Selain Detail, Munizar: Hindari Materi Tak Relevan Dengan Gagasan Pokok Dalam Menulis Berita

MUNIZAR – Cuplikan suasana saat Munizar memaparkan materi “daging”-nya, Sabtu. | Muzzamil

 

Bacaan Lainnya

BANDARLAMPUNG, BONGKARPOST.CO.ID— Praktisi pers, wartawan sejak 1990 silam, kini Wakil Ketua Bidang Pendidikan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Lampung 2025–2030, Munizar; menggarisbawahi agar dalam menulis konten berita, penulis atau wartawan perlu menghiasinya dengan detail, serta sebisa mungkin dihindarkan dari materi yang tidak relevan dengan gagasan pokok berita.

Seseorang penulis, wartawan atau jurnalis, dianjurkan membubuhkan detail-detail itu, agar menjadi menarik, dan tak mengganggu mengalirnya garis lurus yang dianggap sebagai “benang cerita” itu.

Penulisan berita ujar Munizar, merupakan kesatuan cerita yang ditulis dengan gaya bahasa dan kesatuan gagasan. Materi yang tidak relevan dengan satu gagasan berita pokok, sebaiknya dihindarkan,” ujar Munizar.

Pointers tersebut, Munizar sampaikan saat menarasumberi sesi kedua hari pertama taja tematik Santiaji Jurnalistik dan Kehumasan Bongkar Post Group 2025 bertemakan “Perkuat Citra Positif Institusi Bisnis dan Pemerintahan Melalui Pilar Jurnalistik dan Kehumasan Era Digital 5.0” yang dihelat di Ballroom Horison Lampung Hotel, Jl Kartini 88 Tanjungkarang Bandarlampung, Sabtu (18/10/2025) pekan lalu.

Ihwal teras berita alias lead, Munizar sorong delapan poin panduan. Lead, yang notabene menempati alenia (paragraf) pertama harus mencerminkan pokok berita. Alenia bisa lebih dari satu kalimat. Pertama.

“Nah, teras berita ini, dengan mengingat sifat bahasa Indonesia, jangan lebih dari antara 30 kata. Apabila teras berita singkat, misal terdiri dari 25 kata, atau kurang dari itu maka hal itu lebih baik,” lugas dia. Kedua.

Teras berita sebut Munizar, harus ditulis dengan begitu rupa. “Sehingga mudah ditangkap, cepat dimengerti, dan mudah diucapkan didepan radio dan televisi dan mudah diingat,” imbuhnya, menganjurkan agar kalimat-kalimatnya singkat, sederhana susunannya, dengan mengindahkan bahasa baku dan ekonomi bahasa.

“Jadi, menghindarkan kata-kata mubazir. Jelas melaksanakan satu gagasan dalam satu kalimat. Itu,” injeksinya. Ketiga.

Berikutnya, keempat, sesuai dengan naluri manusia yang ingin segera tahu apa yang telah terjadi, Munizar anjurkan agar penulis, wartawan maupun jurnalis mengutamakan menggunakan unsur ‘Apa’ dari rumus klasik pers, 5W1H: What (apa), Who (siapa), When (kapan), Where (dimana), Why (mengapa), dan How (bagaimana).

“Jadi, yang disukai itu, teras berita yang memulai dengan unsur ‘Apa’. Unsur ‘Apa’ itu diberikan dalam ungkapan kalimat sesingkat mungkin, yang menyimpulkan ataupun mengintisarikan kejadian yang diberitakan,” terang dia pula.

Kemudian, kelima, teras berita juga dapat dimulai dengan unsur ‘Siapa’. Karena selalu, menarik perhatian manusia.

“Apalagi kalau ‘Siapa’ itu seorang yang jadi tokoh di bidang kegiatan dan lapangannya. Tetapi kalau unsur ‘Siapa’ itu tidak begitu menonjol sebaiknya tak dipakai di permulaan berita,” Munizar menganjurkan.

Lantas, bagaimana dengan, atau unsur mana yang sebaiknya seorang penulis, wartawan pun jurnalis dahulukan? “Urutan unsur dalam teras berita, lanjut Munizar, sebaiknya unsur ‘Tempat’ dulu. Kemudian baru disusul oleh unsur “Waktu”. Ini keenam.

Poin ketujuh, barulah unsur ‘Bagaimana’ dan unsur ‘Mengapa’ diuraikan dalam badan berita. Jadi tidak dalam teras berita.

Pernah dengar istilah ‘quotation lead’? Nah, teras berita dapat dimulai dengan kutipan pernyataan seseorang atau quotation lead asalkan kutipan itu tidak berupa kalimat panjang. “Dalam alenia berikut, hendaknya segera ditulis siapa nama orang itu dan tempat serta dalam kesempatan apa dia membuat pernyataan itu,” tandas Munizar.

Dikenal macan podium, wartawan spesialis tutor junior inipun relatif sukses memantik animo peserta Santiaji untuk berinteraktif.

Terlebih dibantu pemandu Adolf Ayatullah Indrajaya ngetop Bung Dolop, juga sesama wartawan kaya wawasan, yang dengan gaya karkhas keduanya berhasil memancing para peserta untuk tak berkedip barang sejenak serius menyimak.

Saat sesi, jeda ishoma tak bikin suasana laju basi. Bung Munizar pun Bung Dolop, rancak ‘TikTokan’ melarungi insight peserta.

Yang rerata, merupakan pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), admin web dan admin media sosial di Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandarlampung, Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan; penatakelola informasi atau admin web atau admin media sosial BUMD Pemprov Lampung dan Pemkot Bandarlampung; serta insan humas BUMN beroperasi di Lampung, badan usaha milik swasta, PTN/PTS, dan asosiasi profesi itu.

Munizar menyajikan materi Prinsip Dasar Jurnalisme dan Penulisan Berita. “Sesuai rekomendasi Ketua PWI Provinsi Lampung Bung Wirahadikusumah, dan sesuai tema yang kami mintakan kepada beliau, soal dasar-dasar jurnalistik terkait ‘jurnalistik, jurnalisme, jurnalisme digital, dan jurnalisme kehumasan: prinsip dasar, kondisi obyektif, peluang dan tantangan di era digital’,” sebut ketua pelaksana Muzzamil.

Adapun, Santiaji Jurnalistik dan Kehumasan Bongkar Post Group 2025 yang dihelat pada Sabtu-Minggu, 18-19 Oktober 2025 lalu ini tersaji berkat kerja sama Bongkar Post Group menggamit Pemprov Lampung, Pemkot Bandarlampung, PWI Provinsi Lampung, dan BPC Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS) Lampung.

 

Allah tidak tidur. Alhasil, tiga tagar terkait terbalut: #SalamHumasLampung, #HumasLampungBerdaya, dan #LampungMajuIndonesiaEmas, bergema. (Muzzamil)

Pos terkait