Opini
Kebanyakan orang takut pada masalah. Padahal Itu adalah Peluang Sukses
Oleh: Hengki “Eral Kafe”
Mereka merasa masalah adalah beban, hambatan, atau sesuatu yang harus dihindari. Padahal, justru di balik masalah itulah peluang besar sering bersembunyi. Itulah sebabnya, orang-orang yang berani menghadapi masalah biasanya lebih cepat maju daripada mereka yang hanya mengeluh, takut & terus menghindar.
Jika kita perhatikan, hampir semua inovasi besar lahir dari masalah. Jadi, masalah bukan akhir dari segalanya, melainkan pintu masuk menuju kekuatan baru.
Setiap masalah yang muncul memberi kesempatan bagi kita untuk berpikir kreatif. Orang yang bisa melihat masalah sebagai inspirasi akan selalu menemukan cara baru untuk berkembang. Itulah kenapa perusahaan besar selalu fokus pada riset masalah pelanggan, karena dari situlah lahir inovasi.
Sebaliknya, orang yang hanya melihat masalah sebagai penghalang akan kehilangan peluang. Mereka berhenti di titik keluhan, bukan bergerak mencari solusi. Padahal, di dunia ini selalu ada ruang bagi inovator, bukan bagi pengeluh.
Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak mencari siapa yang paling banyak mengeluh, tapi siapa yang paling bisa memberi jalan keluar. Orang yang punya solusi selalu dicari, dan dihargai.
Inilah sebabnya pemimpin, pengusaha, & profesional sukses selalu punya nilai lebih: mereka menjawab masalah, bukan sekadar hadir dalam masalah.
Kalau kita ingin mencapai apa yang menjadi impian besar anda dalam hidup, kuncinya bukan sekadar pintar bicara, apalagi hobi mengeluh. Semakin banyak masalah yang bisa kita pecahkan, semakin tinggi nilai kita di mata orang lain.
Masalah bukan hanya peluang finansial, tapi juga peluang membentuk diri.
Orang yang terbiasa menghadapi masalah tidak mudah goyah. Mereka justru semakin percaya diri, dan ketika mental sudah ditempa, mereka siap menghadapi masalah-masalah yang lebih besar dengan cara yang lebih bijak.
Sejarah membuktikan, orang yg mampu menyelesaikan problem di masyarakat selalu mendapat tempat terhormat. Pemimpin besar lahir karena mampu menjawab keresahan rakyat. Pemimpin besar lahir dari kesederhanaan.
Pengusaha sukses muncul karena bisa memecahkan masalah konsumen.
Dengan kata lain, siapa pun yang bisa mengubah masalah jadi solusi akan selalu dicari orang.
Kebanyakan orang ingin hidup tanpa masalah. Padahal, itu mustahil. Yang lebih masuk akal adalah belajar mencintai masalah, karena di sanalah kita ditempa sekaligus diberi peluang.
Orang yang berani menatap masalah akan selalu satu langkah di depan mereka yang hanya menghindar.
Mulailah dengan masalah, kenapa kamu sering gagal, sekalipun kamu telah dimodali orang lain berulang kali, evaluasi dan berusahalah agar jangan mengulanginya lagi.
Peluang selalu datang dalam bentuk masalah, kalimat ini bukan sekadar nasihat, tapi hukum kehidupan. Dunia ini akan selalu dipenuhi masalah, tapi juga selalu dipenuhi peluang bagi mereka yang berani menghadapinya.
Maka berhentilah mengeluh ketika masalah datang.
Banyak orang beranggapan bahwa jurang antara orang kaya & miskin hanya soal uang.
Pandangan ini sungguh sangat keliru & salah besar. Sesungguhnya, alasan orang kaya enggan bergaul dengan orang miskin tidak semata-mata karena perbedaan harta, melainkan karena perbedaan cara berpikir, pola kebiasaan, & energi yang mereka bawa dalam hidup.
Itulah mengapa, walaupun ada orang miskin yang berpotensi, orang kaya lebih memilih bergaul dengan mereka yang memiliki visi, semangat, & mentalitas positif, bukan selalu banyak mengeluh dan sekadar melihat isi dompet.
Persahabatan sejati bagi mereka dibangun atas dasar mindset, bukan saldo rekening.
Padahal perbedaan mindset lebih besar daripada perbedaan harta. Orang yang bermental petarung terbiasa berpikir ke depan, melihat peluang, berani ambil resiko, berani berkorban & terus memikirkan pertumbuhan.
Sementara itu, banyak orang yang bermental miskin lebih fokus pada masalah, keluhan terus & tidak mau mengakui kesalahannya hanya demi mempertahankan ego, walaupun dia harus “buntu berkepanjangan”.
Ketika dua orang bertemu, yang satu bicara soal peluang, investasi, dan masa depan, sementara yang lain hanya bicara soal keluhan terus, nasib buruk dan kesulitan hidup, tentu akan terjadi jarak. Jadi, yang membatasi bukan uang, melainkan cara berpikir.
Energi negatif membuat jarak
Orang kaya untuk menjaga energi mereka agar tetap positif, produktif, & membangun.
Mereka menghindari lingkaran yang penuh keluhan, atau mental selalu menyalahkan keadaan. Sebaliknya, orang miskin yang terus-menerus mengeluh tanpa berusaha mencari solusi justru membawa energi negatif yang melemahkan.
Bukan berarti semua orang miskin seperti itu. Namun, ketika seseorang lebih banyak menyebar pesimisme daripada harapan, orang-orang yang bermental petarung akan menjaga jarak.
Lingkungan menentukan arah hidup, lingkungan berpengaruh besar pada cara berpikir. Karena itu, selektiflah dalam memilih teman bergaul.
Jika bergaul terlalu sering dengan orang yang tidak punya visi hidup, kamu akan ikut terseret dalam pola pikir yang stagnan.
Carilah lingkaran yang mendukung pertumbuhan, bukan sekadar lingkaran pertemanan tanpa arah.
Orang akan lebih menghargai tindakan, bukan alasan. Bagi orang-orang yang bermental petarung, semua orang punya masalah. Bedanya, sebagian orang memilih mencari solusi, sebagian lain memilih alasan & ada juga yang sulit selalu mengakui kesalahannya, bahkan ada kesalahannya yang dilakukannya berulang kali.
Orang akan lebih cenderung menghargai mereka yang berani bertindak, walaupun masih berjuang, daripada mereka yang hanya menunggu pasrah sampai keadaan berubah.
Inilah alasan banyak juga orang kaya mau membantu mereka yang miskin tapi mau berusaha. Karena yang dilihat bukan harta dimiliki sekarang, melainkan mentalitas yang dimiliki untuk membangun masa depan.
Banyak juga orang yang tidak menolak orang hanya karena perbedaan status. Mereka menolak mentalitas miskin, mentalitas yang penuh keluhan, & pasrah.
Sebaliknya, orang yang bermental petarung sangat menghargai siapa pun, dari kelas sosial manapun, yang punya integritas, semangat belajar, dan visi hidup.
Itu sebabnya, ada banyak cerita tentang orang miskin yang berhasil membangun hubungan dekat dengan orang kaya karena punya nilai yg sama: semangat kerja keras, pola pikir maju, & energi positif. Pada akhirnya, uang hanya pemisah semu, sementara pola pikir adalah pemisah sejati.
Jadi, benar bahwa banyak orang kaya enggan bergaul dengan orang miskin, tetapi bukan karena soal uang. Alasan utamanya adalah perbedaan mindset, energi, & nilai hidup.
Jika ingin masuk ke lingkaran orang-orang yang bermental petarung bukan uang yang harus dicari lebih dulu, melainkan cara berpikir yg benar.
Karena pada akhirnya, dunia ini tidak membedakan orang berdasarkan jumlah harta, tetapi berdasarkan kualitas pikiran & tindakan yang mereka bawa.
Salam sehat & salam semangat selalu untuk semuanya dimanapun berada.
*Owner Kafe Eral, Jl. Tirtayasa No. 51A Sukabumi Kota Bandarlampung. Asli Musi Rawas Sumsel.