Saat ‘Partainya Rakyat Biasa’ Serukan Bangun Persatuan Nasional Menuju Rakyat Adil Makmur Bersama Prabowo-Gibran
BANDARLAMPUNG, BONGKARPOST.CO.ID — Pada 1 Juni 1945, Ir Soekarno berpidato tajuk “Lahirnya Pancasila” berisi paparan konsep dasar negara Indonesia dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, BPUPKI); badan adhoc bentukan Jepang guna mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan salah satu tugas utamanya merumuskan dasar negara; yang dihelat 5 hari di Gedung Chuo Sangi In (kini Gedung Pancasila), Jakarta, 28 Mei-1 Juni 1945.
Pidato heroik, di bangunan gedung yang meletak di Jalan Taman Pejambon Nomor 6-9 RT 9 RW 5 Senen, Jakarta Pusat tersebut,
Soekarno usul 5 dasar negara, kelak dikenal sebagai Pancasila: Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau PeriKemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan.
Dokuritsu Junbi Cosakai lantas melahirkan Panitia Sembilan: AA Maramis, Abdul Kahar Muzakir, Abikoesno Tjokroseojoso, Achmad Soebardjo, Agus Salim, Mohammad Hatta, Mohammad Yamin, Soekarno, Wahid Hasjim.
Melintasi peruncingan tajam pisau analisa Panitia dalam memotret keindonesiaan dalam sebentuk rumusan dasar negara Pancasila, usai melalui beberapa proses persidangan, Panitia Sembilan membesut naskah Piagam Jakarta 22 Juni 1945, disepakati oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) jadi rumusan final, disetujui Pancasila dicantum dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai dasar negara Indonesia yang sah, lantas disahkan Sidang PPKI 18 Agustus 1945 (hari cikal bakal Hari Konstitusi).
Pidato Soekarno 1 Juni 1945 inilah yang kini dicatat sejarah republik nyaris 80 tahun ini sebagai cikal bakal lahirnya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, sebagai ideologi negara Indonesia, sebagai dasar falsafah pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai sumber dari segala sumber hukum positif di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Soekarno Putra Sang Fajar, Pemimpin Besar Revolusi, Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia, Dwitunggal bersama Mohammad Hatta (Siekarno-Hatta), Presiden pertama.
Lantas pada 1 Juni 71 tahun kemudian, Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) mengabadikan elan vital proses kreatif perjuangan gotong royong kelahiran dasar negara ini melalui penghormatan khusus dengan menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) 24/2016 soal Hari Lahir Pancasila.
Tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila berpijak pada historiografi rumusan Pancasila sejak 1 Juni 1945 yang dipidatokan Soekarno, rumusan Piagam Jakarta 22 Juni 1945 hingga rumusan final 18 Agustus 1945 adalah merupakan satu kesatuan proses lahirnya Pancasila sebagai Dasar Negara.
Pada pengumuman pers penerbitan Keppres 24/2016 tersebut oleh Presiden Jokowi saat menyampaikan pidato peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat (lokasi Konferensi Asia Afrika 18-25 April 1955), pada 1 Juni 2016 itu, diketahui pula bahwa tanggal 1 Juni kalender Masehi per tahun tersebut dan seterusnya juga ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Lima tahun kemudian, bertepatan 76 tahun lahirnya Pancasila, sebuah momen magis berbalut khidmat ditengah situasi darurat, cekam buas situasi kahar, pagebluk; pandemi global COVID-19 yang memaksa hadirinnya turut terpatri jarum jam sejarah: duduk pun berdiri dengan bermasker, saling jaga jarak fisik, khas pandu ketat protokol kesehatan cegah kendali virus ganas itu.
Dari Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jl HR Rasuna Said 22 Kavling C RT 2 RW 5 Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan, mereka —para pendiri, deklarator, juru kronologi, juru kamera, awak media massa peliput— menjadi pelaku sejarah; sejarah baru meski lama tapi berkebaruan, sekaligus menjadi penyaksi hidup satu sama lain, berlangsungnya hajat deklarasi entitas politik praktis berorientasi perjuangan perebutan dan pertahankan kekuasaan politik konstitusional, deklarasi partai politik (parpol) embrionik praPemilu, deklarasi Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA), pada 1 Juni 2021.
“Mereka” para pendiri dan deklarator PRIMA: jejaring aktivis prodemokrasi Indonesia lintas aktor lintas sektor lintas genre dari genre aktivis era akhir dekade 1980-an, hingga era akhir 2000-an, yang leburkan diri dalam wadah politik mutakhir paling mutakhir (parpol), dengan mengusung tagline politik yang meski relatif terdengar out of the box nun sejatinya “all in, all out” dengan hakikat teoritis berdirinya —berikut fungsi pokok dari sebuah entitas parpol.
Namun sejatinya sejati berkesejatian. Bahwa demi dan untuk itulah parpol didirikan dan dijalankan secara kinetik secara berkesejatian 1 x 24 jam sehari, 7 x 24 sepekan, hingga tak terhingga terpenggal putusan pembubaran resmi sesuai hukum positif di Indonesia.
Namun sejatinya sejati berkesejatian. Dengan mengusung tagline politik yang easy listening, mudah dituliskan —ramah QWERTY, mudah dilafalkan, mudah diingat, mudah dicemooh sekaligus dipuja puji dalam tempo bersamaan, dan tentunya tak terlalu boros kolom iklan; tagline politik yang “ya memang demikianlah seharusnya parpol senantiasa hadir, hadir, dan hadir, sebagai”: Partainya Rakyat Biasa.
Kendati klaim politiknya “rakyat biasa”, tetapi portofolio politik parpol ini bukan biasa-biasa saja.
Kehadiran nama beken jejaring kampiun aktivis demonstran jalanan era akhir 80-an hingga 1990-an penentang kediktatoran rezim kapitalis-militeristik Orde Baru (Orba), bahkan hingga era 2000-an; di jajaran kepengurusan DPP PRIMA dimotori duet Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Komite Pimpinan Pusat (KPP) Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang sekaligus terdapuk menjadi Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal DPP PRIMA 2020-2025, Agus Jabo Priyono – Dominggus Oktavianus Kik ini sempat pula membetot atensi khalayak.
Jejal pertanyaan mulai dari yang iseng banget hingga yang super serius; menjejaki alam sadar para deklarator. Apakah PRIMA murni reinkarnasi PRD? Apakah PRIMA menjadi parpol kesekian bentukan PRD jala strategi taktik parlementer jelang Pemilu 2024?
Jika ya, apakah bakal bernasib sama dengan Partai Persatuan Oposisi Rakyat (Popor) bentukan PRD demi bisa ikut Pemilu 2004, atau Partai Persatuan Nasional (Papernas) bentukan PRD demi bisa ikut Pemilu 2009?
Jika tidak jika bukan, lalu apakah PRIMA bakal atau telah dipersiapkan sematangnya laiknya parpol nasional (calon) peserta Pemilu 2024? Sudahkah, bilakah syarat material terpenuhi?
Jejalan demi jejalan deret tanya dari iseng banget hingga super serius sebagaimana terilustrasi di atas, seiring linimasa Pemilu dan kepemiluan di mana PRIMA terpantau penuh pukau berhimpun upaya dan catu daya dalam turut memenangkan belitan demi belitan teknis elektoral pun, bermuara tenggelam.
Pendiri/deklarator cum Ketua Umum DPP PRIMA, Agus Jabo Priyono, menerangkan proses legalisasi badan hukum parpolnya telah rampung enam bulan pradeklarasi.
PRIMA sah sebagai badan hukum, kantongi SK pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada Desember 2020.
Saat dideklarasikan, statistik kepengurusan menunjukkan PRIMA telah relatif cukup prima. Telah hadir di 34 provinsi di Indonesia (saat itu empat daerah otonom baru atau DOB Provinsi baru di Papua belum terbentuk), tersebar di total 387 dari 514 kabupaten/kota dan 3.700 kecamatan di seluruh wilayah Indonesia.
“PRIMA adalah partainya rakyat biasa, lahir di tengah pusaran arus kehidupan bangsa yang keras, baik karena pandemi, masalah ekonomi yang semakin jauh dari prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan, polarisasi kehidupan berbangsa yang akut, dan hilangnya gagasan besar untuk membangun kehidupan yang adil, aman, dan damai,” kata Jabo sapaan sang Ketua Umum, pada Selasa malam bersejarah, 1 Juni 2021 lalu itu.
Menilik latar diri pendiri pemrakarsa, sukar ditampik, aura cum aura ruh kerakyatan dan —dalam derajat tertentu— populisme karkhas ala sosialisme demokratik relatif cukup dan mencukupi untuk sekadar dibilang turut pula mempengaruhi platform politik programatik, sistematika kerja terukur, berikut reaktivasi dan deformasi kerja-kerja pembangunan partai (party building) nan telah terdigitalisasi.
Situs resmi partai, piranti lunak aplikasi digital pendaftaran keanggotaan terbuka (menyusul pendaftaran bakal calon anggota legislatif), sebagaimana tertampak gawai, relatif cukup membuktikan sahihnya keseriusan PRIMA untuk dapat lolos verifikasi peserta Pemilu.
Latar diri pendiri pemrakarsa, sekali lagi, tertaut erat kemudian dengan kadar strategi dan taktik perjuangan ideologi politik, politik organisasi, dan pembangunan basis logistik serta jejaring ekonomi politik nan menyertai.
PRIMA, bukan saja Partainya Rakyat Biasa, tetapi juga partai kantong tipis (tongpis), tetapi bukan pula partai “kismin” alias “kere”.
Tak bertabur uang, tetapi superkaya jejaring berjejaring. Di sinilah letak kemahalan PRIMA.
Tilik saja, komposisi aktivis prodemokrasi, pegiat penggerak pemberdaya sosial, aktivis buruh dan serikat buruh/pekerja, aktivis dan simpul tani dan rakyat pedesaan, veteran gerakan mahasiswa lintas kampus, aktivis perempuan dan gerakan feminisme, kaum profesional demokratik, aktivis/tokoh Islam, peniaga partikelir, pelaku usaha kecil dan menengah, pekerja seni, pekerja budaya, veteran tentara, kaum muda milenial, lainnya.
Sebagian dari pendiri, eksponen aktivis 1998. Jaringannya Sabang sampai Merauke.
Per struktur, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) terdiri dari unsur ketua sekretaris bendahara (KSB) serta badan otonom (Banom) meliputi Majelis Rakyat Adil Makmur, Majelis Pakar, dan Majelis Pertimbangan Partai (MPP). Di daerah provinsi (DPW) idem, minus Majelis Pakar. Di kabupaten/kota (DPK) idem, minus Majelis Pakar dan Majelis Pertimbangan Partai.
Intip profil kabinet terbentuk pertama DPP PRIMA 2020–2025, satu nama: R. Gautama Wiranegara, ‘mengezutkan’.
Kelahiran Cirebon, 3 Februari 1960 ini veteran tentara jebolan Akmil 1983, pensiunan Mayor Jenderal TNI, kampiunan intelijen pula.
Lulus SD 1972 dan SMP 1975, selulus SMA 1979 masuk AKABRI angkatan darat (Akmil), dan sebelum lulus 1983 pernah Kursus Dasar (Sussar) CABZI 1982.
Pengampu dinas ketentaraan 1983—2017, peniti karir peminatan khusus Satuan Zeni (korps TNI AD bertugas lakukan rekayasa teknik dan militer termasuk konstruksi, destruksi, jihandak, dan tugas lain terkait teknik militer; berperan dukung operasi militer, bantu tanggulangi bencana dan bangun infrastruktur) ini, penugasan pertamanya tercatat menjadi Komandan Peleton (Danton) BAN KI B Batalyon Zeni Konstruksi (Zikon) 14/Sradha Wirya Samertitaya yang bermarkas di Srengseng, Jagakarsa Jakarta Selatan, 1983.
Di sini dia ikut operasi pertamanya, Satgas Proyek Jalan Pulau Bintan 1985–1986. Usai itu sang perwira muda Gautama jadi Komandan Kompi (Danki) Zikon C Yon Zikon-14, lalu ikut Kursus Perwira (Suspa) Intelijen BAIS ABRI 1986, Suspa Kontra Intelijen BAIS ABRI (1987).
Menanjak jadi Kepala Seksi 1 Yon Zikon-14 (1987), Perwira Urusan Departemen Studi Strategi Sis BAIS ABRI (1988), ikut Prolita Charlie Detasemen 81 kurun 1989–1991, Kursus Keguruan Militer (Susgumil) Intel BAIS ABRI tahun 1990, Kursus Kepolisian SELAPA Polri dan Suslapa I Zeni, serta jadi ADC Kaintel Malaysia dan ADC Kasad di Singapura (1991).
Usai ikut operasi pengamanan KTT Non Blok, Opsus Timor-Timur dan Satgas Intel Nusbang (1992), jadi Kasi-1 Detasemen Zeni Konstruksi (Menzikon) dan ikut Diklapa II Zeni, Penataran Tukring lanjut Penataran Administrasi Intelijen pada Pusat Pendidikan Intelijen (Pusdikintel) TNI AD, 1993.
Tahun itu, Gautama jadi Pjs hingga definitif Wakil Komandan Detasemen Intelijen lalu Pamen Kostrad (Dik Seskoad) 1996. Dia ikut Sekolah Komando TNI AD-34, Sussar Selam Scuba Diving dan Satgas Intel Luwu (1997), tahun saat dia Kasi Intel Korem 132/Tadulako Sulteng, lalu PGS Kasi Intel Korem 142/Taro Ada Taro Gau (Tatag) Kodam Wirabuana (kini Kodam XIV/Hasanudin).
Pas tahun kejatuhan Soeharto, dia Kepala Penerangan lalu Komandan Detasemen Intel Kodam Wirabuana, 1998, di sini dia pernah Kursus Penerbang Klas III.
Tahun 2000 dia Paben BAIS TNI, ikut Satgas Intel Poso, lalu Kasi Operasi Korem 163/Wira Satya Kodam Udayana dan PBDY D-51 Direktorat D BAIS TNI. Senior Parachutist Singapura 2001 ini lalu jadi PBDY-3/PAM PNS PB-II SPAMAD dan ikut Timsus Bom Bali 2002.
Lalu jadi Dantim Analis Koops TNI dan Dansatgas Intel GP3 di Aceh (2003) lanjut Dansatgas Intel PDMD Provinsi dan Timsus Aceh hingga 2004. Dia Dansattra Satintel BAIS TNI dan ikut KIBI Sebasa Departemen Pertahanan, 2005.
Ikut Kursus Pimpinan Manajemen Pertahanan Dephan 2007, balik Wirabuana jadi Asintel Kasdam, pindah Aceh jadi BP BIN Satgas Intel Alpha-34 kurun 2007–2010 ditengahnya jadi Perwira Ahli Pangdam Iskandar Muda Bidang
Sistem Pertahanan Negara (2008), Kaposwil BIN Aceh Deputi II BIN, Direktur Kontra Separatis Dep III BIN, dan Kabinda Aceh 2010.
Lalu, Kasatgas Intel Nusantara Bersatu (Aceh Maluku Papua) BIN 2011–2015, Kasatgas Intel APEC BIN Palembang 2012, sandang Sarjana Ekonomi dan lulus PPSA-XIX Lemhanas 2013, Katim KSP-B Pokja Damai Papua BIN 2015.
Pamungkas, dia jadi Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), lembaga pemerintah nonkementerian pelaksana tugas pemerintahan bidang penanggulangan terorisme, dibawah Presiden dan dikoordinir Kemenko Polhukam.
Pas jelang masa persiapan pensiun (MPP), Sestama Gautama bertugas per 6 Januari 2016–2018. Dia dinilai sukses menghela reformasi birokrasi di BNPT, terbukti dari apresiasi pemerintah memproses usulan kenaikan tunjangan kinerja lingkup BNPT.
Hasilnya, penguatan organisasi seperti diamanatkan Perpres 46/2010 jo Perpres 12/2012, disetujui MenPAN RB (Persetujuan Struktur Organisasi dan Tata Kerja BNPT) pada 16 Januari 2017.
Pensiun 2017, tiga warsa berikut, dia kembali MPP. Kali ini dia jadi Ketua MPP DPP PRIMA.
Membersamai Ketua Umum (Ketum) DPP PRIMA Agus Jabo Priyono, anak petani asal Desa Salaman di Kabupaten Magelang (dekat Purworejo) Jawa Tengah, kelahiran 16 Mei 1969 dari 8 bersaudara, yang mulai kenal dunia pergerakan melalui pintu Pelajar Islam Indonesia (PII) saat remaja masa SMA Negeri 8 Semarang, kota dia tinggal di rumah famili titipan ortu kala itu kurang mampu, kian terasah ketertarikannya akan dunia gerakan dan kecakapan dirinya sebagai aktivis sosial pejuang rakyat terbentuk saat kuliah FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo.
Satu dekade juang jadi demonstran kampus, lintas kampus hingga lintas kota, turut dirikan Solidaritas Mahasiswa Surakarta hingga kelak Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) bareng Andi Arief dan Nezar Patria cs di Jogja, serta kota-kota berlawan penentang despotisme rezim kapitalis-militeristik Orde Baru Soeharto turut susah payah dia jalani.
Jabo jadi bagian pendiri Persatuan Rakyat Demokratik (PRD) ormas dirian 1994 embrio Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang dideklarasikan Ketum Budiman Sudjatmiko, sekjen Petrus Hari Haryanto, dan lainnya di Gedung YLBHI Jakarta 22 Juli 1996.
Turut diburu Soeharto pasca-PRD dituduh sebagai dalang kerusuhan pascapenyerbuan dan perebutan paksa kantor DPP PDI Pro Mega, Jl Diponegoro 58 Menteng, Jakarta Pusat, oleh massa PDI Pro Suryadi dan oknum militer pada Sabtu pagi 27 Juli 1996 kelak dikenal dikenang Peristiwa 27 Juli atau Tragedi Sabtu Kelabu atau Tragedi Kudeta Berdarah 27 Juli (Kudatuli), dimana PRD terpaksa tiarap bergerak bawah tanah.
Jabo menjadi bagian target utama intelijen. Dengan ruang gerak terbatas, ditengah situasi obyektif kebencian rakyat terhadap kekuasaan tiran bin korup rezim Soeharto terus membesar skala perlawanan, meluas cakupan perjuangan penentangnya, termasuk dalam ragam perlawanan politik heroik rakyat lintas sektor semisal pemogokan buruh, pendudukan lahan oleh petani, pemogokan sopir angkot, hingga boikot Pemilu 1997.
Jabo dan sejumlah rekan di PRD, kesandung insiden bom Tanah Tinggi 18 Januari 1998.
Jabo sempat tertangkap, rasakan dinginnya sel tikus penjara Polda Metro Jaya. Tahanan politik Orde Baru ini pun bebas usai Soeharto ditumbangkan gerakan reformasi.
Bebas, hingga tiba masa Pemilu demokratis pertama pasca-Orde Baru pascareformasi: Pemilu 1999 dimana PRD mencatatkan sejarah menjadi salah satu parpol pesertanya nomor urut 16, bahkan satu pimpinannya, Ketua KPP PRD Bidang Hubungan Internasional, Hendri Kuok, menjadi anggota KPU RI saat itu.
PRD, parpol yang oleh Soeharto dicap bengis sebagai “komunis”, ratusan ribu bendera dan panji “bintang gerigi”-nya berkibar manis, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote.
Sempat bikin panas, PRD yang notabene peserta Pemilu “teraneh”, mengklaim jadi “sekolah politiknya rakyat” sebagaimana propaganda politiknya lewat buku Menolak Takluk, mengampu tagline “Boikot Pemilu Atau Coblos PRD!”, terlibat bentrok berdarah depan kantor KPU RI pada 1 Juli 1999!
Kisah unik lucu menyertai, selain menyertakan seluruh kader PRD yang masih dinyatakan hilang belum kembali dan jadi bagian dari 13 korban penculikan dan penghilangan paksa aktivis prodemokrasi 1997–1998, dalam susunan caleg Pemilu; notabene ada satu nama kader pengamen Serikat Pengamen Indonesia (SPI) caleg DPRD Kota Yogyakarta menang terpilih tetapi mendadak menghilang sesaat usai mengetahui namanya muncul di daftar pengumuman caleg terpilih di koran saat itu. Sayang lupa nama, kader pengamen caleg itu pun konon tak pernah terlantik. Aha.
Dan Jabo dkk terus jatuh bangun merawat partai, merawat kader, merawat basis, plus menjaga jejaring politik juga jejaring logistik.
Sepeninggal Budiman Sudjatmiko, dilanjut Ketum PRD kedua Haris Rusly Moti ditemani Sekjen Natalia Scholastika era Gus Dur, lalu Ketum PRD ketiga Dita Indah Sari (eks Ketum Pusat Perjuangan Buruh Indonesia atau PPBI ormas buruh pendiri PRD 1996 dan Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia atau FNPBI ormas buruh PRD, penerima Ramon Magsasay Award 1995, kelak gabung PKB dan pernah jadi Staf Khusus Menakertans Hanif Dhakiri dan Menaker Ida Fauziyah).
Dan sejak 2007, Jabo, penulis buku Negeriku: Syair-Syair Perjuangan terbitan Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (2009), suami Intan Nurul Fadhillah ini tercatat sebagai Ketum PRD keempat hingga hari tanggal PRIMA resmi dideklarasikan 1 Juni 2021.
Jabo didampingi tujuh Waketum: kader asal Bima NTB, Ketum Serikat Tani Nelayan (STN) ormas tani PRD, Ahmad Suluh Rifai; kader kebudayaan, penulis, “saudara tak sedarah” politisi banteng dr Ribka Tjiptaning Proletariati, AJ Susmana; kader Sulawesi Selatan, terakhir satu-satunya perwakilan Indonesia yang diundang sebagai observer Pemilu Venezuela 5 Agustus 2024, Alif Kamal; kader buruh terbaik eks Ketum FNPBI pasca-Dita Sari, Lukman Hakim; lalu Mangapul Silalahi; eks Ketum STN, Siti Rubaidah; dan Wahida Baharuddin Upa.
Sekjen Dominggus Oktavianus diperkuat tiga Wasekjen: Anshar Manrulu, Jakpar Ahmad, Supriadi Prasetyo. Kini, Adi Prianto, Pjs Sekjen.
Bendahara Umum, Diena Charolin Mondong.
Bin Bin Firman Tresnadi didapuk jadi Ketua Mahkamah Partai. Selain itu, artis dangdut Dewi Luna; Farhan Abdillah Dalimunthe, Fentia Budiman, Mesak Habary, dan Samsudin Saman, menjadi Juru Bicara.
Program PRIMA, antara lain memperjuangkan reformasi perpajakan di Indonesia agar lebih berkeadilan; memanfaatkan sumber daya alam Indonesia untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; menjadikan Indonesia sebagai negara maju yang kuat dan berdikari baik ekonomi, politik, maupun sosial budaya dengan sistem demokrasi partisipatif, pemerintahan bersih, SDM unggul, setara, tak lagi jadi pengikut negara lain.
Dan, dengan kemakmuran dan berdikari, PRIMA meyakini Indonesia akan jadi negara yang terlibat aktif menjaga perdamaian dunia.
PRIMA ambil posisi sebagai parpol alternatif. Prinsip Kebangsaan, Kerakyatan dan Keumatan, meletak sebagai platform politik.
Lantas gimana ceritanya proses alot PRIMA nan pilu hingga gagal ikut Pemilu 2024 lalu —hajat one day election kedua pasca Pemilu 2019 silam; nun tegar hingga banting setir join andil dan sukses menangkan Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024? Bersambung. (Muzzamil)







