Bongkar Post
Bandarlampung,
Momen Idul Fitri dijadikan masyarakat sebagai sarana saling memaafkan dan silaturahmi, ini adalah tradisi tahunan yang terjadi paska umat Islam menjalankan ibadah puasa Ramadhan sebulan penuh.
Sedikit berbeda bagi komunitas ini. Organisasi Pecinta Classic Rock Lampung (PCRL) menjadikan momentum Hari Raya Idul Fitri tak hanya sekedar seremoni belaka, namun sebagai ajang evaluasi dan motivasi.
Ini dikatakan Denny selaku ketua PCRL saat rapat official dan anggota komunitas di basecamp Waroeng Ngumpet (WNT) Kampung Sawah Kota Bandarlampung saat membahas persiapan halal bihalal pada Senin (07/04/2025).

“Sebelumnya kami (Nopri, Joni-red) tadi siang sempat beraudiensi, ngobrol santai dengan Hi. Nuryadin, SH., di kantornya. Banyak hal dibahas menyangkut kelangsungan komunitas ini ke depan,” terangnya di awal perbincangan.
Dikatakannya, silaturahmi dan bincang singkat namun berkesan tersebut, telah membuka cakrawala dan pencerahan bagi kita semua dalam berbagai aspek. Brainstorming atau prinsip open minded harus ditekankan untuk mencapai kesuksesan dalam aktifitas bermusik.
“Tak hanya sebagai panutan dalam ketokohan, beliau juga adalah seorang pebisnis, advokat, juga entrepreneur. Masukannya tentang branding atau nilai jual tinggi sebagai syarat sukses tanpa menghilangkan idealisme musisi dalam berkarya sebagai entri point,” lanjutnya.
Evaluasi secara internal berguna untuk meningkatkan kualitas tim agar mampu berbuat lebih baik lagi, ini wajib dilakukan ditengah terpaan persaingan pasar bebas dalam industri musik Indonesia khususnya Lampung.
Berbagai komunitas rock lanjutnya, terutama Classic Rock di banyak tempat memiliki kondisi yang berbeda-beda. Baik di daerah Jawa maupun di Sumatera. Organisasi-organisasi sejenis yang mengusung visi sama tersebar di seluruh Indonesia mengalami kemajuan yang cukup signifikan baik dari segi jumlah pendukung maupun jejaring berhasil dibangun.
“Lampung ke depan dapat menjadi pilot project dalam ajang dan program yang sama, bahkan mendapat sorotan positif dari rekan-rekan komunitas lainnya khususnya genre rock wilayah Jawa. Mereka menantikan Lampung sebagai tuan rumah untuk berkolaborasi dalam tujuan menghidupkan kembali nilai-nilai musik sebagai alat pemersatu sekaligus mengusung idealisme classic rock yang sempat terpuruk paska peristiwa Covid beberapa tahun silam,” pungkas Denny.
PCRL adalah induk dari banyak komunitas, seperti Lampung Rock Community (LRC), Rock Community Lampung (RCL), dan lainnya. Komunitas besar memiliki sejarah yang panjang teruji puluhan tahun dalam berbagai ajang serta program yang diselenggarakan setiap tahun.
PCRL yang dulu didirikan oleh para foundernya seperti Argo, Ali, Denny, Doyok dan lainnya sudah mengalami pasang surut, dinamika, dan survival dalam membangun jaringan serta organisasi ini selama lebih dari satu dekade. Rapat juga dihadiri oleh Nopri selaku Humas Publikasi dan Rudi tokoh pemuda eks komunitas “Gondrong People” yang legendaris.
“Kita telah mempersiapkan segala sesuatunya secara matang dalam bentuk kepanitiaan kecil menyongsong acara halal bihalal pada hari Sabtu (12/4) ini. Lebih ke soal teknis. Tetap mengutamakan kemandirian alias swadaya sendiri. Namun mindset kami saat ini lebih terbuka dalam melihat realitas yang terjadi. Faktor teknologi, selera musik, membangun jejaring dengan stakeholder, serta bermitra dengan pemerintahan adalah beberapa poin penting pembahasan dalam rapat malam ini,” ujarnya kepada bongkarpost.co.id pada Senin (07/04/2025) malam.

Acara halal bihalal yang digawangi oleh PCRL pada Sabtu ini akan dimeriahkan oleh beberapa band rock ternama, seperti Blackstar, Lycan, RCL, Bad Symphony, De Mossi, termasuk band pendatang baru Mahabarata. Opening akan dibuka oleh Dewa dan BBB Azta.
Sejumlah anggota, pengurus, dan musisi senior ikut mengamini dan bertekad akan tetap menjalin silaturahmi, kebersamaan, serta kekompakan demi kesuksesan ajang tersebut.
“Halal bihalal ini sebagai tolak ukur kita untuk melihat soliditas tim. Banyak rekan yang akan diundang, seperti LRC, VRI, HML, KGL, Bistring, dan sebagainya untuk membuktikan bahwa PCRL adalah milik orang Lampung,” tutup Denny. (Nop)







