Teknik Praktis Sajian Konten Data, Informasi, Narasi Tunggal Berbasis Analitik & Optimasi Algoritma Digital Ala Soraya Asnusa

ASYIK, BU AYA BAGI DOORPRIZE.. – Soraya Asnusa, berbagi doorprize ke salah satu peserta, saat menarasumberi taja Santiaji Jurnalistik dan Kehumasan Bongkar Post Group 2025 di Hotel Horison Lampung, hari kedua, Minggu, 19 Oktober lalu. | Muzzamil

 

Bacaan Lainnya

BANDARLAMPUNG, BONGKARPOST.CO.ID — Ditingkahi waktu terpenggal dan teledor panitia: visual materi gagal tampil di layar; tak mengurangi derajat antusiasme peserta sekaligus derajat performansi narasumber satu ini: dosen Program Studi Bisnis Digital Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya, Soraya Asnusa, S.E. M.M., sesi ke-10 hari kedua Santiaji Jurnalistik dan Kehumasan Bongkar Post Group 2025 di Hotel Horison Lampung, Jl Kartini 88 Bandarlampung, Minggu (19/10/2025), akhir pekan lalu.

Dalam taja bertema “Perkuat Citra Positif Institusi Bisnis dan Institusi Pemerintahan Melalui Pilar Jurnalistik dan Kehumasan Di Era Digital 5.0” itu, sesegeranya pemandu, Novi Balga, beri sila mikrofon, Soraya Asnusa kontan menggesa.

Dosen muda hijabers karib Bu Aya ini sajikan materi ciamik bertema “Teknik Praktis Cepat Sederhana Penyajian Konten Data, Informasi dan Narasi Tunggal Penatakelola Informasi dan Pranata Humas Berbasis Analitik dan Optimasi Algoritma Digital.”

Dengan latar situasi: arus informasi publik dewasa ini semakin detik semakin menuntut penyajian data kudu serba cepat, akurat dan menarik, tidak bisa tidak, suka tak suka, mau tak mau, demikian Soraya tandaskan di awal sesi: “penatakelola informasi dan pranata Humas dituntut pula untuk mampu mengolah data, berbasis analitik.”

Dari dan untuk itu, Bu Aya menebalkan spirit puluhan peserta: rerata pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), admin web atau admin media sosial (medsos) di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandarlampung, Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan; penatakelola informasi, admin web atau admin medsos BUMD Pemprov Lampung dan Pemkot Bandarlampung; serta insan humas BUMN beroperasi di Lampung, badan usaha milik swasta, PTN/PTS, dan asosiasi profesi.

Bahwa presentasinya bertujuan memberikan pemahaman mengenai penyajian data dan narasi tunggal (yang kerapkali ditemukenali tersaji sebagai merupakan taklimat institusi).

Juga, melatih kemampuan Humas dalam menyusun konten berbasis analitik digital. Serta, mendorong penerapan algoritma sederhana untuk pengelolaan informasi publik. Tiga tujuan dimaksud.

Lalu, apa itu Narasi Tunggal, bagaimana ia dibuat, diolah data, diverifikasi, lalu hingga resmi dipublikasikan institusi?

“Konsep Narasi Tunggal merupakan pesan inti yang disampaikan oleh seluruh unsur komunikasi organisasi,” ujar Bu Aya.

“Konsep Narasi Tunggal ialah juga menjaga keseragaman pesan dan mencegah distorsi informasi,” imbuh Bu Aya, mencontohkan “Ekonomi Digital Untuk Semua” lalu “Data Terbuka, Publik Cerdas”, sebagai pemisalan.

 

Teknik Penyajian Konten Cepat Sederhana

Selanjutnya, sehari-hari pengajar Digital Marketing, dikenal akademisi berspesialisasi teknik pembuatan proyek dan kampanye pemasaran digital efektif, serta analisis perilaku konsumen online, hingga analitik media sosial untuk UMKM dan perusahaan nasional tersebut; menyodorkan empat poin. Teknik penyajian konten cepat sederhana.

Pertama, terapkan struktur Clear, Concise, Consistent (3C), alias jelas ringkas konsisten.

Komunikasi jelas, ringkas, konsisten; ini tidak lain adalah sebentuk praktik penyampaian pesan mudah dipahami, singkat, seragam.

Jelas: hindari kebingungan dengan bersikap langsung dan sederhana, ringkas: langsung ke inti persoalan atau pokok masalah tanpa kata mubazir, konsisten: jaga keseragaman dalam terminologi, pesan, pun nada.

Menerapkan prinsip struktur 3C bisa kurangi salah paham, gagal paham dan anfal paham alias “parah ini parah ini”; bisa meningkatkan efisiensi, dan sekaligus bangun kepercayaan publik. Minimal, publik institusi.

“Kedua, gunakan infografik dan visual storytelling,” lanjut Bu Aya.

Infografik, notabene sebentuk representasi visual dari data, informasi, dan pengetahuan terangkum berupa kombinasi elemen visual (bagan, diagram, gambar, grafik, ikon, kode, simbol, dan teks) untuk menyampaikan ide dan menyajikan pesan secara eye catching, menarik, mudah dipahami, singkat padat, dan ramah visual.

Selain membuat data lebih menarik secara visual, infografik susah payah dibuat dengan tujuan membangun kognisi (bantu sistem visual manusia melihat pola dan tren dalam data dengan lebih baik), mempercepat pemahaman, menyederhanakan informasi kompleks, sehingga meningkatkan retensi informasi pada audiens (informasi tersaji secara visual condong lebih mudah diingat daripada teks biasa). Demikian lazimnya.

“Ketiga, optimalkan artificial intelligence (AI) tools dan dashboard analitik, misal Google Data Studio, atau Power BI.”

Sebagai informasi, AI tools: aplikasi atau program perangkat lunak menggunakan kecerdasan buatan guna bantu selesaikan tugas secara otomatis, seperti buat konten, menganalisis data, otomatiskan proses.

Dalam bekerja, AI tools gunakan algoritma dan model mesin pembelajaran (learning machine) untuk lakukan tugas-tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia. Contohnya tools desain grafis Canva AI, tools transkripsi Otter.ai, termasuk generator teks Copy.ai untuk buat konten marketing.

“Keempat, gunakan template narasi tunggal agar pesan terarah.”

Template, pengertian bebasnya suatu format, kerangka, atau pola rancangan sebelumnya dan dapat digunakan kembali untuk buat sesuatu yang baru (berfungsi sediakan struktur dasar: beri tata letak dan elemen yang telah terstruktur, pengguna tinggal isi konten) dengan lebih efisien (irit waktu, tak perlu mulai dari awal), dan konsisten (jaga keseragaman format dan desain di berbagai proyek atau dokumen).

Contoh, template desain grafis (poster, medsos), template dokumen olah kata (curriculum vitae, surat), template situs web yang sediakan tata letak siap pakai.

Untuk penyajian berbasis analitik, “gunakan data insight dari media sosial, situs web, dan survei publik. Gunakan analisis tren dengan algoritma sederhana, misalnya klasifikasi sentimen. Sajikan hasil dalam bentuk grafik interaktif atau dashboard visual,” tips Aya.

 

Algoritma Dalam Pengelolaan Informasi

Selanjutnya, Bu Aya mengupas algoritma dalam pengelolaan informasi. “Algoritma yang kita pakai dalam mengelola informasi, tujuannya kan untuk analisis sentimen publik, rekomendasi konten dan analisis tren.”

“Untuk tujuan pertama, analisis sentimen publik menggunakan pengklasifikasi Naive Bayes, untuk mendeteksi isu negatif,” ulas ia.

Naive Bayes, atau Naive Bayes Classifier ini metode atau teknik sederhana klasifikasi statistik yang memprediksi probabilitas keanggotaan kelas berdasar teorema Bayes, dengan asumsi independensi antar fitur.

Metode ini ngetop digunakan misal untuk tugas deteksi spam, klasifikasi dokumen, dan pengenalan pola; lantaran cepat, efisien, mudah dipahami, pas buat data kuantitatif, kualitatif dan data besar, tak butuh jumlah data gigantika untuk bekerja dengan prima.

Meskipun punya kelemahan juga semisal asumsi independensi fitur kerap tak realistis (yang dapat mengurangi akurasi). Jika probabilitas kondisionalnya nol, maka probabilitas prediksinya juga akan nol.

Metode Naive Bayes bekerja dalam dua tahap: training untuk membangun model probabilitas dari data latih, dan testing untuk memprediksi kelas data baru menggunakan probabilitas bersyarat yang sudah dibangun.

Pada tahap training, algoritma pelajari data latih untuk hitung probabilitas setiap kelas (prior probability) dan probabilitas setiap fitur muncul dalam setiap kelas (likelihood).

Pada tahap testing, algoritma mengambil data uji, hitung probabilitas kelas-kelas yang mungkin terjadi berdasarkan data latih yang telah diproses, dan gunakan teorema Bayes untuk mengalikan hasil probabilitas dari setiap fitur pada data uji untuk dapatkan probabilitas posterior: penentu kelas akhir.

Secara umum, rumus yang digunakan yaitu P(H|E) = P(E|H) × P(H) : P(E).

Penjelasannya, P(H|E), probabilitas posterior (probabilitas kelas H dengan adanya bukti E). Lalu, P(E|H) ini probabilitas likelihood (probabilitas bukti E terjadi jika kelas H benar). Lalu, P(H) ini probabilitas prior (probabilitas kelas H secara umum). Dan, P(E) ini probabilitas bukti E secara umum.

“Untuk tujuan kedua, rekomendasi konten, menggunakan Collaborative Filtering, hingga menghasilkan rekomendasi berita populer.”

Info penyelia, Collaborative Filtering atau algoritma Collaborative Filtering ini, teknik sistem rekomendasi yang beri rekomendasi berdasar preferensi (kecenderungan pilihan) dan perilaku pengguna lain yang dianggap semirip atau miliki kesamaan atau serupa.

Ide dasar algoritma satu ini yaitu, apabila pengguna memiliki preferensi yang sama di masa lalu, mereka berkecenderungan punya kesamaan minat yang sama di masa depan.

Cara kerjanya? Sistem mengumpulkan data interaksi pengguna-item, seperti peringkat (eksplisit) atau klik dan pembelian (implisit). Lantas sistem akan bandingkan pengguna atau item untuk menemukan kesamaan. Berbasis kesamaan itu, sistem memprediksi item apa yang mungkin disukai pengguna target, atau sajikan daftar rekomendasi.

Jenisnya ada dua. Pertama, User-Based Collaborative Filtering, mencari pengguna dengan preferensi yang mirip dengan pengguna target dan merekomendasikan item yang disukai pengguna lain itu.

Kedua, Item-Based Collaborative Filtering, mencari item yang mirip dengan item yang telah disukai pengguna target dan merekomendasikan item-item serupa itu.

Pendekatan teknokratik ala Collaborative Filtering jadikannya top di jagat e-dagang (e-commerce), medsos, platform streaming.

Sebagai pemisalan, di platform e-dagang, ia dipakai untuk merekomendasikan produk, apabila kita beli laptop jenama A dan I, dan pengguna lain yang beli laptop A juga beli laptop U, sistem akan merekomendasikan laptop U ke kita.

Misal lainnya, di platform streaming, bila kita dan pengguna lain sama-sama sukai film ‘Ada Apa Dengan Cinta?’ produksi 2002, lalu film sekuelnya ‘Ada Apa dengan Cinta? 2’ produksi 2016, dan versi rebirth-nya yakni ‘Rangga & Cinta’ produksi 2025 ini, maka sistem akan merekomendasikan film baru yang disukai pengguna lain itu.

Berikutnya, “Untuk tujuan ketiga, analisis tren, menggunakan Time Series, sehingga menghasilkan prediksi topik hangat publik.”

Penyelia, Time Series ini yakni serangkaian titik data yang dikumpulkan dan disusun berurutan dari waktu ke waktu berdasar urutan waktu (interval) yang teratur seperti setiap jam, hari, minggu, bulan, atau tahun, di mana setiap observasi terkait dengan waktu pencatatannya. Analisis Time Series dipakai untuk memahami pola data historis dan memprediksi nilai di masa datang.

Salah satu penting diperhatikan di analisis satu ini yakni ketergantungan, di mana observasi di dalamnya acap tak independen, saling berkorelasi satu sama lain.

Bicara manfaat, Time Series jamak dipakai buat kebutuhan analisis keuangan (lacak indikator ekonomi, pendapatan, pergerakan harga saham); aplikasi industri (keuangan, kesehatan, meteorologi, pemrosesan sinyal, perbankan); peramalan (data historis buat prediksi nilai di era depan misal peramalan permintaan atau pergerakan harga saham); pemahaman pola (analisis data untuk lihat tren, pola musiman atau siklus berulang, dan fluktuasi lainnya dari waktu ke waktu).

Melanjut presentasinyi, Bu Aya memantik animo peserta dengan mengetengahkan studi kasus analisis isu publik. Bu Aya coba memisalkan kasus pemantauan sentimen publik terhadap isu pendidikan nasional.

“Dalam hal ini misalnya data kita kumpulkan dari media sosial X dan berita media massa. Lalu kita melakukan analisis menggunakan algoritma sentimen publik. Ada sentimen positif, sentimen netral, sentimen negatif,” terang Bu Aya.

Satu dari 10 dosen Darmajaya yang terpilih jadi Dosen Pembimbing Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Angkatan VI, Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) (saat itu masih) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi ini lantas merujuk tanya hasil.

“Dari analisis gunakan algoritma sentimen publik ini, hasilnya kecepatan respons bisa meningkat hingga 60 persen, dan narasi publik lebih seragam,” ujar Aya.

Lebih lanjut, kepada audiens peserta yang notabene merupakan para insan “penjaga narasi” institusi bisnis dan pemerintahan, Soraya Asnusa memberikan rekomendasi praktis terkait teknik penyajian konten data, informasi dan Narasi Tunggal berbasis analitik dan optimasi algoritma digital ini.

“Gunakan format penyajian visual berbasis data. Terapkan Narasi Tunggal di seluruh kanal komunikasi. Juga gunakan algoritma sederhana untuk analisis opini publik. Dan biasakan lakukan evaluasi analitik secara rutin, misal secara mingguan atau bulanan,” lugas Soraya Asnusa.

Senada narasumber sejawat sebelumnya, Ketua Program Studi Bisnis Digital FEB IIB Darmajaya, Trufi Murdiani, sesi keenam; kendati dirundung mepet waktu, Bu Aya masih berkesempatan “tabur kuis” kala tiba sesi interaktif.

Staf Bagian Promosi Kesehatan (Promkes) pada Dinas Kesehatan Kota Bandarlampung, Reni Anggraini, salah satu peserta teraktif, beruntung dapatkan doorprize dari Bu Aya.

Bu Aya ajak peserta tebak, dari dua judul Narasi Tunggal berikut, mana paling efektif bagi para insan humas peserta Santiaji, apakah: “pemerintah meningkatkan layanan publik agar masyarakat lebih mudah mendapatkan informasi”, ataukah, “kami sedang berusaha mempercepat layanan, tetapi sistemnya belum optimal.”

Lalu, Bu Aya ingin mengetahui respons para peserta, soal kapan waktu terbaik posting. Kapan waktu terbaik untuk mengunggah atau memposting konten humas berdasar data engagement, apakah di jam 7-9 pagi, jam 11 sampai jam 1 siang atau jam 4-6 sore?

Keterbatasan waktu jua, buyarkan rencana Bu Aya guna ajak peserta sejenak berdiskusi kelompok yang materinya keren punya pun telah pula ia persiapkan.

Di bagian lain sebelumnya, sebagai alarm, Bu Aya ingatkan jua, sejatinya informasi yang cepat dan sederhana lahir dari sistem yang terukur, analitis, dan terintegrasi.

“Teknologi hanyalah alat, kekuatan utamanya ada pada ‘data yang dikelola’, dan ‘narasi yang dibangun’ manusia,” lugas Aya.

“Jadilah kalian pranata humas yang adaptif, berbasis data, dan mengedepankan analitik digital,” pesan ia. Applaus menggema.

Seperti diwartakan sebelumnya, Santiaji Jurnalistik dan Kehumasan Bongkar Post Group 2025 di Hotel Horison Lampung, Sabtu-Minggu, 18-19 Oktober lalu itu sukses.

Turut didukung oleh Hotel Horison Lampung, Bank Lampung, dan Hotel Radisson Kedaton Lampung; Santiaji secara resmi dibuka oleh Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, pada hari pertama, Sabtu (18//2025) dan ditutup Kepala Dinas Komunikasi, Informasi dan Statistik (Kadiskominfotik) Lampung, Ganjar Jationo, Minggu (19/10/2025).

Sang ketuplak, Muzzamil, mengafirmasi taja tematik yang pihaknya persiapkan matang sejak pekan ketiga Agustus lalu ini adalah buah hasil kerja sama Bongkar Post Group pimpinan Komisaris Jauhari, menggamit Pemprov Lampung, Pemkot Bandarlampung, PWI Lampung pimpinan Wirahadikusumah, dan BPC Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS) Lampung pimpinan Yayan Sopian.

Allah tidak tidur. Alhasil, sekurun dua hari perhelatan, tiga tagar terkait terbalut: #SalamHumasLampung, #HumasLampungBerdaya, dan #LampungMajuIndonesiaEmas, bergema. (Muzzamil)

Pos terkait