Bandar Lampung, BP
Miris, begitu kira – kira yang dialami anak-anak yang tinggal di sekitar Pantai Kunyit. Mereka jatuh sakit, mengalami gangguan pernapasan, sesak nafas, karena debu batubara diatas kapal tongkang yang rusak hingga terpaksa dikandaskan.
“Lumayan lama itu tongkang kandas, sekitar 10 hari mah ada, infonya mau dibawa ke Sebalang,” ujar Roseng, salah seorang warga sekitar, saat ditanya wartawan media ini, beberapa waktu lalu.
“Warga pada ngeluh sesak nafas dan keramik rumah jadi hitam,” ungkap Roseng lagi.
Lainnya, Nova Darmansyah, juga warga sekitar, menyayangkan tongkang pembawa batubara itu harus dikandaskan dekat Pantai Kunyit, dekat dengan permukiman warga.
“Ya, saya juga warga sini, warga ngeluh kenapa jadi sesak nafas dan agak panas rasa badannya, ya itu karena ada tongkang batubara deket pantai,” ujar Nova, yang juga Ketua Ormas GRIB Jaya PAC Bumiwaras, yang saat diwawancara disebelahnya ada Ketua Ormas GRIB Jaya PAC Panjang, Novian Aminsyah, alias Minsyah, pada Minggu (22/9/2024).
“Masih disini itu kapalnya, entah kapan jalan lagi, ini warga udah pada resah,” ucap Nova.
Ibu Vivah, salah seorang ibu rumah tangga, yang tinggal sekitar Pantai Kunyit, juga merasa nafasnya sesak dan panas akibat debu batubara itu.
“Ini Bu Vivah, dia jadi sesak nafas dan panas rasa badannya, akibat debu batubara dari kapal yang kandas itu,” kata Nova saat bertandang ke rumah warga, didampingi Anggota GRIB Jaya lainnya.
Kedua Ketua Ormas itu berharap segera ada tanggapan terhadap warga yang terkena dampak dari debu batubara milik PLTU Sebalang itu.
“Ya, sampai sekarang gak ada bantuan atau sekedar nengok, ada gak ya dampaknya dari debu batubara itu, pada diem semua,” kata mereka senada.
Adanya persoalan ini, keduanya tidak tinggal diam. Mereka sepakat akan berkirim surat kepada dinas terkait atas dampaknya ke warga.
“Ya, kami juga warga disini, gak mungkin kami tinggal diam aja, kami akan laporkan ke dinas terkait, karena harus ada yang bertanggungjawab dalam hal ini, jelas dampaknya sudah ada kok,” tegas Nova.
“Kami siap mendampingi warga yang kena dampak dari batubara itu, karena kami hidup disini jadi merasa tidak nyaman, kami minta segera ada tindakan terhadap kapal tersebut, jika tidak maka akan bertambah lagi warga yang sakit,” ungkapnya.
Sejauh ini, ada empat orang anak yang tinggal di sekitar Pantai Kunyit menderita gangguan pernafasan sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. Mereka adalah Sopia 6 tahun, Abizar 3 tahun, Nazwa 16 tahun, dan Oktariviani 7 tahun.
Sementara diketahui, PT. Tarunacipta Kencana selaku agen, dan PT. Global Sinergi Maritim selaku owner (pemilik tongkang), hingga saat ini belum bisa dihubungi. (tk)