MISS TRUFI LAGI! – Trufi Murdiani bareng peserta usai pemaparan sesi Santiaji, 19 Oktober lalu. | Muzzamil
BANDARLAMPUNG, BONGKARPOST.CO.ID — Dalam lanjutan presentasinyi saat turut menarasumberi sesi keenam hari kedua, taja Santiaji Jurnalistik dan Kehumasan Bongkar Post Group 2025 tema “Perkuat Citra Positif Institusi Bisnis dan Institusi Pemerintahan Melalui Pilar Jurnalistik dan Kehumasan Di Era Digital 5.0” di Ballroom Hotel Horison Lampung, Jl Kartini 88 Tanjungkarang, Bandarlampung, Minggu (19/10/2025) lalu.
Dosen cum Kepala Program Studi (Prodi) Bisnis Digital Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya, Trufi Murdiani, S.T. M.A., yang dipandu oleh Davit Kurniawan, menguraikan pula kontekstualitas eksistensi insan pranata humas atau pranata kehumasan baik Humas Pemerintah dan Humas Swasta hari ini.
Juga, fenomena digitalisasi kehumasan, peran humas digital, praktik jurnalis digital era kini, fungsionalisasi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) sebagai tools kehumasan, etika komunikasi massa digital, dan tren komunikasi massa 5.0.
Berbicara Humas di persimpangan jalan, Trufi Murdiani menggarisbawahi pesan, sesuai dinamika tuntutan zaman, kini Humas tidak lagi hanya menjadi juru bicara, tetapi juga menjadi penjaga narasi.
“Era digital Society 5.0 menempatkan manusia dan teknologi dalam harmoni. Technology that serves humanity,” lugas veteran aktivis pers kampus dan wartawati yang kini karib disapa Miss Trufi ini.
Humas, sigi Trufi, notabene kini berdiri di persimpangan tiga arus besar. Apa saja?
“Pertama, teknologi digital dan AI dalam hal kecepatan dan data-driven. Lalu humanisme komunikasi misalnya saja yang terkait empati, kepercayaan, dan nilai. Ketiga, media baru dan citizen journalism (jurnalisme warga) dimana setiap orang bisa menjadi (produsen informasi atau) pembuat berita.”
Digitalisasi Kehumasan
Kemudian, terkait digitalisasi kehumasan yang kini terus tak terelakkan, Trufi termasuk yang menginjeksi agar insan Humas mulai mentransformasikan agregat fungsi humas yang melekat pada mereka, dari sekadar ‘press release’ menjadi ‘storytelling digital.’
“Digital PR bukan lagi tentang rilis berita, tetapi tentang membangun percakapan dan kepercayaan,” lugas Juara 2 Nasional Lomba Penulisan ‘Krakatau’ dan Juara 1 Nasional Honda Writing Competition ini menginjeksi.
Pemenang Hibah Pengabdian Masyarakat dan 2nd Best Paper ICONBIT (International Conference on Digital Business Innovation and Technology Management) 2024 lalu itu menekankan pula perlu dan pentingnya lima poin Transformasi Humas dari era lama ke era baru: era digital kini.
Pertama, di era lama ‘fokus pada publikasi’ mesti bertransformasi menjadi ‘fokus pada engagement’ pada era digital kini.
Kedua, di era lama ‘linear dan hirarkis’ mesti bertransformasi menjadi ‘partisipatif dan kolaboratif’ pada era digital kini.
Ketiga, dari ‘informasi satu arah’ di era lama mesti bertransformasi menjadi ‘dialog dua arah’ pada era digital kini.
Keempat, dari ‘media konvensional (TV dan koran)’ di era lama mesti bertransformasi menjadi ‘media digital (portal, situs web, media sosial, siniar atau podcast)’ pada era digital kini.
Kelima, semula ‘citra dibangun dari atas’ di era lama mesti bertransformasi menjadi ‘citra dibangun bersama publik’ pada era digital kini.
Peran Humas Digital
Pertanyaan kritisnya, dimana, bagaimana, seperti apa kemudian peran Humas Digital? Trufi punya ‘truf’-nya. Ada lima, yang Trufi ilustrasikan dalam sebentuk anak tangga.
Pertama, peran sebagai Crisis Responder. “Humas Digital mesti cepat tanggap terhadap isu viral atau krisis reputasi,” ujar Trufi, anak tangga pertama.
Kedua, peran sebagai Digital Listener. “Humas Digital mesti memantau opini publik, komentar ataupun sentimen media sosial,” ujar Trufi lagi, anak tangga kedua.
Ketiga, peran sebagai Community Builder. “Humas Digital mesti membangun interaksi jangka panjang dengan audiens,” imbuh ia pula, anak tangga ketiga.
Keempat, peran sebagai Storyteller. “Humas Digital mesti menyusun narasi institusi yang humanis dan kredibel,” imbuh Trufi berikut, anak tangga keempat.
Kelima, peran sebagai Gatekeeper. “Humas Digital mesti menyaring dan mengkonfirmasi informasi sebelum publikasi,” tuntas ia, anak tangga terakhir.
Praktik Jurnalis Digital Masa Kini
Selanjutnya, dalam presentasi materinyi Minggu (19/10/2025) lalu itu, Trufi yang juga dikenal seorang enthusiast multidisipliner mulai dari ekonomi dan bisnis, keuangan, matematika, statistika, dan sains data. Juga, menguasai komunikasi bisnis, strategi media sosial, dan crowdfunding programme ini, menemukenali empat pemodelan praksisme.
Bagaimana seorang jurnalis digital bekerja.
Pertama, Owned Media, melalui situs web, media sosial resmi misal kanal ofisial YouTube lembaga. Kedua, Earned Media, berkolaborasi dengan media daring dan para pengaruh lokal (local influencer).
Ketiga, Shared Media, interaksi di platform digital publik misal Instagram, TikTok, Threads, dan X. Keempat, Paid Media, melalui iklan dan boosted content untuk penguatan citra.
AI Sebagai Tools Kehumasan
Lanjut, Trufi meneruskan mempertajam pisau analisis bahwa teknologi AI bukanlah pesaing baru tenaga manusia melainkan semata-mata asisten digital belaka.
“Tentang AI sebagai tools kehumasan, saya menegaskan disclaimer bahwa AI bukan menggantikan Humas, tetapi memperluas daya pandang Humas,” wanti ia justru.
Tim penulis chapter book Penguatan Sektor Creativepreneur & Digitalpreneur, dan buku ajar Social Media Marketing ini sorongkan lima insight baru soal bagaimana teknologi AI mengubah kerja-kerja kehumasan.
Dalam hal monitoring media dan sentimen publik, lugas Trufi, “kita bisa menggunakan tools seperti TalkWater, Brand24, Mention, dan Meltwater untuk menganalisa opini publik. Dan AI membaca tone berita dan tren isu yang berkembang,” sebut ia pertama.
Lalu dalam hal content creation assistance, sambung ia, “kita bisa gunakan ChatGPT, Jasper, atau Copy.ai, misal untuk menuliskan draf siaran pers, caption media sosial, atau pitch berita.
Tapi, demikian Trufi mewanti, “hasilnya tetap perlu sentuhan manusiawi (human editing) agar tidak kering nilai.”
Info penyelia, “pitch berita” merupakan proposal atau pesan singkat dan persuasif ajuan praktisi PR atau jurnalis kepada media untuk menarik minat mereka meliput sebuah cerita atau topik tertentu. Tujuannya, untuk meyakinkan jurnalis agar mereka menulis atau melaporkan berita tersebut. Pitch bisa berupa email yang dipersonalisasi yang menguraikan cerita, fakta, dan kutipan yang relevan untuk mendapatkan liputan media.
Dosen hijabers dengan seabrek pengalaman internasional: pernah ikuti program Applied Approach tentang Economic and Financial Reporting di Berlin, Jerman; kursus singkat Economics and Cultures in ASEAN Countries di Bangkok dan Hua Hin, Thailand; beberapa kali ikuti konferensi internasional antara lain di Hanoi, Vietnam; dan menerima sejumlah international scholarship/fellowship ini lantas lanjut insight ketiga.
Yakni, dalam hal analisis data publik, “AI dapat menilai efektivitas kampanye digital Humas misal melalui engagement rate, sisi viralitas (virality), dan respons masyarakat.”
Tiada jeda Trufi lanjut kebut insight keempat, Crisis Detection. “AI membantu mendeteksi percakapan negatif tentang institusi di media sosial sebelum menjadi isu besar.”
Tiba kelima, terakhir, Virtual PR Assistant. “Misalnya chat bot di situs web institusi bisaenjawab pertanyaan publik secara cepat, 24 jam,” ujar Trufi ilustratif.
“Catatan pentingnya, selalu ingat bahwa AI adalah alat bantu strategi, bukan pengambil keputusan etik. Human empathy, credibility, dan komunikasi berbasis nilai tetap inti dari kehumasan humanistik,” Trufi mengintensi.
Etika Komunikasi Massa Digital
Bernada pesan otentik, Trufi Murdiani turut menggelitik peserta Santiaji dengan lima ‘panduan etik’ dalam jalankan kerja-kerja kinetik kehumasan digital humanistik. Itu.
Kelimanya yakni verifikasi sebelum publikasi. Pesan Trufi, prinsip jurnalisme tetap wajib di dunia digital.
Kemudian, responsif tanpa reaktif. “Cepat merespons publik, tetapi tidak tergesa menanggapi isu tanpa data,” pesan kedua.
Lalu, gunakan bahasa empatik. “Fokus pada manusia, bukan institusi,” pesan ketiga.
Lanjut, konsistensi pesan antar kanal. “Nah ini jangan sampai terjadi beda narasi antara media sosial dan media resmi institusi,” pesan keempat Trufi.
Serta, transparansi dan kredibilitas. Pesan Trufi kelima, bikin peserta menahan napas. “Publik itu menghargai keterbukaan, bukan kesempurnaan,” ujar Trufi lugas. Waw.
Tren Komunikasi Massa 5.0
Berikut, Miss Trufi juga membuncah insight peserta terkait tren komunikasi massa 5.0 yang ia saripatikan sederhana melalui lima rumpun platform tools kerja praktis.
Yakni, media sosial berbasis trust seperti LinkedIn, Threads. Ini bisa digunakan untuk membangun citra berbasis profesionalisme dan juga transparansi.
Juga, tools media sosial berbentuk video pendek seperti TikTok dan Reels. Saran Trufi, Humas perlu menguasai visual storytelling.
Serta, citizen journalism. Saran Trufi, Humas perlu aktif melibatkan publik dalam narasi positif.
Lalu, human-centric communication. “Pada akhirnya menjadi penting bagi kita, kembali ke nilai dasar: empati, moralitas, dan nilai sosial,” anjuran keras ia.
Dan, tren AI content dan deepfake. “Ini jadi tantangan verifikasi dan literasi digital.”
Tiba di penghujung sesi, Trufi memendar penegasan bahwa yang para insan Humas butuhkan di era 5.0 sejatinya bukan cuma digitalisasi, tetapi juga humanisasi.
“Jadi ketika kita bicara kehumasan digital di era 5.0, maka kuncinya bukanlah sekadar digitalization, tapi humanization,” simpulnyi.
Apa pasal? “Karena yang membangun kepercayaan publik bukan teknologi, tapi nilai kemanusiaan di balik teknologi itu,” tandas Trufi.
Kepada peserta, ia sempatkan mengajukan polling: apa tantangan terbesar Humas saat ini, apakah kecepatan informasi, hoaks, atau kurangnya SDM digital?”
“Di dunia digital, kecepatan penting, tetapi kepercayaan jauh lebih penting,” pungkas ia. Exactly.
Seperti diwartakan sebelumnya, Santiaji Jurnalistik dan Kehumasan Bongkar Post Group 2025 di Hotel Horison Lampung, Sabtu-Minggu, 18-19 Oktober lalu itu sukses.
Turut didukung oleh Hotel Horison Lampung, Bank Lampung, dan Hotel Radisson Kedaton Lampung; Santiaji resmi dibuka Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, pada hari pertama, Sabtu (18//2025) dan ditutup Kepala Dinas Komunikasi, Informasi dan Statistik Lampung Ganjar Jationo, Minggu (19/10/2025).
Sang ketuplak, Muzzamil, mengafirmasi taja tematik yang pihaknya persiapkan matang sejak pekan ketiga Agustus lalu ini adalah buah hasil kerja sama Bongkar Post Group pimpinan Komisaris Jauhari, menggamit Pemprov Lampung, Pemkot Bandarlampung, PWI Lampung pimpinan Wirahadikusumah, dan BPC Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS) Lampung pimpinan Yayan Sopian.
Allah tidak tidur. Alhasil, sekurun dua hari perhelatan, tiga tagar terkait terbalut: #SalamHumasLampung, #HumasLampungBerdaya, dan #LampungMajuIndonesiaEmas, bergema. (Muzzamil)







