Bongkarpost.co.id
Metro,
Wakil Wali Kota Metro, Dr. M. Rafieq Adi Pradana menegaskan bahwa kemiskinan dan kerentanan ekonomi keluarga masih menjadi akar persoalan gizi buruk dan stunting di Kota Metro.
Karena itu, ia meminta agar Program Mustahik Income Generation Program (MIGP) Sentra Metro, Family Strengthening, dan Cegah Stunting Tahun 2025 tidak hanya menjadi seremoni, melainkan dioptimalkan sebagai instrumen nyata untuk memutus mata rantai kemiskinan dan gizi buruk secara bersamaan.
“Stunting bukan sekadar soal tinggi badan anak. Ini berkaitan dengan kemampuan kognitif, daya tahan tubuh, risiko penyakit di masa depan, hingga kualitas produktivitas generasi bangsa. Karena itu, intervensinya tidak bisa parsial. Harus berbasis bukti, berorientasi siklus hidup, dan mengikat seluruh sektor dalam satu konvergensi layanan,” tegas Rafieq dalam sambutannya saat peresmian program MIGP di aula Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Metro Utara, Rabu (24/9/2025).
Dalam paparannya, Rafieq menekankan bahwa kemiskinan membuat keluarga sering mengorbankan kualitas gizi anak. Alih-alih membeli pangan bergizi, penghasilan keluarga kerap habis untuk kebutuhan harian yang mendesak.
“Di sinilah MIGP berperan menguatkan pendapatan mustahik melalui usaha produktif, akses permodalan, pendampingan bisnis, dan tata kelola keuangan keluarga. Namun, intervensi ekonomi saja tidak cukup.
“Program ini juga dipadukan dengan Family Strengthening, yakni penguatan pengasuhan, literasi gizi, sanitasi, dan kesehatan reproduksi. Tujuannya sederhana, ekonomi keluarga naik, perilaku sehat menguat, status gizi anak membaik. Tiga simpul inilah yang kita ikat melalui program ini,” imbuhnya.
Wakil Walikota sebut ada lima hal yang dapat menuntaskan masalah gizi akibat kemiskinan. Pertama oalah MIGP Sentra Metro melalui pemberdayaan mustahik melalui bantuan usaha, pelatihan manajemen sederhana, mentoring usaha 6–12 bulan, serta monitoring berbasis indikator ekonomi keluarga.
“Kedua, Family Strengthening. Parenting responsif, konseling ASI, edukasi anemia, sanitasi rumah tangga, hingga promosi pola hidup sehat. Ketiga, Cegah Stunting. Intervensi spesifik seperti suplementasi gizi, pemantauan tumbuh kembang, makanan tambahan lokal dan intervensi sensitif seperti voucher pangan, kebun gizi, fortifikasi pangan berbasis UMKM.
Keempat, Pentahelix & Digitalisasi. Kolaborasi pemerintah, akademisi, bisnis, komunitas, dan media, ditopang dashboard digital untuk memantau progres setiap keluarga dampingan. Terakhir ialah Monitoring & Evaluasi. Indikator ketat mulai dari peningkatan pendapatan, cakupan ASI eksklusif, kepemilikan jamban, hingga skor tumbuh kembang anak,” paparnya.
Rafieq juga menekankan, program ini tidak mungkin berhasil jika hanya dijalankan oleh pemerintah. Karena itu, kemitraan pentahelix menjadi strategi utama. Keterlibatan YBM BRILiaN dan BRI, TNI/Polri serta Pemerintah Kelurahan hingga akademisi dan media.
“Dukungan modal usaha, pelatihan kewirausahaan, literasi keuangan, hingga akses pasar. Melalui Perbankan. Keterlibatan TNI, Polri dan Pemerintah Kelurahan dalam memperkuat disiplin program, keamanan pangan, dan gotong royong warga.
Lalu Dinas Kesehatan, Puskesmas, Kader Posyandu yang mendampingi keluarga risiko tinggi melalui kunjungan rumah. Kemudian TP PKK, GOW, organisasi keagamaan yang menggerakkan perubahan perilaku sehat di tingkat rumah tangga. Lalu, Akademisi dan Media yang melakukan riset terapan, jaminan mutu, hingga publikasi praktik baik,” sambungnya.
Menurutnya, MIGP dirancang untuk mengintegrasikan ekonomi dan gizi sehingga keluarga tidak harus memilih antara kebutuhan harian atau pemenuhan gizi anak. Membawa layanan langsung ke rumah tangga, memperkecil kesenjangan akses.
“Lalu mendorong kemandirian keluarga, dari penerima manfaat menjadi pelaku usaha mikro tangguh. Menciptakan model replikasi bagi kelurahan lain dengan panduan sederhana,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Rafieq juga menyerukan aksi konkret dengan memerintahkan jajaran pemerintah ditingkat kecamatan untuk bergerak memastikan daftar sasaran.
“Kepada camat, lurah, kepala puskesmas, dan kader, pastikan daftar sasaran by name by address jelas, tanpa ada ibu hamil atau anak berisiko tinggi yang terlewat. Kepada dunia usaha dan filantropi, mohon dukung lewat adopsi keluarga dampingan dan pemasaran produk UMKM sehat. Kepada media, tolong jaga narasi positif berbasis data agar gerakan ini menjadi kebanggaan warga. Dan kepada para orang tua, rawat anak dengan kasih, gizi baik, dan lingkungan bersih karena mereka adalah amanah generasi,” jelasnya lagi.
“Mari kita niatkan program ini sebagai ibadah dan tanggung jawab moral bersama untuk menyehatkan generasi. Bismillahirrahmanirrahim, saya nyatakan program ini resmi berjalan,” tandasnya. (**)