 dalam penguasaan topik, dan 7,4 dalam penampilan di atas panggung. Skor rata-rata Prabowo dalam debat kali ini adalah 7,1. Ada peningkatan dari sebelumnya 7,0.
Ganjar Pranowo diberi skor 7,3 untuk kemampuan menjawab pertanyaan, 7,4 untuk penguasaan topik, dan 7,4 untuk penampilan di atas panggung debat. Publik memberi Ganjar skor rata-rata 7,3. Sedikit menurun dari skor sebelumnya, yaitu 7,5.
Namun, itu masih berkutat pada angka-angka dari hasil survey dengan kriteria tertentu dan responden terbatas. Banyak lembaga survey, namun hasil Kompas akan jadi rujukan redaksi Pojokan Bongkar dalam membahas obrolan seputar Debat Capres Kelima beberapa hari lalu.
Banyak opini dan tanggapan beragam berkembang di masyarakat. Misal, ada yang mengatakan Anies Cerdas, Prabowo Tulus, Ganjar Angkuh. Pendapat lain bahwa debat terakhir berlangsung elegan dan elaboratif. Tanggapan senada bermunculan dari para audiens yang hadir bahwa debat adem, penuh persahabatan. Tentu berbeda pula dengan pendapat para partisan dan pendukung loyal dari masing-masing paslon.
Pendukung fanatis tidak akan menghiraukan pendapat yang berseberangan dengan kelompok mereka. Itu pasti.
Tapi ingat, bukan hanya pemilihan presiden RI, ada 5 surat suara yang akan dicoblos dan butuh waktu cukup lama di dalam bilik TPS bagi tiap konstituen dalam melaksanakan hak pilihnya. Butuh waktu berapa lama? Itu akan menjadi catatan tersendiri.
Saat ini, suasana ketegangan semakin terasa jelang 14 Pebruari 2024 (H-6), baik para pendukung tiap capres-cawapres, para caleg dari pusat sampai daerah, calon senator DPD, harap cemas dan makin kerap blusukan jelang masa tenang 11-13 Pebruari.
Aparat penegak hukum makin siap dan fokus dengan protap pengamanannya, penyelenggara pemilu sibuk on schedul menjalankan tahapan pemilunya. Bawaslu, dan panwaslu sampai struktur KPPS telah dipilih, dilantik, dan dikukuhkan serentak. Tak terhitung jumlah media massa sebagai salah satu “pilar demokrasi” selalu aktif memantau, menyiarkan dan tetap stay di posisi penting dari segi pemberitaan (online, cetak, elektronik, dan sebagainya).
Komisi Pemilihan Umum (KPU) melaporkan jumlah tempat pemungutan suara (TPS) untuk Pemilu 2024 sebanyak 823.220 titik. Di Provinsi Lampung sendiri terdapat 25.825 titik lokasi TPS dan merupakan yang terbanyak ke-9 diseluruh Indonesia.
Euforia Politik
Publik sudah mengetahui sejak awal bagaimana proses / tahapan pencalonan, sampai terbentuknya koalisi, dinamika politik terjadi yang menghasilkan 3 paslon capres-cawapres 01 (Anies-Imin), 02 (Prabowo-Gibran), dan 03 (Ganjar-Mahfudz). Sebagian proses itu sarat “drama” dan kontroversi.
Prabowo Subianto
Prabowo dengan rekam jejak seorang militer yang terlahir di era Orde Baru, sempat di cap sebagai pelanggar HAM, pebisnis, politisi, tokoh paling terkenal dan populer, bahkan pernah berkompetisi sebagai cawapres era Megawati-PDIP, naik level sebagai Capres “oposisi”, kalah, kemudian dirangkul masuk ke dalam kabinet sebagai menteri Pertahanan era Presiden Jokowi.
Kini, Prabowo Subianto Capres dengan dukungan partai-partai besar (Partai Gerindra sebagai coalition leader), relawan, tim kampanya, dan partisan.
Media di luar negeri (AS dan Inggris) bahkan menyoroti “lebih tajam dan kritis” terhadap tokoh satu ini. Namun tak etis dibahas di sini. Belum lagi kontroversi “cawe-cawe” Jokowi yang ditengarai memiliki andil besar dalam “meloloskan” Gibran melalui proses singkat keputusan MK yang “dramatis”.
Kerja keras Koalisi, relawan, dan TKN – TKD membuahkan claim yang luar biasa dan penuh percaya diri dan semangat, bahkan menggebu-gebu, satu kata optimis 1000% Paslon 02 menang 1 putaran. Apa pun alasannya, mari kita hargai optimisme tersebut.
Anies Baswedan
Yang menonjol dari sosok politisi ini adalah intelek karena berbasiskan akademis baik aspek story maupun history dalam rekam jejaknya.
Terlahir dari keluarga akademisi, puncak karir akademiknya sebagai Rektor Universitas Paramadina, dan terakhir Gubernur DKI Jakarta.
Dahulu sempat “akrab” dengan Prabowo, namun kini jadi pesaing utama dalam Pemilu 2024. Diusung Partai Nasdem yang “digadang” sebagai oposisi terhadap status quo walaupun beberapa kadernya menjadi menteri di kabinet Presiden Jokowi. Bahkan tokoh politik Jusuf Kalla pun merapat ke kubu Anies.
Singkat cerita, Pasangan Anies-Muhaimin diibaratkan paslon sepadan, ibarat tutup dengan botolnya, dan dianggap “Kuda Hitam” seperti halnya pilpres era SBY vs Megawati terdahulu. SBY yang tak diperhitungkan dan catatan di atas kertas “bakal kalah” melawan presidennya sendiri. Disaat-saat terakhir, dititik krusial jelang Pilpres, dia mampu membalikkan keadaan akibat black campaign dari kubu Megawati. Berkah dari sebuah blunder kubu lawan. Alhasil mendapat simpatik publik yang luar biasa.
Apakah paslon 01 (AMIN) memiliki potensi yang sama dari peristiwa itu? Bisa saja. Sejalan dengan kampanye politik santunnya, slow, low profil, tak banyak euforia dan ekspos berlebihan. Didukung beberapa partai menengah seperti PKS dan PKB, dominan menerapkan strategi “silent” dan door to door. Geliat kampanye road show kampus to kampus makin menunjukkan eksistensinya sebagai paslon yang didukung elemen kampus (kaum intelektual).
Ganjar Pranowo
Isu awalnya “cukup tragis”. Diistilahkan sebagai “petugas partainya” PDIP, perannya yang kurang menonjol sebagai kader PDIP bahkan lebih ekstrim dicap sebagian orang sebagai “bonekanya” Megawati. Mahfudz MD sebagai pilihan cawapres diharapkan mampu menetralisir isu tersebut. Anggaplah sebagai penyeimbang untuk menaikkan rating dan simpatik rakyat.
Ganjar kader PDIP yang berlatar belakang Gubernur Jawa Tengah juga didukung koalisi yang mumpuni, struktur dan jumah relawan terbanyak, serta dukungan basis massa besar PDIP di sejumlah daerah. Terbantu faktor ketokohan dan senioritas Megawati Soekarnoputri sebagai Ketum PDIP dengan idiologi Marhaen – Soekarnois.
Namun, publik banyak mengetahui ada “cacat” dari rekam jejaknya sebagai Gubernur Jateng, salah satunya kasus Waduk Wadas. Terjadi pelanggaran HAM di sana.
Semua paslon capres-cawapres sudah melakukan roadshow, mapping, keliling seluruh Indonesia bertemu dengan rakyat untuk menyapa, berdialog dan memaparkan program serta visi-misi “berharap” dukungan dan pilihannya pada 14 Pebruari yang tinggal menghitung hari.
Adu strategi, adu taktik, adu argumen dalam debat di televisi maupun dialog yang digelar di banyak tempat sudah dilaksanakan. Persaingan dan perseteruan bahkan telah mencapai titik ekstrim. Saling jegal di lapangan, black campaign di medsos, saling serang di semua lini pemberitaan. Itulah peristiwa yang mewarnai keseharian rakyat.
Dalam debat terakhir capres jelas kubu Prabowo menerapkan strategi jitu untuk menarik simpati rakyat. Biasanya emosional dan sedikit reaktif bila dikritik, tetiba “bersikap tulus” dan adem menghadapi 2 pesaingnya. Kontan sikap yang ditunjukkan ini menaikkan rating dan polling walau belum mencapai 50% an.
Anies tetap konsisten dengan gaya smart dan programatiknya. Ganjar lebih mengedepankan sikap kritis bahkan tendensius. Apa pun alasannya, hasil polling menunjukkan angka-angka atau prosentase signifikan sebagai bukti dari respon publik terhadap gestur dan style para capres tersebut.
Senjata terakhir pada tanggal 10 Pebruari 2024, adalah jadwal Rapat Akbar (Vergadering) ke 3 paslon capres-cawapres di 3 lokasi berbeda (GBK, JIS dan Jawa Tengah). Pasti meriah, heroik, gegap gempita, penuh kegembiraan, bertabur para “bintang” dan tokoh. Serta disiarkan secara live di semua televisi.
Apa pun akan dilakukan para timses agar euforia politik ini tetap terjaga demi menjaga asa para paslon ini.
“Masih mungkinkah Pemilu 2024 akan berlangsung 1 putaran?”
Wallahua’lam bissawab…
Hanya rakyat yang bisa menjawabnya di balik bilik TPS. (Redaksi)