Suasana Industrial Festival 2024, bertajuk “Kaleidoskop Industrial Wrapped 2024 & Branding Jakarta Digital Industrial Parkway”, di Cibis Park, Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu, 18 Desember 2024. | dok/Muzzamil
Bongkar Post
JAKARTA, BONGKARPOST.CO.ID – Menutup akhir tahun ini. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) punya warta keren. Kemenperin mencatat sukses bukukan investasi masuk sebesar Rp12 triliun untuk tiga klaster industri digital yang ada di Jakarta, yakni Jakarta Industrial Digital Parkway (JIDP).
Jakarta Industrial Digital Parkway, klaster industri digital yang dibangun sebagai kawasan industri digital modern yang diharapkan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi di masa depan ini, terdiri tiga klaster yakni Koridor Simatupang dengan nilai investasi sebesar Rp424 miliar, Koridor Kuningan sebesar Rp3,87 triliun, dan Koridor Sudirman sebesar Rp7,71 triliun.
Secara khusus, Kemenperin memperkenalkan jenama (branding) JIDP melalui taja tematik rangkaian Industrial Festival 2024, bertajuk “Kaleidoskop Industrial Wrapped 2024 & Branding Jakarta Digital Industrial Parkway”, di Cibis Park, Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu, 18 Desember 2024.
Digelar sebagai momen refleksi perjalanan sektor industri sepanjang 2024, sekaligus langkah strategis memperkenalkan JIDP, taja dihadiri 120 peserta mahasiswa/komunitas yang berdiskusi interaktif bersama Sekretaris Jenderal Kemenperin Eko S.A. Cahyanto soal pencapaian sektor industri sepanjang tahun, termasuk tantangan-tantangan besar yang dihadapi, serta perubahan besar yang terjadi dalam transformasi digital.
“Perubahan digital ini begitu cepat. Kalau dulu, saya harus membaca media cetak untuk mengetahui kemenangan pertandingan Manchester United tadi malam. Sekarang, teman-teman bisa mendapat informasi secara real-time,” ujar Sekjen Eko.
Eko berbagi kisah, bagaimana digitalisasi telah mengubah paradigma bisnis. Pebisnis sekarang ini banyak yang tidak lagi memiliki pabrik. Dengan memiliki brand, mereka bisa rancang proses produksi hingga pemasaran tanpa harus memiliki fasilitas fisik sendiri.
“Sekarang siapapun bisa jadi industriawan, businessman, tanpa harus keluar rumah,” tandas Sarjana Hukum Universitas Airlangga (1996), dan Master of Laws Magister Asian and Comparative Law Programme University Of Washington, Seattle, AS (2003) ini.
Dalam upaya memperkuat ekosistem industri, Eko mengungkap kolaborasi kementeriannya dengan beberapa kampus yang memiliki pendekatan inovatif. “Saya telah bekerja sama dengan beberapa kampus yang menuntut mahasiswanya untuk mendirikan industri atau usaha kecil sebagai syarat kelulusan, bukan hanya melalui skripsi,” ungkap Eko.
Menurut mantan Kabag Mutasi Jabatan (Mei 2015) lanjut Kabid Lingkungan Hidup, Budaya, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga; serta Kabid Pembangunan Daerah Tertinggal pada Deputi Bidang PMK Setkab (Agustus 2015) sebelum di Kemenperin jadi Karo Hukum dan Organisasi (Maret 2016-2019), Kepala Badan Pengembangan SDM Industri 2019-2020; dan Dirjen Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (19 Januari 2021-kini) ini, kolaborasi itu bertujuan mendorong lahirnya pewirausaha muda yang siap bersaing di era digital.
Generasi muda, baik milenial, zilenial (genzi) dan generasi alpha, dapat memanfaatkan semua kemajuan digitalisasi, terlebih setelah hadirnya JDIP sebagai simbol modernisasi dan pusat inovasi teknologi.
Eko memperkenalkan branding JIDP, yang dirancang Kemenperin sebagai katalisator menuju Industri 4.0 dengan mengintegrasikan berbagai aktivitas berbasis teknologi seperti pengembangan aplikasi, pengolahan data, layanan keamanan informasi, dan e-dagang (e-commerce).
Berkonsep kawasan ramah lingkungan dan berbasis teknologi canggih, JIDP tak cuma menarik investasi besar tapi juga menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong inovasi yang mentransformasi ragam sektor industri.
CEO DKID Media Kreatif, Rhodie Situmorang, bos perusahaan layanan dan ritel industri teknologi informasi dan media dirian 2018 berbasis di Jakarta, mengatakan, sebagian besar anak muda saat ini pasti memiliki setidaknya satu produk digital seperti smartphone.
Karena itu, teknologi digital mampu membuat semua lapisan masyarakat tanah air termasuk mahasiswa dapat menjadi bagian dari industri seperti industrialis sektor digital.
Digital itu sangat luas, ulas Rhodie. Semua orang bisa akses informasi dan berkreasi tanpa batas. Kita dapat memanfaatkan informasi yang sekarang ini punya nilai jual luar biasa. “Kita bisa jadi content creator, affiliator, apapun yang bisa menuangkan kreatifitas kita. Kuncinya jangan malas, harus konsisten,” ujar dia bersemangat.
Aji, peserta, mahasiswa Prodi Matematika Universitas Negeri Jakarta (UNJ) berharap semoga perkembangan industri digital di masa mendatang, tak hanya bergerak vertikal.
“Tetapi juga horizontal, yaitu merata dan bisa dirasakan semua masyarakat,” asa Aji.
Melalui acara ini, Kemenperin berharap dapat memperkuat kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, akademisi, untuk menciptakan ekosistem digital terintegrasi. Penguatan branding kawasan JIDP diharap bisa menjadikan Jakarta sebagai pusat industri digital modern di Asia Tenggara.
“Kaleidoskop Industrial Wrapped 2024 & Branding Jakarta Digital Industrial Parkway diharapkan tidak hanya menjadi penutup perjalanan sektor industri sepanjang tahun, tetapi juga pembuka jalan menuju inovasi dan pertumbuhan yang lebih baik di tahun 2025,” asa Sekjen Eko.
Dengan sinergi kuat semua pihak, JIDP diharap mampu mewujudkan visi besar pemerintah bawa Indonesia menuju masa depan ekonomi digital berdaya saing global.
Kemenperin, sebelumnya menaja Industrial Festival 2024 pertama berkolaborasi dengan even Halal Indo di Tangerang, September 2024. Lalu, Industrial Festival 2024 kedua dikemas kolaboratif dengan even Hari Batik Nasional di Jakarta, Oktober 2024.
Industrial Festival 2024 ketiga di Surabaya, 4-5 Desember lalu dengan tangkai kegiatan talk show, workshop dan coaching clinic, mini expo, juga factory tour ke PT. Nestle dengan target audiens utama mahasiswa dan generasi muda di Surabaya dan sekitarnya.
Lampung Juga Bisa, Sekjen Eko!
Namanya program keren biasanya bikin waw, alias takjub, menilik grafik tumbuh kembang bonus demografi berupa generasi milenial terutama milenial akhir pra genzi (Xilenial), lantas genzi atau iGen (Generasi Internet) yang tumbuh bersamaan era digital yang telah mapan, dijuluki “digital native” sebab genre sosial pertama yang tumbuh dengan akses ke internet/teknologi digital portabel, serta Generasi Alpha, “anak-anak milenium”, genre pertama yang lahir sepenuhnya abad ke-21, diprediksi memiliki usia hidup terlama dan tingkat kesejahteraan tertinggi dibanding genre-genre sebelumnya.
Di Lampung. Juga tak kalah progresinya.
Ditambah tumbuh kembang pelbagai respons agresif dunia sivitas seturut lahirnya prodi Strata 1 (S1) terkait di beberapa kampus, misal S1 Sains Data di Institut Teknologi Sumatera (ITERA), dan Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya; S1 Bisnis Digital di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung (FEB Unila), Universitas Nahdlatul Ulama (Unula), dan IIB Darmajaya, serta peminatan Prodi S1 Kewirausahaan Fakultas Bisnis Universitas Mitra (UMITRA) Indonesia, dan lainnya.
Menyusul, jamaknya Prodi S1 pun S2 eksisting sebelumnya seperti Prodi Sistem Informasi, Teknologi Informasi, Teknik Informatika, dan lain sebagainya.
Secercah harapan, sekaligus peluang emas, secara tersirat terkuak dari keterangan Eko. Simak saja, menurut Sekjen Kemenperin ini, yang menggarisbawahi bahwa saat ini industri digital tumbuh lebih besar daripada industri manufaktur. Maka dari itu, Kemenperin akan terus mendorong konsep industrial Parkway lebih banyak di Indonesia.
“Kami coba kembangkan konsep Digital Industrial Parkway itu untuk bisa menciptakan ekosistem yang lebih baik, sehingga mereka bisa tumbuh terjaga, bisa menciptakan ekosistem yang lebih kuat dan kami mengajak pemerintah, pemerintah daerah dan lembaga terkait untuk bisa mendorong lebih kuat lagi,” terang Sekjen Eko, membuka peluang.
Nah, Bunda Eva, Walikota Bandarlampung Eva Dwiana; dan Iyay Mirza, Gubernur Lampung terpilih 2025-2030, ini dia peluang emas. Mari kita jemput, bola ini. Sayang andai terlewat.
Pembaca budiman, setuju? (Muzzamil)