Implementasi Literasi Digital di Lampung Selatan, Thomas Amirico Ingatkan Guru Jangan Terjebak Zona Nyaman
Bongkar Post, Lampung Selatan
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, Thomas Amerika, mengingatkan kepada para guru dan penggerak pendidikan di Lampung Selatan, untuk serius dan benar benar meningkatkan kualitas pendidikan. Bangkit dan keluar dari zona nyaman Hingga target IPM Lampung meningkat di tahun 2026.
“Mari kita kembali bergerak bangkit meningkatkan kualitas pendidikan di Lampung terutama literasi, agar IPM meningkat. Jika tahun depan tidak ada peningkatan, maka artinya para kepala sekolah dan guru tidak layak. Jangan karena merasa dalam zona nyaman hingga melupakan kewajiban pendidik, ” Kata Thomas saat memberikan sambutan pada Bintek Implementasi Literasi Digital SMA dan SMK se Lampung Selatan, di SMA Negeri 2 Lampung Selatan, di Kalianda, Selasa 6 Oktober 2025.
Thomas bersama rombongan didampingi Kabid SMA Diona Khatarina S. Sos, MPd, Kacabdin I, MKKS, dan tim Pemred Club sempat disambut prosesi adat hingga pencat silat, dalam rangka melakukan penguatan literasi di SMA dan SMK dalam rangka mendongkrak IPM Lampung yang selama ini masih rendah.
“Secara data Literasi di Lampung Selatan rendah, dari 115 sekolah, baru satu perpustakaan terakreditasi hanya SMA Negeri 2 Kalianda. Karena itu kita harus kembali membangkitkan minat baca, menulis, kreatifitas, kreasi siswa hingga Literasi di sekolah meningkat, ” Kata Thomas.
Thomas menjelaskan literasi digital adalah kemampuan seseorang untuk mengakses, memahami, menggunakan, menilai, dan menciptakan informasi melalui teknologi digital seperti komputer, internet, dan perangkat lainnya secara efektif dan bertanggung jawab.
“Kemampuan ini mencakup keterampilan untuk bernavigasi di dunia digital, kritis terhadap informasi, berkomunikasi secara digital, serta menjaga keamanan dan etika dalam beraktivitas di ruang siber, ” Ujarnya.
Thomas menjelaskan literasi digital mencakup berbagai keterampilan dan aspek, di antaranya Pemahaman dan Penggunaan Teknologi. “Kemampuan untuk menggunakan perangkat dan aplikasi digital untuk mengakses informasi dan menjalankan aktivitas,” urainya.
Lalu ada penilaian kritis yaitu Kemampuan menganalisis dan mengevaluasi kebenaran informasi digital untuk menghindari hoaks dan disinformasi. Lalu ada komunikasi dan kolaborasi yaitu Keterampilan untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain melalui platform digital dengan etika yang baik.
“Muncul kemampuan membuat konten yang relevan dan menarik menggunakan teknologi digital. Pemahaman untuk melindungi data pribadi dan mencegah penipuan online. Termasuk memahami dan menerapkan norma-norma yang sesuai dalam berinteraksi di dunia digital,” katanya.
Literasi digital menjadi penting untuk menghadapi Informasi Palsu. Bagaimana kita ikut membantu masyarakat membedakan informasi yang benar dan salah, terutama dengan meningkatnya penyebaran hoaks.
“Kita ikut memberikan pengetahuan cara melindungi data diri dan keluarga dari risiko kejahatan siber. Memungkinkan individu untuk memanfaatkan teknologi guna mencapai tujuan pribadi, profesional, dan juga memfasilitasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat digital secara aktif dan produktif,” katanya. (Rls)