GLISERIN – Indonesia, produsen gliserin terbesar di dunia, penguasa sepertiga pasokan global, Lampung andil didalamnya. Tujuh pabrikan investor PMA, LDC Group, ada di Lampung, total investasi 160 juta dolar AS. | dok/Muzzamil
Bongkarpost.co.id
Bandar Lampung,
Indonesia merupakan negara produsen gliserin terbesar di dunia, yang menyumbang lebih dari sepertiga total produksi global.
Seiring zaman, volume permintaan globalnya terutama untuk pemenuhan kebutuhan ragam industri aplikatif terus berkembang termasuk di Asia, terutama Cina, Jepang dan Korea.
Gliserin, senyawa organik alami berupa cairan bening, tak berwarna tak berbau, memiliki rasa manis; berasal dari minyak nabati atau lemak hewani, multiguna bahan baku industri.
Disitat dari artikel narablog Harry Wiyono, wartawan sejak 1984, dan periset Market Riset Indonesia (MRI); di Kompasiana, 16 Mei 2023, gliserin mentah (gliserol) hadir dalam bentuk ester di semua lemak dan minyak nabati.
Gliserol, infonya acap jadi produk sampingan biodiesel. Sebelumnya, gliserin diproduksi dengan cara saponifikasi untuk membuat sabun tallow. Saat ini, info Harry, setidaknya 70 persen dari produksi gliserin global berasal dari bahan baku minyak untuk biodiesel melalui proses transesterifikasi (proses di mana lemak atau minyak bereaksi dengan alkohol, bentuk ester dan gliserol), sisanya melalui hidrolisis (proses pemisahan).
Dengan kata lain, gliserin mentah berasal dari lemak dan minyak yang telah melalui proses saponifikasi, hidrolisis, atau transesterifikasi.
Dalam keadaan mentah, gliserin kemudian dimurnikan dengan cara distilasi. Salah satu korporat industrialis ini, yakni Musim Mas; telah lakukan ini pada penyulingan di tiga pabrik di Indonesia sejak 2003, serta satu pabrik penyulingan khusus gliserin terbesar di dunia di Farmsum, Belanda.
Notabene, gliserin memiliki sifat yang berguna yakni Humektan (menarik air dari udara ke dalam kulit sehingga jaga kulit tetap lembab), Higroskopik (berkemampuan menyerap air dan menjaga kelembaban), dan Solubilitas (larut dalam air sehingga mudah digunakan dalam berbagai formulasi produk).
Sangking dia multiguna, lantaran salah satu sifat terbaik gliserin ialah ramah lingkungan, bisa terurai hayati. Ilmuwan menemukenali, saat dilepas ke lingkungan, gliserin tersebar dalam air, terkandung dalam udara, tanah atau sedimen dalam kadar aman.
Kata lain, gliserin miliki potensi bioakumulasi yang rendah, yang penting bagi eksportir saat hadapi persyaratan kepatuhan bahan kimia.
Kegunaannya antara lain buat perawatan kulit (sebagai pelembab karena mampu menarik air dalam kulit); bahan baku industri makanan minuman (zat pengental/pemanis); bahan baku industri farmasi (bukan bahan beracun dalam sistem pencernaan, lazim dipakai di ragam sediaan obat seperti suppositoria atau enema untuk atasi sembelit, sirup obat batuk, kapsul gelatin lunak, agen pengikat tablet).
Lalu, bahan baku industri kosmetik (bahan utama sabun, shampoo, losion, produk rawat kulit lain); bahan baku industri tekstil (zat pengolahan dalam produksi tekstil); bahan baku industri otomotif (agen penghilang lapisan es di lapangan terbang), untuk aplikasi industri (bahan baku kartrid printer dan tinta, deterjen, kertas, pakan ternak); dan lainnya.
Bicara prospektus, prospek industri gliserin di Indonesia kurun mendatang disigi bakal tetap relatif cukup cerah, sedikitnya apabila ditinjau dari empat indikator pemengaruh utama.
Yakni, ketersediaan bahan baku melimpah; konsumsi dalam negeri (imbas dinamis dari perkembangan industri pemakai) dilaporkan terus meningkat; prospek pasar ekspor cukup besar meningkat setiap tahun; dan dukungan partisipasi dan intervensi pemerintah lewat pelbagai upaya sistemik terukur terencana, daya dukung pengembangan industrinya.
Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika, bilang, dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015–2035 yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 14/2015, disusun sebagai pelaksanaan amanat Undang-Undang (UU) Nomor 3/2014 tentang Perindustrian, serta jadi pedoman bagi pemerintah dan pelaku industri dalam perencanaan dan pembangunan industri.
Untuk industri hulu agro, sebut Dirjen Putu, yang akan dikembangkan antara lain industri oleofood, oleokimia dan kemurgi.
Industri oleofood yang telah, sedang, akan difokuskan dikembangkan atau dibangun hingga 2035 meliputi betacaroten; coco butter substitute; gliserol; margarin; Palm Fatty Acid Distillate (PFAD); olein; other specialty fats; shortening; specialty fats (coco butter substitute); stearin; tocopherol; asam organik dan alkohol dari limbah industri sawit dan specialty fats bahan tambahan pangan.
Industri oleokimia yang telah, sedang, akan difokuskan dikembangkan atau dibangun hingga 2035 yakni fatty acids; fatty alcohols; asam lemak nabati (fatty amine); asam stearat (stearic acid), biolubricant (rolling oils); bioplastic Polybetahydroxybutirate (PHB), Polyhydroxyvalerate (PHV), polylactate berbasis limbah industri sawit; glycerine based chemical; methyl estersulfonat (biosurfactant); Isopropyl Myristate (IPM); Isopropyl Palmitate (IPP); Methyl esters, dan polymers turunan minyak sawit.
Industri kemurgi yang telah, sedang, akan difokuskan dikembangkan atau dibangun hingga 2035 adalah aromatic building blocks berbasis lignin untuk sintesis obat/farmasi dan Nano-cellulose derivatives; bioavtur (bio jet fuel); biodiesel; biodiesel (Fatty Acid Methyl Ester atau FAME); bioethanol; biogas dari POME; biomaterial untuk peralatan medis; bio-based fiber and polymers (carbon fiber, viscous); new generation of biobased composite; dan secondary biofuel.
Dalam catatan Harry Wiyono dua tahun lalu itu, saat itu kurang lebih ada 18 perusahaan manufaktur industri gliserin di Indonesia. Berkapasitas terbesar, PT Murini Samsam (152.000 ton per tahun), disusul PT Mekar Bumi Andalas dan PT Multi Nabati Sulawesi (sama: 57.143 ton per tahun).
Seiring permintaan dalam negeri serta pasar ekspor yang sama-sama terus meningkat, tak heran jika beberapa tahun terakhir, gliserin dihasilkan para perusahaan tersebut terus alami kenaikan cukup besar.
Merujuk satu penelitian, produksi gliserin di Indonesia pada 2017 diperkirakan mencapai 740,2 ribu ton, naik jadi 1.096,7 ribu ton pada 2018, lanjut mencapai 1.674,0 ribu ton pada 2020, naik sedikit di 2021, diperkirakan naik 10 persen jadi 2.003 ribu ton pada 2022.
Bagaimana dengan dinamika eksportasinya?
Selain dikonsumsi di dalam negeri, gliserin yang dihasilkan perusahaan tersebut selama ini juga sudah dipasarkan ke luar negeri dan tampak terus alami kenaikan sangat besar.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indonesia baru dapat mengekspor gliserin sebanyak 565,1 ribu ton pada 2017, terus naik mencapai puncak jadi 1.254,5 ribu ton pada 2020, naik sedikit jadi 1.303 ribu ton pada 2021, diperkirakan naik lagi di 2022 menilik volumemya ekspornya telah mencapai 704 ribu ton di Januari-Juni sehingga keseluruhan tahun diperkirakan mencapai 1.409,7 ribu ton.
Statistik Perdagangan Internasional, notabene memasukkan ekspor impor gliserin dalam kelompok Nomor HS 15200010 (Crude Glycerol), Nomor HS 15211000 (Glycerol, Glycerol Waters and Glycerol Lyes, Oth Than Crude Glycerol), dan Nomor HS 29054500 (Glycerol). Dari ketiga jenis, yang terkecil diimpor: gliserin tergabung HS 15211000.
Sedang dua jenis lainnya, volume ekspornya dilaporkan cukup besar. Pada 2018 Indonesia berhasil ekspor gliserin tergabung nomor HS 15200010 sebanyak 490.941 ton, lalu naik hingga mencapai 671.158 ton pada 2020, anjlok jadi 144.428 ton pada 2021, diprediksi naik lagi di 2022 sebab volume ekspornya Januari-Juni mencapai 370.177 ton hingga keseluruhan tahun diperkirakan 740.354 ton.
Adapun, jenis gliserin terbanyak diekspor: yang tergabung nomor HS 15200010 dan HS 29054500. Jenis Crude Glycerol tercatat diekspor ke 13 negara pada 2021, terbesar ke China (102.240 ton) nilai 294,5 juta dolar AS.
Kemudian, jenis Glycerol seluruhnya ditujukan ke 68 negara, volume terbanyak juga ke China yakni 110.008 ton senilai 249,2 juta dolar AS.
Data BPS, jumlah perusahaan rutin ekspor gliserin tahun 2021 sebanyak 26. Yakni, PT Batara Elok Semesta Terpadu, PT Bayas Biofuels, PT Ciliandra Perkasa, PT Dabi Biofuels, PT Domas Agrinti Prima, PT Ecogreen Oleochemical, PT Energi Sejahtera Mas, PT Itochu Indonesia, PT KLK Dumai, dan PT Kutari Refenary Nusantara.
Berikut PT Mega Surya Mas, PT Multi Nabati Sulawesi, PT Musim Mas, PT Nubika Jaya, PT Pelita Agung Agriindustri, PT Permata Hijau Palm Oleo, PT Polychem Indonesia Tbk, PT Sari Dumai Sejati, PT Sinarmas Bio Energi, PT Smart Tbk, PT Sogi Mas, PT Tunas Baru Lampung, PT Unilever Indonesia Tbk, dan PT Wilmar Bioenergi Indonesia.
Lantas bagaimana dinamika importasinya? Catat BPS, Indonesia juga masih mengimpor gliserin meski volumenya relatif kecil. Misal, 2017 lalu Indonesia impor 4.946 ton gliserin, lalu 7.597 ton pada 2019, turun drastis pada 2020, turun lagi pada 2021, naik sedikit pada 2022 sebab volume impornya Januari-Juni tercatat 2.708 ton sehingga keseluruhan tahun diperkirakan cuma 5.416 ton.
Dari pengelompokan tiga jenis gliserin dalam Statistik Perdagangan Internasional di atas, impor gliserin terbanyak Indonesia adalah jenis Glycerol (nomor HS 29054500).
Di mana, volume impornya tercatat 4.531 ton senilai 4,0 juta dolar AS pada 2017, naik jadi 5.502 ton senilai 6,8 juta dolar AS (2018), lalu turun menjadi 3.796 ton (2019), naik lagi jadi 3.925 ton (2020), turun lagi menjadi 2.615 ton (2021), dan pada 2022 diperkirakan naik akan sebab volume impornya mencapai 1.867 ton selama Januari-Juni sehingga keseluruhan tahun itu diperkirakan mencapai 3.734 ton.
Catat BPS, seluruh gliserin yang diimpor 2021 asal dari 15 negara yakni AS, Belanda, Belgia, China, Guatemala, Hongkong, India, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Malaysia, Prancis, Singapura, dan Taiwan. Pemasok terbanyak, Malaysia 2.373 ton senilai 2,2 juta dolar AS.
Catat BPS pula, ada 14 korporasi rutin impor gliserin sepanjang 2021: CV Artha Metro Oil, PT. Chemco Prima Mandiri, PT Cristal Clear Chemicals, PT GCP Applied Technologies Indonesia, PT Multi Eka Chemicalindo, PT Musim Mas, PT NGK Ceramic Indonesia, PT Plasma Unitec Global, PT Rohto Laboratories Indonesia, PT Universal Tekno Reksaja, PT Wilmar Bioenergi Indonesia.
Pada dua tahun lalu itu, ujar Harry Wiyono, sulit dapat angka pasti jumlah konsumsi nasional gliserin. Pemerintah dalam hal ini Kemenperin, disebut Harry sampai Mei 2023 belum pernah lakukan riset industri ini, pun asosiasi perusahaan oleochemical Indonesia.
Namun demikian tandas Harry, dengan cara menjumlahkan total volume produksi dan total volume impor lalu dikurangi total volume ekspor, diketahui kurun beberapa tahun terakhir sebelum 2023 lalu itu, konsumsi gliserin di Indonesia cenderung menaik.
Melalui perhitungan tersebut, rinci Harry, konsumsi gluserin di Indonesia pada 2017 diperkirakan mencapai 180.603 ton, pada 2018 naik menjadi 212.427 ton, pada 2019 sedikit menurun menjadi 206.456 ton, setelah itu 2021 meningkat menyolok hingga 620.776 ton, pada 2022 walau menurun namun relatif kecil menjadi 598.958 ton.
Dengan tingginya rerata kenaikan konsumsi domestik gliserin di Indonesia sebesar 31,94 persen kurun 2017–2022 lalu, sebab adanya kenaikan konsumsi tahun 2020 sebesar 99,69 persen, maka bila diasumsikan dalam 5 tahun setelahnya: kurun 2023–2028, rerata naik 10 persen saja, misal; dengan demikian dapat diketahui pada 2023 konsumsi gliserin di RI akan mencapai 658.853 ton, lalu naik terus hingga kelak mencapai 964.627 ton di 2027.
Dan demi uber konsumsi nan terus meningkat maka perlu adu balap peningkatan produksi.
Adapun, rerata kenaikan produksi gliserin kurun 2017–2022 lumayan besar, sekitar 26 persen. Tingginya kenaikan, sebab lonjakan produksi 2028 menyolok: 48,14 persen.
Lantas jika diasumsikan 5 tahun setelahnya: kurun 2023–2028, rerata produksi naik 10 persen saja, misal; dengan demikian dapat diketahui pada 2023, produksi gliserin RI akan mencapai 2.203 ribu ton, lalu akan naik terus hingga kelak mencapai 3.226 ribu ton di 2027.
Sebagaimana sesama produk oleochemical lainnya, pasokan gliserin diperkirakan juga berlebih di beberapa tahun mendatang.
Dari perhitungan pengurangan proyeksi produksi dengan proyeksi konsumsi, Indonesia masih kelebihan pasok 1.544 ribu ton gliserin pada 2023, terus naik dan akan mencapai 2.261 ribu ton tahun 2027.
Kendati demikian, intensi Harry, kondisi itu bukan berarti prospek industri gliserin di Indonesia telah tertutup gerbangnya. Para pengusaha industrialis, masih berpeluang mengembangkan industri ini, sebab peluang pasar domestiknya dan peluang pasar manca, masih akan sama-sama terus meningkat.
Data BPS, ekspor propilen glikol (sejenis gliserin) per 2020-2024 juga fluktuatif dengan nilai pertumbuhan tertinggi 38,66 persen, terendah -11,95 persen. Indonesia jadi pemimpin perdagangan global untuk produk split fatty acid dengan pangsa pasar 40,97 persen dan crude glycerine 32,02 persen.
Lampung, Salah Satu Basis Produksi Per 2014
Tampaknya tak masuk radar Harry, Lampung sebagai salah satu provinsi bertumbuh, sentra produksi sejumlah komoditas pertanian dan tanaman pangan dan hortikultura unggulan, notabene juga “dikerling” mata bule Eropa.
Maksudnya? Adalah Louis Dreyfus Company (LDC), korporat industri manufaktur global yang berbasis di Jenewa, Swiss, dan telah beroperasi di Provinsi Lampung sejak 2014,
dan usai rampung dibangun sejak 2023 lalu, teranyar baru saja meresmikan pula fasilitas barunya di Indonesia tepatnya di Lampung.
Fasilitas baru berupa pabrik pemurnian gliserin dan lini pengemasan minyak nabati yang berlokasi di Panjang, Bandarlampung, bagian dari Proyek Glasgow, proyek yang bertujuan memberi nilai tambah atas hasil produksi LDC, diresmikan pada 27 Mei 2025.
Sebagai informasi, Proyek Glasgow dimaksud mencakup dua bagian utama, yaitu pabrik pemurnian gliserin yang olah gliserin mentah atau gliserol (85 persen) jadi gliserin murni bertingkat kemurnian 99,7 persen, dikemas dalam drum dan flexy bag. Produk ini sangat strategis dalam industri kosmetik, makanan, farmasi, dan kimia.
Dan fasilitas molding dan pengemasan yang kini memungkinkan LDC memproduksi olein dalam bentuk jerigen ukuran 20 dan 25 liter, sebagai peningkatan dari sebelumnya yang hanya dalam bentuk curah atau bantal pack.
Pabrik pemurnian gliserin, disebut memiliki kapasitas produksi tahunan hingga 55.000 metrik ton, yang dirancang untuk memenuhi permintaan global terhadap gliserin murni kualitas tinggi, sesuai standar United States Pharmacopeia (USP).
Produk ini terutama dibutuhkan di industri farmasi, perawatan pribadi, dan kosmetik segmen pasar terbesar bagi gliserin secara global, yang diperkirakan tumbuh sekitar 2,5 persen CAGR hingga tahun 2040 mendatang.
Global Head of Food & Feed Solutions sekaligus Chief Commercial Officer LDC Group, James Zhou, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (27/5/2025) mengintensi, peresmian pabrik ini merupakan langkah penting dalam pengembangan bisnis Food and Feed Solutions LDC secara global.
“Fasilitas baru ini memperkuat sinergi LDC secara menyeluruh, baik di Indonesia maupun pasar utama lain seperti Amerika dan Eropa,” ujar James Zhou, mengokohkan.
Selain gliserin, LDC juga meresmikan lini pengemasan minyak nabati dengan kapasitas produksi tahunan sekitar 64.800 metrik ton.
Fasilitas ini diharapkan dapat memperluas peluang pasar ekspor minyak nabati dalam kemasan dan memperkuat posisi LDC di pasar domestik, sejalan agenda nasional RI mengembangkan industri hilir kelapa sawit.
Berlokasi strategis, dekat dengan pelabuhan ekspor utama, kedua fasilitas ini memperkuat efisiensi rantai pasok LDC di Asia Tenggara dan pasar global lainnya. “Investasi ini juga bagian dari strategi diversifikasi perusahaan dengan fokus pada pengembangan industri pengolahan bernilai tambah,” imbuh James.
Country Head LDC Indonesia, Rajat Dutt, mengungkap kebanggaannya ekspansif.
“Kami bangga dapat memperluas kehadiran kami di Indonesia melalui investasi signifikan ini,” ungkap Rajat Dutt, menyebut Indonesia sebagai produsen gliserin terbesar di dunia memiliki posisi strategis dalam jaringan operasional LDC secara global.
“Investasi LDC di Lampung memposisikan LDC untuk memenuhi permintaan global yang terus berkembang termasuk di Asia terutama Cina, Jepang dan Korea,” sebut Dutt.
Dutt menambahkan, secara keseluruhan, proyek-proyek ini (kedua fasilitas baru itu) diperkirakan akan menciptakan sekitar 200 lapangan kerja baru hingga akhir 2025.
Selain itu, keberadaan pabrik ini diharapkan turut mendorong pengembangan ekonomi lokal serta peningkatan keterampilan tenaga kerja di wilayah Lampung dan sekitarnya.
“Peresmian fasilitas baru ini, bentuk komitmen kami terhadap pertumbuhan berkelanjutan serta mendukung pengembangan platform solusi pangan dan pakan,” ujar Dutt afirmatif, selain apresiatif, mengapresiasi dukungan dan kepercayaan diberikan seluruh mitra dan pemangku kepentingan jajaran pemerintah.
Tak cuma itu, “Kami menantikan kerja sama yang berkelanjutan untuk menciptakan nilai keadilan dan keberlanjutan demi kebaikan bersama,” imbuh Dutt, menandaskan dengan ekspansi tersebut, LDC menegas komitmen visioner untuk tumbuh bersama Indonesia, perkuat industri agrikultur nasional, serta menjawab permintaan global akan produk olahan berbasis kelapa sawit dan gliserin berkualitas tinggi.
Langkah strategis ini memperkuat ekspansi bisnis hilir LDC di Tanah Air, sekaligus menjadi bentuk nyata komitmen perusahaan terhadap pertumbuhan industri pengolahan dan nilai tambah agrikultur nasional.
Sementara itu, saat menghadiri peresmian Refined Glycerin Plant milik LDC di Panjang, Bandarlampung, Selasa (27/5/2025), secara impresif Wakil Gubernur Lampung, dr Jihan Nurlela menyebut, pembangunan dua fasilitas industri tersebut merupakan tonggak penting dalam upaya mewujudkan hilirisasi industri.
“Dan memperkuat daya saing komoditas pertanian nasional,” sebut Jihan, “Dengan selesainya proyek ini, LDC telah memiliki total tujuh fasilitas operasional di Provinsi Lampung dengan nilai investasi akumulatif mencapai lebih dari 160 juta dolar AS,” sebut Jihan lagi.
Jihan menggarisbawahi, investasi LDC ini tak hanya memperkuat posisi Lampung dalam rantai nilai global produk agrikultur, tetapi juga telah menyerap lebih dari 800 tenaga kerja secara langsung maupun tak langsung.
“Ini adalah bukti nyata bahwa investasi asing bisa berjalan harmonis seiring dengan agenda pembangunan daerah, khususnya dalam mewujudkan industri hilir berdaya saing tinggi dan berbasis komoditas unggulan,” ujar Jihan.
Wakil Gubernur Lampung ke-10, atau kedua perempuan dan termuda pertama (30 tahun) saat dilantik ini menginjeksi, Lampung adalah salah satu produsen utama kelapa sawit, kopi robusta, singkong, dan jagung, yang menjadi bahan baku penting dalam berbagai industri nasional dan ekspor.
Digenapi tersedianya infrastruktur pelabuhan internasional seperti Pelabuhan Panjang, Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) plus kawasan industri terpadu, “Lampung siap jadi pusat hilirisasi dan agroindustri nasional,” lugas ia.
“Kami, Pemerintah Provinsi Lampung meyakini kehadiran Refined Glycerin Plant LDC ini akan bawa dampak positif yang luas, tidak hanya dalam menciptakan nilai tambah ekonomi. Tetapi juga dalam membuka peluang kerja, transfer teknologi, memperkuat posisi Lampung sebagai pusat pertumbuhan baru di Indonesia. Semoga keberadaan fasilitas ini tak hanya menjadi simbol kemajuan industri, tapi juga turut membangun masa depan lebih cerah bagi masyarakat Lampung dan Indonesia,” pungkas Jihan.
Adapun, sejumlah pengkinian data bilang, valuasi ekspor gliserin di Indonesia pada 2024 lalu tercatat mencapai 587.578 ton.
Ini menjadi bagian dari total nilai ekspor produk oleokimia (yang meliputi gliserin) RI sepanjang Januari-September 2024 yang mencapai 1,05 juta dolar AS atau naik 6,91 persen dibanding periode yang sama 2023.
Sekaligus, bagian dari kumulasi nilai ekspor Indonesia 2024 yang mencapai 264,70 miliar dolar AS alias naik 2,29 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023. (Muzzamil)
#gliserin
#LDCGroup
#bongkarpost







