Artikel
Surah adh-Dhuha: Qishar al-Mufashshal, Selesai Membaca adh-Dhuha dan Surah-Surah Sesudahnya Bertakbir
Oleh: Arsiya Heni Puspita
(Jurnalis dan Penulis)
Surah ini dinamakan adh-Dhuha artinya Waktu matahari naik sepenggalan. Kata tersebut diambil dari ayat pertama surah ini.
Surah ini merupakan surah ke-93 dalam al-Qur’an terdiri dari 11 ayat, termasuk golongan surah Makkiyyah, artinya diturunkan saat Rosulullah masih di Mekah. Kata lainnya, Rosulullah belum hijrah ke Madinah.
Tujuan utama surah ini adalah tentang sanggahan terhadap dugaan yang menyatakan bahwa Allah swt telah meninggalkan Rasulullah karena tidak hadirnya wahyu. Surah ini juga menghibur Rasulullah dengan perolehan anugerah Allah swt hingga ia puas. Selama Rasulullah tidak menerima wahyu, ia menjadi gelisah.
Surah ini merupakan awal dari surah yang dinamai Qishar al-Mufashshal. Ketika turunnya Rasulullah bertakbir, dari amalan inilah para ulama menganjurkan agar setiap selesai membaca surah ini dan surah-surah sesudah adh-Dhuha agar bertakbir. Baik dalam shalat maupun diluar shalat. Demikian tafsir al-Misbah.
Adapun tafsir secara singkat berdasarkan Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an” karya M. Quraish Shihab yang diterbitkan oleh Lentera Hati.
Terjemahan QS. adh-Dhuha (Waktu matahari naik sepenggalan) 93: 1 – 2
“Demi adh-Dhuha (1). Dan malam apabila bening (2).”
Tafsir QS. adh-Dhuha (Waktu matahari naik sepenggalan) 93: 1 – 2
Tafsir ayat 1, kata adh-Dhuha secara umum digunakan dalam arti sesuatu yang nampak dengan jelas, kata lainnya ‘asyi’iyyah atau sore.
Pendapat tentang adh-Dhuha:
a. Siang hari sejak terbitnya fajar sampai terbenam matahari.
b. Waktu dan siang hari tertentu yaitu saat Nabi Musa as menerima wahyu secara langsung dari Allah swt dalam rangka mengalahkan para ahli sihir QS. Thaha (20): 9. Ini dikaitkan antara penerimaan wahyu dan kemenangan Nabi Musa as dan Rasulullah juga akan memperoleh kemenangan di waktu adh-Dhuha.
c. Waktu yang diisi oleh hamba Allah swt untuk mendekatkan diri dengan shalat adh-Dhuha.
d. Cahaya jiwa orang yang mendekatkan diri pada Allah swt.
Matahari saat naik sepenggalan tidak terlalu terik sehingga tidak mengakibatkan gangguan sedikitpun bahkan panasnya memberikan kesegaran, kenyamanan, dan kesehatan. Matahari tidak membedakan antara lokasi dengan suatu lokasi lainnya.
Jika ada sesuatu yang tidak terkena sinar matahari bukan disebabkan matahari namun karena posisi lokasi itu yang dihalangi oleh sesuatu. Inilah Gambaran adh-Dhuha.
Allah swt menggambarkan kehadiran wahyu sebagai kehadiran sinar matahari yang demikian jelas, menyegarkan, dan menyenangkan. Petunjuk llahi berfungsi membawa cahaya yang terang benderang.
Ayat 2, al-Lail artinya malam adalah waktu yang terbentang dari tenggelamnya matahari sampai terbit fajar. Keadaan malam dari segi kegelapan dan keremangan berbeda dari suatu saat ke saat yang lain. Ketenangan malam dan kesunyiannya terjadi pada saat kegelapan telah menyelubungi segala penjuru.
Yaa Robbana, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi. Kabulkanlah permohonan kami.
Maha Benar Allah dalam segala Firman-Nya dan Maha Benar Nabi Muhammad Saw. Wallahu a’lam bishowab.