Bongkar Post, SIDOMULYO, Lampung Timur — Upaya meningkatkan produktivitas pertanian di Desa Sidomulyo mendapatkan dorongan baru. Tim dosen dan mahasiswa melalui skema Layanan Kepakaran dan Pembelajaran 2025 merancang perangkat Internet of Things (IoT) untuk memantau tingkat keasaman (pH) tanah secara real-time, membuka jalan bagi praktik pemupukan yang lebih presisi dan efisien.
Program berlangsung sejak Agustus hingga Oktober 2025, diawali survei dan pengambilan sampel, dilanjutkan analisis kebutuhan, perancangan–pengembangan perangkat, hingga pengujian di lahan mitra. Uji lapangan dilakukan pada 1 Oktober 2025 bersama Kelompok Tani setempat di bawah koordinasi salah satu ketua, Edi Sartono. Lokasi mitra berjarak 40,8 kilometer dari Kampus ITERA.
Perangkat inti memanfaatkan sensor pH yang terintegrasi dengan mikrokontroler ESP32. Data pengukuran dikirim otomatis ke Blynk Cloud dan dapat diakses melalui aplikasi Blynk di telepon seluler. Dengan mekanisme ini, petani memantau pH kapan saja, menerima peringatan ketika nilai keluar dari ambang optimal, serta meninjau riwayat pembacaan untuk analisis tren.
Dalam uji fungsi, tiga alur utama yaitu pembacaan sensor, pengiriman data, dan penayangan pada dasbor terbukti berjalan stabil. Akurasi dibuktikan melalui pembandingan dengan larutan buffer pH, sementara deviasi awal dicatat sebagai dasar kalibrasi berkala. Tim juga menyiapkan format log pemeliharaan yang mencakup jadwal kalibrasi, pembersihan sensor, dan pengecekan tegangan, serta formulir pelaporan masalah yang akan digunakan pengurus Kelompok Tani.
Ketua tim, Eko Dwi Nugroho, memimpin pelaksanaan bersama dosen lainnya Aidil Afriansyah, Ilham Firman Ashari, Hafiz Budi Firmansyah, dan Miranti Verdiana. Keterlibatan mahasiswa Reynaldi Christian Simamora, Hagai Kopusi Sinulingga, Abyan King Al Baihaqy, Muklis Mustaqim, Akhwan Adib Al Hakim, dan Bayu Prameswara Haris didorong untuk memastikan alih pengetahuan dan keberlanjutan perawatan perangkat di tingkat komunitas.
Kebutuhan teknologi ini muncul dari kenyataan di lapangan. Sebagai wilayah agraris, Sidomulyo bergantung pada sektor pertanian, namun keterbatasan alat ukur dan minimnya literasi teknologi membuat pengambilan keputusan budidaya kerap berbasis perkiraan. Kondisi tersebut berpotensi menekan produktivitas dan mempercepat penurunan kesuburan tanah, terutama ketika pemupukan dilakukan tanpa dasar data pH yang memadai.
Tahapan kegiatan dirancang bertahap. Pada Agustus 2025 dilakukan pemetaan lahan dan identifikasi pola tanam sekaligus kebutuhan pengguna. Perancangan perangkat dan integrasi dasbor berlangsung hingga September, diikuti kalibrasi–validasi dengan larutan buffer. Pengujian lapangan 1 Oktober mengonfirmasi keandalan alur data, sementara Oktober difokuskan pada evaluasi, pelatihan penggunaan aplikasi, dan penyerahan panduan pemeliharaan.
Dengan adanya teknologi ini, Kelompok Tani di Sidomulyo diharapkan dapat beralih ke pertanian presisi yang berbasis data. Keputusan penakaran dosis pemupukan dan pengapuran dapat lebih tepat, memangkas biaya input akibat trial-and-error, sehingga lebih efektif serta menjaga kesuburan tanah. Data historis di aplikasi memberi gambaran tren harian hingga musiman, membantu penentuan waktu pengapuran, rotasi tanaman, dan strategi pemulihan lahan sehingga produktivitas lahan meningkat dan kesejahteraan petani terangkat.
Ke depan, tim merencanakan penyesuaian ambang pH per komoditas lokal serta perluasan titik pengukuran untuk memperoleh peta pH mikro di lahan Kelompok Tani. Monitoring berkala akan dilakukan untuk menilai dampak terhadap dosis pupuk, biaya produksi, dan hasil panen pada musim berikutnya.
Inovasi ini menandai kolaborasi kampus–masyarakat yang tepat guna: teknologi sederhana namun terukur, berorientasi pada kebutuhan petani, dan berpotensi meningkatkan daya saing pertanian Sidomulyo secara berkelanjutan. (*)