Miris Sepasang Pasutri di Bandar Lampung Beri Makan 9 Anaknya Dengan Nasi Garam

Bongkarpost.co.id (Bandar Lampung) – Sepasang suami istri (Pasutri) di Kelurahan Segala Mider, Kecamatan Tanjungkarang Barat, Bandar Lampung, berjuang untuk menghidupi sembilan anaknya di tengah keterbatasan ekonomi yang dialami.

Subadriah (38) dan Firdaus (42) bersama kesembilan anaknya tinggal di kontrakan yang berukuran 3×5 meter itu hanya mampu memberikan makan nasi dengan garam.

Bacaan Lainnya

Bahkan, saat tidak mampu membeli beras, Badriah hanya memberi anaknya teh campur satu roti. Makanan itu dibagi rata kepada anak-anaknya.

Tak jarang keluarganya harus rela berpuasa dua hari sekali saat dirinya tak memiliki uang untuk membeli makan, hal itu kerap membuat anaknya menangis kelaparan.

“Kadang mereka nangis lapar. Saya kasih air putih, ajak anak-anak puasa. Tega gak tega ini demi bertahan hidup,” ujar Subadriah, Selasa, 25 Oktober 2022.

Dia menceritakan setiap pagi anaknya tidak pernah sarapan hanya diberi air putih. Untuk siang hari diberi nasi campur garam karena tidak ada uang untuk membeli lauk pauk.

Suaminya yang bekerja sebagai pemasang batu nisan, tidak cukup membiayai sembilan orang anaknya. Bahkan bayar kontrakan sering nunggak karena tidak mampu bayar.

“Suami saya kerja pasang batu nisan, seminggu kadang cuma Rp100 ribu sampai Rp200 ribu. Itu pun tidak cukup biaya sehari-hari,” ucapnya.

Ia sering meminjam uang tentangga untuk membeli beras karena dalam satu hari menghabiskan beras satu kilogram. Itupun ia hemat untuk cukup sampai sore harinya.

Awalnya mereka tinggal bersama tujuh anaknya. Namun, beberapa hari lalu dikaruniai bayi kembar laki dan perempuan.

Bayi tersebut masih dirawat di rumah sakit karena membutuhkan perawatan intensif.

“Kemarin ada orang dermawan bantu kami bawa ke rumah sakit, diberi pampers dan sembako, Alhamdulillah,” ungkapnya.

Melahirkan bayi kembar pun, awalnya ia lakukan seorang diri karena tidak ada biaya untuk ke bidan atau rumah sakit.

“Bayi kan kembar, pertama lahir laki-laki sendiri saya gelar kasur, terus yang perempuan dibantu bidan dipanggil suami,” jelasnya.

Dalam keadaan hamil tua, ia tetap mengantar anaknya sekolah SD 1 Sukajawa yang berjarak dua kilometer dari kontrakan.

“Pagi saya antar jalan kaki ke SD karena gak ada motor,” katanya

Sementara itu, Firdaus mengatakan kontrakan yang ia tinggali empat bulan menunggak. “Sebulan Rp300 ratus ribu, gak ada uang gimana mau bayar,” katanya.

Selain bekerja pasang batu nisan. Ia sering diajak kerja ngerumput rumah warga. Sedangkan istrinya tidak bekerja mengurus anak-anak di kontrakan.

“Sudah ditagih terus sama pemilik kontrakan. Gak ada uang mau bayar,” ujarnya.

Ia berharap mendapat perhatian dan bantuan dari pemerintah karena keadaan ekonomi yang benar-benar tidak ada. “Gak pernah dapat bantuan dari pemerintah,” katanya.

Anaknya yang paling tua SMP bernama Tama (13), Jaya (12), Nita (10), Indah (8), Cira (6), Madon (3), Njawa (1,5), dan bayi kembar umur dua hari.

(Red)

Pos terkait