Surah al-Mujadalah: Allah Mendengar dan Menerima Pengaduan Wanita, Betapa Tinggi Kedudukan Wanita

Artikel

 

Bacaan Lainnya

Surah al-Mujadalah: Allah Mendengar dan Menerima Pengaduan Wanita, Betapa Tinggi Kedudukan Wanita

Oleh: Arsiya Heni Puspita

(Jurnalis dan Penulis)

 

Surah ini dinamakan al-Mujadalah artinya Wanita yang Mengajukan Gugatan diambil dari ayat pertama pada surah ini. Menguraikan debat seorang wanita terhadap Nabi Muhammad saw. Jika penamaan berdasarkan pelaku maka namanya Mujadilah. Jika penamaan dilihat dari perdebatan dan dialog maka namanya al-Mujadalah.

Nama lain surah ini Qad sami’a Allah pada ayat pertama. Lalu azh-Zhihar karena surah ini membatalkan kebiasaan masyarakat jahiliyah yang diperaktekan kaum muslimin di Madinah.

Pada masa itu jika seorang suami melakukan zhihar yaitu yang berkata pada istrinya, “Engkau bagiku seperti punggung ibuku”, maka ucapan ini dinilai sebagai ucapan yang mengandung makna majas (metaforis) artinya istri tidak halal untuk digauli. Tetapi saat yang sama ucapan ini bukanlah perceraian, sehingga istri tidak dapat menikah dengan pria lain.

Surah ini merupakan surah ke-58 dalam al-Qur’an terdiri dari 22 ayat. Surah ini termasuk golongan surah Madaniyyah, artinya diturunkan setelah Rosulullah hijrah ke Madinah.

Surah ini adalah surah yang ke-103 jika ditinjau dari bilangan turunnya surah-surah dalam al-Qur’an. Dia turun sesudah surah al-Munafiqun dan sebelum surah at-Tahrim.

Tema utama adalah persoalan zhihar, etika yang hendaknya diperhatikan dalam majelis taklim Nabi Muhammad saw, serta apa yang hendaknya dilakukan sebelum menghadap Nabi Muhammad saw.

Lainnya, tema surah ini adalah pendidikan masyarakat lslam di Madinah yang disiapkan Allah swt untuk tampil dengan peranannya yang penting dalam pentas dunia. Untuk itu diperlukan jihad yang membutuhkan harta benda guna meninggikan kalimat Allah swt sebagai upaya menghindar dari siksa pada hari Kemudiaa atau Kiamat. Demikian tafsir Al-Misbah.

Adapun tafsir secara singkat berdasarkan Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an” karya M. Quraish Shihab yang diterbitkan oleh Lentera Hati.

Terjemahan QS. al-Mujadalah (Wanita yang Mengajukan Gugatan) 58: 1

“Sungguh Allah telah mendengar ucapan wanita yang mendebatmu tentang suaminya, dan mengadukan kepada Allah, padahal Allah mendengar diskusi kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.

Tafsir QS. al-Mujadalah (Wanita yang Mengajukan Gugatan) 58: 1

Sungguh Allah telah mendengar dan memperkenankan ucapan yang merupakan keluahan wanita yang mendebatmu yaitu mendesakmu untuk menerima gugatannya tentang suaminya, dan dengan sengaja dan bersunguh-sungguh dengan ucapan ini mengadukan halnya, nasib anaknya serta tradisi buruk zhihar.

Dia bersungguh-sungguh mengadu kepada Allah, padahal Allah mendengar diskusi kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Zhihar ada dua macam, bersifat sementara dan mutlak. Pertama, bersifat sementara termasuk katagori Rahbaniyyah karena yang bersangkutan enggan menggauli istrinya dan mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah swt. Kedua, bersifat mutlak sehingga istrinya mengadu kepada Nabi Muhammad saw.

Ayat al-Mujadalah ini turun berkenaan dengan pengaduan Khaulah binti Tsa’labah kepada Rosulullah. Khaulah di zhihar oleh suaminya bernama Aus lbn ash-Shamit. Khaulah takut berpisah dengan suami dan takut kehilangan anaknya. Adat yang berlaku ketika itu adalah mempersamakan zhihar dengan perceraian selama-lamanya.

Kata tujadiluka berbentuk fi’il mudhari’ atau kata kerja masa kini dan datang, padahal peristiwa itu telah berlalu ketika turun ayat ini. Hal ini untuk menghadirkan dalam benak mitra bicara peristiwa yang sungguh menakjubkan.

Setidaknya, ada empat hal yang menakjubkan, pertama diskusi atau debat seorang wanita tua dengan utusan Allah swt. Kedua, upaya Khaulah meyakinkan Rosulullah tentang kebenaran pandangannya tentang ketidakadilan zhihar.

Selanjunya, ketiga, sikap Rosulullah yang tidak menetapkan hukum sebelum mendapatkan wahyu atau izin Allah swt. Keempat, Allah swt berkenan mendengar dan menerima pengaduan tersebut. Dari kisah ini terlihat betapa tinggi kedudukan wanita, Allah swt mendengarkannya dan memperkenankannya.

Terlihat pula betapa demikian bebas Khaulah menyampaikan pendapatnya yang ternyata direstui oleh Allah swt.

Yaa Robbana, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka. Kabulkanlah permohonan kami. Maha benar Allah dalam segala Firman-Nya dan Maha Benar Nabi Muhammad Saw. Wallahu a’lam bishowab.

Pos terkait