Sudut Pandang Gen Z dan Tari Sigeh Pengunten

Foto. Maura Melodia Ibanezty yang membawa baki (tengah). (Foto: Istimewa)

 

Bacaan Lainnya

 

Sudut Pandang Gen Z dan Tari Sigeh Pengunten

 

Oleh: Arsiya Heni Puspita, S.I.Kom

(Jurnalis dan Penulis)

 

Generasi Z atau Gen Z merupakan orang yang lahir antara tahun 1997 sampai tahun 2012. Mereka tumbuh pada masa digital, teknologi, dan internet. Ini merupakan tantangan besar bagi semua pihak untuk mengenalkan adat dan budaya lokal Lampung.

Adat dan budaya lokal Lampung perlu dan penting untuk dikenalkan dan dilestarikan demi generasi penerus yang saat ini tergerus oleh perkembangan zaman. Semua pihak yang berkepentingan saling bergandengan tangan untuk mewujudkan adat dan budaya lokal Lampung tetap eksis dan dikenal secara nasional dan internasional.

Tari Sigeh Pengunten terdiri dari dua kata yaitu sigeh artinya daun sirih dan pengunten. Maknanya penyambutan atau penghormatan kepada tamu. Tari Sigeh Pengunten adalah proses penyambutan dan penghormatan kepada para tamu agung pada acara resmi baik pemerintahan juga masyarakat umum yang diwujudkan dalam gerakan penuh kehangatan, ramah, dan luwes.

Pada kesempatan ini Ansori Djausal selaku budayawan, Kemas Abdul Helmi sebagai koordinator Pasar Kreatif dan Seni (Paksi) PKOR Way Halim, Junardi selaku pelatih tari tradisional lampung, dan Maura Melodia Ibanezty sebagai penari tarian trasional Lampung dan tarian modern meyampaikan pendapat mereka terutama tentang Tari Sigeh Pengunten.

Bagaimana perkembangan Tari Sigeh Pengunten? Apa saran dan pesan untuk pelestariannya? Apakah ada kendala saat melatih tarian ini? Bagaimana daya minat terutama generasi muda?

Apa alasan Gen Z menyukai tari ini? Apakah ada kesulitan bagi Gen Z saat latihan? Apakah ada rasa bangga sebagai pembawa baki setelah memberikan kapur sirih kepada tamu agung?

 

Generasi Muda Dilibatkan pada Kegiatan Seni Budaya

Menurut Ansori Djausal selaku budayawan, agar Gen Z lebih menyukai adat dan budaya Lampung terutama Tari Sigeh Pengunten maka generasi muda selalu dilibatkan dalam acara-acara terutama dalam mengisi kegiatan seni budaya di lingkungannya.

Peran serta bagi semua pemangku kepentingan dalam rangka melestarikan Tari Sigeh Pengunten sangat diperlukan. Mulai memperkenalkan melalui kegiatan di sekolah-sekolah sejak TK dan SD.

 

Tari Sigeh Pengunten Diapresiasikan Tahun 1990

Tari Sigeh Pengunten mulai diapresiasikan pada tahun 1990 di Gedung Wanita yang dihadiri oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Fuad Hasan. Sebelumnya disebut Tari Sembah dan sudah ada tak kurang dari 35 tarian serupa dengan nama yang sama.

Informasi dari Kemas Abdul Helmi selaku koordinator Pasar Kreatif dan Seni (Paksi) PKOR Way Halim. Saat Mendikbud datang ke Bandar Lampung disajikan Tari Sembah. Tetapi setiap Fuad Hasan datang ke Lampung dengan nama yang sama Tari Sembah namu sajian berbeda-beda.

Sehingga diapresiasikan berbagai sanggar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung. Saat itu Kadisdikbud Sutomo dan Kabid Wirdati. Kemudian, terpilihlah satu penampil yang memenuhi syarat untuk menjadi tari tradisi.

Namanya menjadi Tari Sigeh Pengunten atau Tari Sekapur Sirih untuk penyambutan tamu-tamu agung yang datang ke Lampung. Pemberian kapur sirih untuk memuliakan tamu. Jumlah penari ganjil mulai dari tiga, lima, tujuh, dan sembilan.

Lalu, tarian ini dibukukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang disebarkan ke sekolah-sekolah untuk dipelajari sebagai tari tradisi Lampung.

Tarian ini merupakan tarian kreasi yang berpijak dari nilai tradisi kemudian ditradisikan yang mulai diajarkan dari tingkat TK, SD, SMP, dan sanggar-sanggar sehingga orang-orang tertentu mengenal ini sebagai tari tradisi.

Sedangkan tari tradisi adalah sampai mencapai tiga regenerasi, maka sebenarnya ini tari kreasi yang muncul pada tahun 1990. Tari ini ditarikan oleh umum, acara seminar, acara perpisahan, dan acara pemerintahan.

Sehingga mentradisi yang disebut Tari Tradisi Sigeh Pengunten merupakan tari penyambutan tamu. Tarian ini dari segi ragam, komposisi, ruang, level musik sangat menarik. Tetapi masyarakat Indonesia tidak begitu mengenal tari ini karena kurang publikasi.

Tari Sigeh Pengunten sangat bagus karena menggunakan alat musik, kostum menarik, ada komposisi, ada level, ada ruang atas dan bawah. Siger Lampung merupakan ciri Tari Sigeh Pengunten. Siger yang dipakai bukan Pepadun dan Sai Batin (Pesisir), namum perpaduan dari keduanya.

Sekarang mengalami pergeseran, siger yang dipakai bukan yang dinginkan penatanya Aden Marwan (almarhum), siger yang dipakai Pepadun untuk pengantin. Pergeseran kostum, warna, dan lainnya kecuali musik.

Agar Gen Z menyukai tari ini, maka dibuatlah tari kreasi Sigeh Penguten dan alat musiknya juga dipadukan dengan alat musik lain.

 

Generasi Penerus Bangsa Seharusnya Bangga dengan Budaya

Sebagai generasi penerus bangsa sudah seharusnya bangga dengan budaya yang kita miliki dan terus melestarikan serta mengembangkannya. Dengan mencintai budaya, sama juga halnya menjaga warisan leluhur agar dapat terus dikenal oleh generasi penerus bangsa.

Berdasarkan pendapat dari Junardi selaku pelatih tari tradisional Lampung, tari sigeh penguten saat ini mengalami perkembangan dan tetap dilestarikan oleh masyarakat Lampung sebagai bagian penting dari identitas budaya Lampung.

Tarian ini juga terus dilestarikan kepada generasi penerus melalui berbagai kegiatan baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah serta tampil di berbagai kegiatan. Pada dasarnya tidak ada kendala yang berarti saat menjadi pelatih tari tradisional Lampung. Lama latihan sampai bisa tampil diatas panggung tergantung kemampuan menari dari setiap individu.

 

Belajar Tari Tradisional Lampung dengan Senang Hati

Segala sesuatu menjadi mudah jika dilakukan dengan senang hati. Hal ini dialami Maura Melodia Ibanezty selaku penari tarian trasional lampung dan tarian modern serta siswi Kelas XII Jurusan Seni Tari di SMKN 10 Bandung.

Alasan Maura sebagai Gen Z menyukai Tari Sigeh Pengunten karena tarian ini penting untuk acara-acaara skala besar dan yang dihadapi juga orang-orang yang berpengaruh besar baik ditingkat pemerintah atau pesta adat. Ada rasa bangga dan terharu karena ini tarian bersifat group dan hanya satu yang bisa membawa baki.

Kendala saat latihan pada penghafalan gerak yang menyatu dengan gamelan (alat musik tradisional) lumayan sulit serta beban aksesoris yang cukup banyak.

Tetap lestarikan budaya Lampung, salah satunya Tari Sigeh Pengunten sesuai dengan pakem, musik, gerakan dan pakaian tetap berpijak pada esensi tradisional. Gen Z jangan takut untuk mencoba karena dengan mencoba banyak mendapatkan ilmu yang bermanfaat. (*)

Pos terkait