I’tikaf 10 Malam Terakhir Ramadan: Lebih Dekat pada Allah

Artikel

 

Bacaan Lainnya

I’tikaf 10 Malam Terakhir Ramadan: Lebih Dekat pada Allah

Oleh: Arsiya Heni Puspita

(Penulis dan Jurnalis)

 

Ramadan adalah bulan mulia dan istimewa pada bulan ini segala pahala dilipatgandakan. Kaum muslimim lebih banyak melakukan ibadah jika dibandingkan dengan hari-hari biasa. Terutama pada 10 malam terakhir bulan Ramadan diantaranya i’tikaf di masjid.

Adapun dalil-dalil Al-Qur’an dan Al-Hadits tentang i’tikaf diantaranya surah Al-Baqarah ayat 125 dan ayat 187. Sedangkan Al-Hadits dari lbn Umar ra, Aisyah ra, dan Abu Hurairah ra.

“….Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, i’tikaf, rukuk, dan sujud.” Penggalan terjemahan terakhir surah Al-Baqarah (Sapi Betina) 2: 125.

“….(tetapi) jangan kamu campuri mereka itu, dalam keadaan kamu sedang beri’tikaf dalam masjid. Itulah batas-batas larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa”. Penggalan terjemahan terakhir surah Al-Baqarah (Sapi Betina) 2: 187.

Berdasarkan Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an” karya M. Quraish Shihab yang diterbitkan oleh Lentera Hati. Surah Al-Baqarah ayat 125, i’tikaf adalah berdiam walau sejenak di masjid dengan tujuan merenung dan ibadah untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.

Lalu, Surah Al-Baqarah ayat 187, jangan campuri istri kamu walaupun berada di luar masjid. Kadang kala saat i’tikaf harus keluar sejenak dari masjid untuk suatu keperluan yang mendesak tetap tidak dibenarkan mencampuri istri.

Adapun dalil lainnya, terjemahan Al-Hadits berdasarkan Syarah Riyadhush Shalihin kaya Imam an-Nawawi dengan pensyarah Dr. Musthafa Dib al-Bugha, dkk yang diterbitkan oleh Gema Insani (GP).

Hadits dari Ibn Umar ra ia berkata: “Rasulullah saw selalu beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan ramadan”. (Muttafaq ‘alaih).

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab I’tikaf bab “I’tikaf pada Sepuluh Hari Terakhir” (4/235, 236) dan Imam Muslim dalam kitab I’tikaf bab “I’tikaf pada Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadan (1171).

Anjuran i’tikaf pada sepuluh malam terakhir bulan ramadan untuk meneladani perbuatan Nabi Muhammad saw. Hikmah i’tikaf yang bisa didapat yaitu konsenstrasi pikiran, jernih hati, totalitas ibadah serta menyiapkan diri untuk menyambut Lailatul Qadar.

Hadits dari Aisyah ra ia berkata: “Rasulullah saw selalu beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan hingga beliau dipanggil Allah. Kemudian setelah itu istri-istrinyapun beri’tikaf”. (Muttafaq ‘alaih).

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab I’tikaf bab “I’tikaf pada Sepuluh Hari Terakhir” (4/235) dan Imam Muslim dalam kitab I’tikaf bab “I’tikaf pada Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadan (1172, 5).

Hadits dari Abu Hurairah ra ia berkata: Rasulullah saw selalu beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Pada tahun beliau wafat, beliau beri’tikaf dua puluh hari.” (HR. Bukhari).

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab I’tikaf bab “I’tikaf pada Sepuluh Hari Terakhir” (4/245).

Nabi Muhammad saw pernah i’tikaf sepuluh hari pertengah ramadan untuk mencari Lailatul Qadar. Lalu, beliau tahu bahwa Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir, maka Rasulullah saw melakukan i’tikaf pada sepuluh malam terakhir.

Rasulullah saw menggandakan masa i’tikaf beliau sebagaimana menggandakan madrasah Al-Qur’an bersama malaikat Jibril untuk meningkatkan mujahadah dan ketaatan, setelah diberi tahu dekatnya ajal Rasulullah saw.

Hadits dari Aisyah ra ia berkata: “Apabila sudah masuk sepuluh terakhir (bulan Ramadan), maka Rasulullah saw selalu menghidupkan malam itu (dengan ibadah), membangunkan keluarganya, dan mengencangkan ikatan sarungnya.” (Muttafaq ‘alaih).

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Salat Tarawih bab “Amalan pada Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadan” (4/233, 234) dan Imam Muslim dalam kitab I’tikaf bab “Bersungguh-sungguh pada Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadan (1174).

Mengencangkan ikatan sarungnya merupakan kiasan tentang tidak menggauli istri untuk sibuk dengan ibadah.

Menurut Imam an-Nawawi i’tikaf secara bahasa berarti berdiam dan menahan. Sedangkan secara syariat berarti berdiam dengan cara tertentu atau berdiam di masjid dengan niat tertentu. Jadi, i’tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat dan cara tertentu.

Amalan I’tikaf 10 Malam Terakhir Bulan Ramadan

Setelah melakukan salat berjamaah isya’ kemudian dilanjutkan dengan salat tarawih dan salat witir maka bagi yang ingin i’tikaf langsung melanjutkan dengan ibadah lainnya yaitu pertama, tadarus Al-Qur’an baik sendiri atau bersama jemaah lainnya.

Kedua, kajian lslam berupa ceramah agama umumnya pembahasan tentang ibadah-ibadah pada bulan Ramadan. Ketiga, Qiyamul Lail atau salat malam diantaranya, salat tahajjud, salat istikharah, dan salat hajat. Lalu, keempat banyak berzikir dan doa untuk keselamatan kehidupan di dunia dan akhirat kelak.

Dilanjutkan sampai salat subuh, bagi yang memiliki keluasan waktu bisa dilanjutkan dengan melakukan ibadah salat syuruq atau isyraq lalu ditutup dengan salat duha.

Dengan melakukan i’tikaf pada sepuluh malam terakhir bulan ramadan bisa lebih dekat pada Allah swt dan menjadi hamba-Nya yang bertakwa dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Kedekatan ini harus diwujudkan setelah bulan Ramadan dan tetap konsisten melakukan ibadah seperti pada saat bulan Ramadan. Semua harus diniatkan karena Allah swt untuk mendapat ridho-Nya.

Yaa Robbana, jadikanlah kami hamba-Mu yang tetap konsisten menjalankan ibadah Ramadan di bukan-bulan lainnya. Kabulkanlah permohonan kami. Maha benar Allah dalam segala Firman-Nya dan Maha Benar Nabi Muhammad Saw. Wallahu a’lam bishowab.

Pos terkait