BANDAR LAMPUNG – Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas I Bandar Lampung memperingati Isra Mi’raj 1443 H Nabi Muhammad SAW, dengan tema “Mari Kita Tingkatkan Iman dan Taqwa Kepada Allah SWT, dan Kecintaan Kita Kepada Rasullullah”.
Acara tersebut diikuti Santri Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang dilaksanakan di Masjid Miftahul Jannah di lingkungan Rutan, Rabu (2/3/2022).
Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh Karutan Bandar Lampung, Iwan Setiawan. Dalam sambutannya, Karutan berpesan, “Semoga dengan peringatan Isra Mi’Raj NABI MUHAMMAD SAW 1443H ini kita selalu dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan, diharapkan dengan program pembinaan yang kami lakukan para santri dapat memanfaatkan momentum ini sebagai media untuk terus mendekatkan diri kepada Allah SWT,” ujarnya.
Dikatakan Karutan, pembinaan adalah hak semua warga rutan karena itu pihaknya akan terus berupaya memberikan pelayanan terbaik untuk memenuhi hak dan kewajiban sebagai seorang petugas rutan.
“Semoga kita semua selalu istiqomah dalam memohon ampunannya,” kata Karutan.
Iwan Setiawan mengatakan, kegiatan Isra Mi’raj ini bukan hanya serimonial saja, namun kegiatan rohani Islam ini selalu aktif digelar dalam rutan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT.
Ia juga berharap kepada seluruh warga binaan, untuk bisa introspeksi diri dan mengikuti keteladanan Nabi, sholat 5 waktu secara rutin.
“Tadi juga kita telah melihat penampilan dari group marawis yang dihadirkan oleh warga binaan yang dilatih dari dalam rutan dan kami juga rutin mengadakan pengajian dalam satu minggu yang digelar empat kali,” tutur Karutan didampingi Kepala Kesatuan Pengamanan Rutan Yusuf Priyo Widodo, serta Kepala Seksi Pelayanan Tahanan Rutan, Arian Adibowo.
Iwan menjelaskan, bahwa kegiatan Isra Mi”raja ini sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT agar selalu mengingat atas keteladanan Nabi Muhammad SWT.
“Harapannya warga binaan bisa saling intropeksi diri dengan mengikuti kegiatan rohani, mengikuti keteladanan Nabi, sholat 5 waktu secara rutin,” jelasnya.
Selain itu, kegiatan rohani ini juga meliputi pembelajaran tausiah dan kegiatan lainnya.
“Group marawis yang dihadirkan juga adalah warga binaan yang dilatih dari dalam rutan, dan kami juga rutin mengadakan pengajian dalam satu minggu digelar empat kali,” ungkapnya.
Seluruh warga binaan harus mampu membuktikan kepada masyarakat bahwa warga binaan dapat menjadi lebih dari masyarakat di luar setelah melalui proses pembinaan yang dijalani. Hal tersebut sekaligus mematahkan stigma masyarakat awam yang selalu berprasangka buruk terhadap warga binaan dan pembinaan di dalam rutan.
(TK)







