
Lampung Selatan, BP
Dugaan adanya penganiayaan yang dilakukan Dodi selaku suami Bidan Dw, di Desa Bandan Hurip, Dusun Bandan Purwa, Palas, Lampung Selatan, dibantah langsung oleh yang bersangkutan. Malah Dodi dan istrinya (Bidan Dw) mengaku merasa terancam dengan sikap Atang, oknum wartawan media Mitra Nasional yang meneror istri Dodi dengan ancaman akan dilaporkan.
Menurut pengakuan Dodi, Atang datang ke rumahnya pada tengah malam sekitar pukul 22.30 wib dan meminta istri Dodi untuk membantu persalinan seorang perempuan. Namun sebelumnya Atang sudah mengirimkan pesan Whatsapp ke Bidan Dw disertai ancaman, lantaran diduga Bidan Dw tidak membantu persalinan perempuan yang dimaksud Atang.
Saat Atang datang ke rumahnya tengah malam, Dodi selaku suami Bidan Dw menemui Atang yang pada saat itu datang bersama Rt 011.
Merasa khawatir akan keselamatan istrinya, Dodi menanyakan identitas Atang yang kemudian Atang mengeluarkan kartu pers Mitra Nasional. Atang tidak menunjukan identitas sebagai warga desa setempat.
“Saya tidak menganiaya apalagi memukulnya, dia mundur dan jatuh sendiri, sambil marah dan mengancam akan melaporkan istri saya. Saya sebagai suami dan kepala keluarga adalah kewajiban saya melindungi istri dan keluarga saya, apalagi saat saya tanya identitasnya, dia (Atang, red) tidak bisa menunjukan malah mengeluarkan kartu wartawan sambil mengancam akan melaporkan istri saya,” terang Dodi, dihubungi via Whatsapp, Sabtu (3/12/2022).
Sementara, lanjut Dodi, menurut informasi warga desa, perempuan yang dimaksud Atang sudah melahirkan sekitar pukul 2 siang.
“Pengakuan dia (Atang, red) berbeda – beda, mengaku itu istrinya, saudaranya, maka saya meminta identitasnya tapi dia malah mengeluarkan kartu wartawan, dan dia marah-marah kemudian dia pergi sambil mengancam,” jelasnya seraya mengatakan bahwa istrinya sedang sakit.
Atas kejadian ini, Dodi pun melaporkannya ke pihak Kepolisian.
“Saya dilaporkan ke Polres dan saya laporkan balik atas perbuatan tidak menyenangkan dan pengancaman, kami diteror,” tandasnya.
Sementara, Ahmad Syafe’i selaku Ketua Rt 01, mengaku tidak melihat adanya penganiayaan atau pemukulan seperti yang diberitakan media sebelumnya.
“Tidak, tidak ada itu kekerasan, saya dan anak – anak Karang Taruna malam itu mau nyari ikan, dan lihat ada ribut-ribut itu, saya berusaha untuk melerai tapi dia (Atang, red) malah lari, lari karena warga banyak yang curiga dengan dia ini warga mana. Dan dia sempat jatuh karena ada galian, jadi bukan karena dipukul atau dianiaya, tidak ada itu Pak Mantri (Dodi, red) menganiaya, kami lihat sendiri, dia lari, dan sambil terus marah-marah dan mengatakan mau melaporkan. Pak Mantri hanya merangkul orang itu karena dia terus ribut marah – marah, lalu sambil pergi,” beber Ketua Rt 01 yang biasa disapa Abah ini, saat dikonfirmasi.
“Yang terjadi hanya adu mulut aja, tidak ada kekerasan. Wajar Pak Mantri (Dodi, red) marah juga karena dia khawatir ada orang malam – malam datang ke rumahnya marah – marah dan mengancam melaporkan istrinya, padahal istrinya sedang sakit. Ditanya dari mana, orang itu bilang dia wartawan dan ngeluarin kartu wartawan dan sambil terus marah – marah,” ungkapnya.
Terkait persoalan ini, Tobing selaku Babin Desa Bandan Hurip mengaku mengetahui insiden itu dari informasi Ketua Rt. 01 sekira jam 23.20 Wib melalui telpon, bahwa ada seseorang mengaku wartawan ngamuk-ngamuk dan marah di rumah Bidan Dw.
“Ya, saya langsung meluncur ke TKP dan sesampainya saya disana yang bersangkutan sudah tidak ada lagi,” ujar Tobing, saat dikonfirmasi media, Sabtu (3/12/2022).
Dikatakan, selaku Babinsa, dirinya meminta agar masalah tersebut bisa diselesaikan secara kekeluargaan.
“Awalnya dia (Atang, red) menjawab ‘Iya Pak’, tapi besoknya saya datangi dia dan keinginannya berubah, tidak mau berdamai,” tuturnya.
“Saya selaku Babinsa tetap mengedepankan musyawarah agar tercipta situasi desa tetap aman dan kondusif,” pungkas Babin Desa Bandan Hurip ini. (tk)







