Pojok Bongkar
Indonesia Memasuki Fase Politik yang Baru
Jangan Sampai Ada yang Mau Mengorbankan Demokrasi
Adalah, Andi Arief yang dikenal publik sebagai sosok yang kontroversial dengan sepak terjangnya di panggung politik serta cuitannya yang lantang.
Masih membekas jejak digitalnya bagaimana ia mencuit di akun X nya,”Mohon dicek kabarnya ada 7 kontainer surat suara yang sudah dicoblos di Tanjung Priok. Supaya tidak fitnah harap dicek kebenarannya karena ini kabar sudah beredar.” Dan yang tak kalah menyita perhatian publik saat ia mencuit “Jenderal Kardus.”
Menekuni dunia politik sejak tingkat bawah. Pria kelahiran Bandar Lampung, 20 November 1970 mengawali karir politik sebagai aktivis prodemokrasi pada era orde baru 1990-an.
Namanya melambung saat aktif di Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) sayapnya Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang menentang rezim Presiden Soeharto kala itu. Sempat menjadi korban penculikan karena dianggap mengancam Orde Baru. Namun ia beruntung termasuk salah seorang yang dilepaskan sebelum jatuhnya Soeharto.
Pasca reformasi namanya sempat menghilang dari aktivitas panggung politik. Barulah di 2004 jelang pemilu nama Andi Arief muncul kembali di publik. Tergabung sebagai relawan penyokong SBY dalam kontestasi pemilu 2004.
Bisa ditebak dengan terpilihnya SBY – Yusuf Kalla sebagai pemenang pemilu 2004, karir Andi Arief makin moncer. Jabatan Komisaris PT POS Indonesia dan Staf Khusus Presiden sempat disandangnya.
Kini, Andi Arief pasca tergabung sebagai anggota tim pemenangan Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024 lalu. Prabowo Subianto akhir menang dan terpilih sebagai Presiden RI paska Pilpres 2024 lalu, terlebih sudah menjabat sebagai Komisaris Independen PT PLN (Persero), namanya sempat redup dalam hingar bingar panggung politik tanah air. Tentunya publik bertanya-tanya, ada apa dan kemana sosok politisi satu ini.
Dalam sebuah video yang beredar belum lama ini, berikut petikan hasil wawancara singkat AA sapaan akrabnya, dengan awak media.
Saat ditanya bagaimana situasi politik Indonesia saat ini dia sempat menjawab diplomatis.
“Saya sebenarnya nggak boleh bicara soal politik, karena saya kan bukan politisi lagi, saya dapat penugasan bukan hal-hal yang berbau politik, tapi saya mau berkomentar sedikit nggak apa-apalah”, kalimat pertama yang melucur dari bibir mantan aktivis era Orde Baru ini. Mengawali perbincangan dengan wartawan di kediamannya pada suatu sore.
Ketika diminta tanggapannya terkait dinamika politik pasca Pilres dan menjelang Pilkada serentak se-Indonesia, Andi menuturkan.
“Indonesia memasuki fase politik yang baru, dimana politik tuh didepan dihabisi semua. Maksud dihabisi tuh konsentrasi idiologi masyarakat dan politisi, dimana kesadaran masyarakat kesadaran politisi dihabisi diawal, kalo dulu dicicil. Kita lihat sekarang setelah pileg dan pilpres langsung ke pemilu bersamaan (pilkada, red). Tahun full politik. Jadi ini memasuki fase baru dimana kesadaran orang, semua politik”.
Andi Arief yang menasbihkan dirinya “mantan” politisi karena tugas negara yang diembannya saat ini jauh dari hiruk pikuk politik. Namun bukanlah Andi Arief namanya bila tidak tergelitik menyuarakan pemikirannya.
Masih menurut Andi Arief, setelah pilkada November ini, panggung politik akan sunyi sebab semua energi politik sudah dihabiskan di tahun politik 2024. Dengan kata lain kemungkinan mesin partai pasca pilkada tidak ada lagi pergerakan hingga jelang 2029. Pasalnya semua energi sudah terkuras di tahun politik 2024.
“Setelah pilkada langsung ini akan memasuki masa sunyi, kita tidak tahu apa yang akan terjadi kemudian setelah itu. Semua dihabisi didepan energi politik kita”. ungkap Andi.
“Setiap masa setiap fase selalu ada ujian yang berbeda dalam politik kita, ini yang sangat menarik buat kita semua, tetapi kita tetap harus hati-hati menjalani ini semua karena kita ini negara besar jangan sampai salah langka,” imbuhnya.
“Jangan sampai ada yang mau mengorbankan demokrasi, saya rasa itu saja pendapat saya sebagai mantan politisi,” pungkasnya.
(Rusmin, dari berbagai sumber)