Bupati Ayu hadiri Upacara Hari Santri Nasional, Tabligh Akbar serta Istighosah Kubro di Ponpes Bahrul Ulum Rebang Tangkas
Bongkar Post, Waykanan – Bupati Ayu Asalasiyah menghadiri Upacara dan Acara Tabligh Akbar serta Istighosah Kubro dalam rangka Hari Santri Nasional (HSN) Tahun 2025 tingkat Kabupaten Way Kanan di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Putri, Kampung Tanjung Sari, Rebang Tangkas, Rabu (22/01/2025).
Dalam hal ini Bupati Ayu Asalasiyah membacakan amanat Ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada apel hari santri Nasional ( HSN).
“Hari ini kita berkumpul dalam suasana khidmat memperingati Hari Santri 22 Oktober 2025. Hari di mana bangsa Indonesia mengenang satu babak sejarah agung ketika para ulama dan santri dengan segenap jiwa dan raganya bangkit mempertahankan kemerdekaan melalui Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama pada 22 Oktober 1945.”
“Resolusi itu bukan sekadar seruan perang, la adalah piagam moral dan spiritual bangsa, yang menegaskan bahwa mempertahankan kemerdekaan adalah kewajiban agama, bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman, dan bahwa kemerdekaan sejati hanya bermakna jika membawa kemuliaan bagi umat manusia, ” ucap Bupati Ayu Asalasiyah membacakan Amanat Ketum PBNU.
Lebih lanjut Bupati melanjutkan, Hari Santri tahun ini mengusung tema:
“Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Mulia Agenda Konsolidasi untuk Persatuan Nasional.”
Tema ini mengandung dua makna dan pesan penting.
Pertama, mengawal Indonesia merdeka berarti menjaga agar kemerdekaan tidak berhenti sebagai simbol politik, tetapi hidup sebagai kekuatan moral, ekonomi, sosial, dan spiritual bangsa.
Kedua, menuju peradaban mulia berarti membangun Indonesia bukan hanya dengan kemajuan teknologi dan kekuatan ekonomi, tetapi juga dengan akhlak, kejujuran, kasih sayang, dan persaudaraan nasional – nilai-nilai yang menjadi inti ajaran para kiai dan santri di seluruh pesantren.
Resolusi Jihad adalah bukti bahwa kaum santri tidak pernah absen dalam perjalanan bangsa. Santri bukan hanya benteng akidah dan moral, tetapi juga penjaga kedaulatan dan penopang kebangsaan.
Kini, delapan puluh tahun setelah proklamasi, jihad kita bukan lagi mengangkat senjata, melainkan menghadirkan ilmu, etika, dan solidaritas sosial sebagai kekuatan pembangunan nasional.
Santri masa kini harus menjawab tantangan zaman dengan kecerdasan spiritual, kedalaman moral, dan kapasitas profesional. Santri harus hadir di semua lini kehidupan: di kampus, di pemerintahan, di dunia usaha, di ruang digital, dan di gelanggang peradaban global tanpa kehilangan akar tradisi pesantren.
“Kita hidup di masa yang penuh polarisasi dan disrupsi. Karena itu, PBNU mengajak seluruh keluarga besar Nahdlatul Ulama, seluruh pesantren, dan seluruh elemen bangsa untuk melakukan konsolidasi nasional -menguatkan kembali persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathaniyah), persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah insaniyah), dan tentu persaudaraan keislaman (ukhuwah islamiyah),” ujarnya.
“Cita-cita kita bukan hanya menjaga Indonesia tetap merdeka, tetapi juga membawanya menuju peradaban yang mulia peradaban yang menghormati manusia, memuliakan ilmu, dan menghidupkan nilai-nilai rahmah bagi seluruh alam, ” tambahnya.
“Peradaban mulia hanya akan tumbuh bila bangsa ini bersatu, bila rakyatnya berakhlak, dan bila pemimpinnya berjiwa pengabdian. Di sinilah peran santri: menjadi pelita dalam gelap, menjadi penuntun bagi bangsa dalam perjalanan menuju kemuliaan,” katanya.
“Kemerdekaan adalah amanah, dan peradaban adalah cita-cita.
Mari kita rawat amanah ini dengan ilmu dan akhlak, dan kita wujudkan cita-cita ini dengan kerja, doa, dan persaudaraan. Dengan akhlak para kiai, Dengan semangat Resolusi Jihad, Dan dengan cinta tanah air secara tulus, kita lanjutkan jihad kebangsaan menuju Indonesia yang berdaulat, adil, dan berperadaban mulia, ” pungkasnya(tar/Ry) .