Bongkar Post – Melantai Perdana 8 Juli, Emiten Udang Beku Asal Lampung Indo American Seafoods Bidik Ini 

Ki-ka: Komisaris Utama dan Direktur Utama PT. Indo American Seafoods (ISEA) Tbk., Saimi Saleh dan Ibnu Syena Alfitra. |Grid Art/dok/Muzzamil

Bongkar Post

Bacaan Lainnya

BANDARLAMPUNG – Kepo, adalah hak segala bangsa, kekeuh warganet +62.

Dan IPO (Initial Public Offering), penawaran umum perdana saham perusahaan, adalah bagian dari mimpi besar zahir batin setiap entitas usaha.

Salah satunya, emiten udang beku asal Lampung dirian tahun 2006, yakni PT. Indo American Seafoods Tbk., berkode emiten ISEA, sah sandang status emiten terhitung sejak resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEl), pada Senin 8 Juli 2024.

Emiten dengan nama mula pra-IPO, PT. Indo American Foods disingkat IAS ini, salah satu anggota Indokom Group, jejaring korporat industrialis akuakultur terkemuka produsen sedikitnya 11 produk makanan laut udang beku berorientasi ekspor yang berbasis di Lampung sejak tahun 2000.

Sejak didirikan, IAS memang sebagian besar memproduksi produk bernilai tambah (value added product/VAP) terutama untuk diekspor ke negara tujuan utama Jepang, dan khusus untuk pasar Amerika Serikat: produk udang mentah dan matang olahan.

Dewan Komisaris dan Dewan Direksi ISEA, yakni Komisaris Utama Saimi Saleh, Komisaris Independen Leo Herlambang, Direktur Utama Ibnu Syena Alfitra, Direktur Keuangan dan Pengembangan Bisnis Ibnu Surya Ramadhan, dan Direktur Operasional Abu Yazid, serta Sekretaris Perusahaan Gustav, tiga antaranya: dua anak dan satu ayah; tampil gagah saat konferensi pers usai seremoni pencatatan.

Senyum mereka berpendar mewakili ribuan orang jejaring hulu hilir rantai pasok hingga muara konsumen akhir.

Diketahui, hari itu juga terdapat dua emiten anyar lain, mencatatkan penawaran perdana yakni PT Superior Prima Sukses Tbk (BLES), dan PT Intra Golflink Resorts Tbk (GOLF).

Secara berkebetulan, saham ketiga emiten kompak menguat usai melangsungkan penawaran umum perdana saham IPO.

ISEA, menawarkan sebanyak-banyaknya 290 juta saham anyar ke publik, atau setara 20,86 persen modal pertama ditempatkan dari modal dan disetor penuh perseroan pascaIPO dengan harga penawaran sebesar Rp250 per lembar saham atau batas atas Rp220-Rp250 dari harga penawaran awal, dengan target penggalangan dana Rp72,5 miliar.

Dalam pembukaan perdagangan perdananya, ISEA sukses mencapai kenaikan harga saham hingga 16 persen dari harga penawaran. Dengan mencatatkan harga di level Rp290.

Berdasar statistik RTI Business pukul 10.00 WIB, ISEA turut mencatat penguatan 20 persen setara 50 poin jadi Rp300 per saham dari harga penawaran Rp250 per saham.

Kemudian, sebanyak 83,07 juta saham ISEA diperdagangkan, dengan frekuensi transaksi tangan sebanyak 17 ribu kali, dan total nilai transaksi mencapai Rp24,05 miliar. Di mana, harga saham tersebut sempat bergerak di kisaran Rp250-304 per saham.

Direktur Utama ISEA, Ibnu Syena Alfitra,

saat konferensi pers menjelaskan, terkait proyeksi industri, Indonesia memiliki peluang sangat besar untuk ekspansi perdagangan produk hasil perikanannya di pasar dunia.

“Karena, memiliki potensi perikanan yang melimpah, dari perikanan tangkap mau pun perikanan budidaya,” kata dirut per 2015 ini, menyebut data selama periode semester pertama 2023, ekspor perikanan Indonesia mencapai sekitar USD2,8 miliar, dengan komoditas utama yang diekspor adalah udang terutama ke tujuan eksportasi Amerika Serikat sekitar 70 persen, Jepang sekitar 19 persen.

Pada tahun 2023, pasar udang secara global diestimasikan menghasilkan USD72,6 miliar.

Setara Rp1,119 biliun kurs 31 Desember 2023.

“Dan diperkirakan mencapai CAGR 6,6 persen selama periode hingga tahun 2032 karena popularitasnya sebagai sumber protein tinggi yang terjangkau,” intensi Ibnu Syena Alfitra.

Penyelia, CAGR atau Compounded annual growth rate, adalah tingkat pertumbuhan per tahun selama rentang periode waktu tertentu, atau tingkat pertumbuhan tahunan gabungan.

Bagi kalangan investor, CAGR merupakan metrik yang berharga untuk mengukur kinerja investasi mereka dari waktu ke waktu. Dengan memuluskan imbal hasil tahunan, hal ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang lintasan pertumbuhan investasi.

Ibnu Syena Alfitra, pemilik 5 persen saham ISEA selain ayahnya, Saimi Saleh sebesar 7,5 persen, dan PT IAS sebesar 87,5 persen itu, mengkalkulus budidaya udang dari akuakultur memainkan peran penting dan menyumbang 55 persen dari total produksi udang secara global, dan udang Vannamei menyumbang sekitar 80 persen dari produksi tersebut.

Dan merujuk data keterangan Ibnu Syena ini, menguliknya dengan menyitat artikel Jason Holland di portal berita pelinifokus pustaka konten informatif industri makanan laut, Seafood Source, edisi 5 Januari 2023.

Jason mengutip analisa baru yang disusun unit RaboResearch dari Rabobank dalam laporan akuakultur terbarunya, yakni bahwa meski pun meningkatnya kekhawatiran atas kenaikan biaya dan kondisi pasar secara umum, ada optimisme di seluruh industri akuakultur menjelang Tahun Baru 2023 lalu.

Laporan akuakultur terbaru Rabobank yang disusun Rabobank Seafood and Aquaculture Analyst, Novel Sharma, dan Rabobank Senior Global Seafood Specialist, Gorjan Nikolik itu, berjudul Apa yang Diharapkan dalam Industri Akuakultur pada Tahun 2023; merangkum poin-poin utama dari Konferensi GOAL 2022 Aliansi Makanan Laut Global (GSA) di Seattle, Washington, Amerika Serikat, Oktober 2022; menemukan bahwa pasokan udang global berada pada lintasan positif, sementara produksi salmon budidaya akan “normal kembali dalam jangka pendek.”

Laporan itu memperkirakan produksi udang global dapat mencapai 6 juta metrik ton (MT) pada tahun 2023.

Produksi udang Ekuador diperkirakan tumbuh antara 18 dan 30 persen pada 2023, setelah Ekuador diperkirakan memproduksi 1,35 juta MT udang pada 2022, pertumbuhan volume tahunan terbesarnya, yang menambah 300 ribu MT ke pasokannya.

Pertumbuhan ini sendiri hanya sedikit lebih rendah dari total produksi tahunan Thailand dan akan meningkatkan produksi di Amerika hingga lebih dari 2 juta MT, analisa Rabobank.

Di tempat lain pada tahun 2022, kawasan penghasil udang terbesar: Asia, diperkirakan akan alami penurunan volume pertamanya sejak tahun 2013, meski pun hanya turun 0,1 persen. Namun, penurunan ini akan bersifat sementara dan produksi kawasan tersebut akan kembali meningkat pada 2023 berkat peningkatan produksi di Tiongkok dan India, serta sedikit peningkatan produksi di Vietnam, demikian temuan Rabobank.

Secara kolektif, hal tersebut akan mendorong produksi Asia di atas 4 juta MT pada 2023.

Pasokan udang global secara keseluruhan meningkat sebesar 4,2 persen pada 2022 dan Rabobank tetap positif tentang tahun 2023, dengan pertumbuhan pasokan Ekuador disertai pemulihan “kuat” sebesar 9,5 persen dalam produksi Tiongkok, kata Sharma.

Di sektor budidaya salmon Atlantik, setelah bergejolak di tahun 2021 di mana Norwegia meningkatkan pasokan tahun-ke-tahunnya sebesar 11,9 persen dan kontrak panen Chili sebesar 7,7 persen, Rabobank memperkirakan tahun 2022 akan alami penurunan produksi salmon keseluruhan pertama sejak 2016.

Pasokan dari Norwegia dan Chili diperkirakan turun masing-masing 0,9 dan 0,3 persen pada 2022, diikuti “normalisasi pertumbuhan” dari tahun 2023 hingga 2024, karena kedua negara menggunakan kontrol regulasi untuk memoderasi pertumbuhan pasokan, katanya.

Sharma memperkirakan produksi salmon global akan meningkat sekitar 4 persen pada 2023 dan 2024, mendekati 3 juta MT pada 2023 lalu melampaui total itu pada 2024. Pertumbuhan pasokan kumulatif Norwegia dan Chili antara 2022-2024 diperkirakan menurun menjadi 3,1 persen dibanding CAGR 7 persen dekade sebelumnya.

Harapan pertumbuhan lebih rendah untuk Norwegia-Chili, ciptakan peluang Islandia dan Kepulauan Faroe untuk menjadi pendorong lebih relevan dalam pasokan global dekade ini, Sharma menyarankan.

Produksi salmon Kepulauan Faroe melonjak 31 persen (2021), tetapi panennya turun 4 persen (2022), kemungkinan turun 1 persen lagi (2023). Namun, Rabobank memperkirakan peningkatan 10 persen pada salmon Atlantik Faroe untuk 2024, sehingga Faroe mencapai rekor tingkat produksi.

Terpisah, produksi salmon Atlantik Islandia naik 44 persen pada 2021, menjadikannya produsen dengan pertumbuhan tercepat dalam persentase. Proyeksi Rabobank, produksi salmon Atlantik Islandia naik 7,8 persen pada 2022, naik 6,2 persen pada 2023, mencapai 51 ribu MT salmon Atlantik.

Laporan Rabobank menemukan tren berbeda tampak jelas di produksi nila dan pangasius. Amerika Latin me-lead pertumbuhan produksi nila, meski volume wilayah “masih kecil” dibanding Tiongkok, Mesir, dan Indonesia.

Rabobank mengantisipasi peningkatan produksi nila tahun ke tahun sebesar 4,3 persen (2022) dan 4,8 persen (2023) di Amerika Latin, mencapai volume 6,8 juta MT pada akhir tahun.

Pasokan ikan patin global “tersandung” akibat perlambatan produksi dari produsen utama Vietnam beberapa tahun terakhir, ujar laporan tersebut. Meski produksi Vietnam meningkat sekitar 3,1 persen pada 2022 hingga pasokan global naik jadi 2,8 juta MT, totalnya masih di bawah rekor 3 juta MT yang ditetapkan 2019.

Analisis menemukan, meski harga pasar jadi perhatian utama bagi para pembudidaya ikan pada 2021, volatilitas yang terlihat di pasar bahan pakan –bertepatan dimulainya perang di Ukraina– telah jadi perhatian utama bagi operator bisnis akuakultur jelang tahun 2023.

Kirka Sharma, “harga pakan akan tetap tinggi pada 2023, industri tersebut menghadapi masalah tambahan terkait kualitas pakan dan akses ke keuangan, dengan bank sentral menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi dan pemberi pinjaman membatasi kredit. Produsen makanan laut dan pakan akuakultur juga akan terus bergulat dengan kenaikan harga input, gangguan rantai pasokan, dan masalah geopolitik pada 2023.”

Studi itu menggemakan beberapa temuan dalam “Global Animal Protein Outlook 2023,” terbit Desember 2021, yang memproyeksikan selain ayam, permintaan terhadap makanan laut budidaya (khususnya salmon dan udang) akan terus tumbuh hingga tahun 2023.

Per keseluruhan Rabobank telah mengkirka pertumbuhan pasokan protein hewani tahun-ke-tahun sebesar 1 persen atau 5 juta MT menjadi total 430 juta MT tahun 2023 lalu, mengikuti tingkat pertumbuhan produksi yang diharapkan sebesar 2 persen pada 2022.

Di Indonesia, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, 7 Desember 2023 mengungkap, produksi udang nasional 2023 tercatat 1,09 juta ton. Pemerintah pun gencar membangun tambak udang modern dan ramah lingkungan guna mendongkrak target produksi udang 2 juta ton pada 2024.

Berdasarkan data, udang menempati posisi teratas komoditas unggulan ekspor perikanan Indonesia dengan nilai ekspor 2,16 miliar dolar AS pada 2022. Rencananya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang dia pimpin bakal membangun tambak udang modern terbesar seluas 1.800 hektare di Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, di 2024.

Karenanya, Trenggono meminta dukungan kementerian/lembaga lainnya karena akan ada pertumbuhan ekonomi baru wilayah itu.

“KKP mengedepankan sinergi kolaborasi dalam membangun model budi daya udang berbasis kawasan di Waingapu mengingat skala pembangunan yang cukup besar,” ujar Menteri KKP.

Selain Waingapu, pembangunan senada juga akan dilakukan di 11 lokasi lain yakni Aceh, Lampung, Jembrana Bali, dan Sulawesi Selatan. Proses konstruksi direncanakan berjalan pada triwulan I tahun 2024. Ini setelah KKP kelar membangun budi daya udang berbasis kawasan seluas 60 hektare, di Kebumen, Jawa Tengah, pada 2023 lalu.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, TB Haeru Rahayu, menginformasikan kegiatan di Budidaya Udang Berbasis Kawasan (BUBK) Kebumen seluruhnya menggunakan teknologi intensif ramah lingkungan, produktivitasnya mencapai 40 ton per hektare per siklus.

KKP juga merevitalisasi klaster tambak udang delapan lokasi yaitu Aceh Timur, Lampung Timur, Sumbawa, Mamuju, Muna dan Morowali Utara, selesai 100 persen, November 2023.

 

Udang, Sumber Protein Populer Sepanjang Masa, Seberapa Optimis ISEA Jaring Cuan?

Meminjam diksi Ibnu Syena Alfitra, popularitas udang sebagai “sumber protein tinggi yang terjangkau” dan tampaknya belum ada yang mewakili untuk menyebut mengunggulinya.

Dan ini pula yang secara portofolio terbujur dari Visi perusahaan sejak masih bernama PT. IAS, yang hingga saat ini berlokasi pabrik di Jl Trans Sumatera KM 13 Desa Sukanegara, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung ini.

Yaitu, “Menjadi perusahaan inovatif di seluruh dunia yang menyediakan protein berkualitas tinggi di seluruh dunia.”

Perseroan menggenapinya dengan empat pengusahaan, Misi perusahaan. Yakni, pertama, Berusaha dalam bidang produksi dan pengolahan hasil laut yang memenuhi standar mutu nasional dan internasional.

Kedua, Berusaha di bidang perdagangan hasil laut untuk pasar nasional dan internasional.

Ketiga, Berusaha di bidang industri budidaya ikan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar dan ramah lingkungan.

Keempat, Berusaha dalam bidang penangkapan ikan yang berkomitmen pada kelestarian lingkungan.

Disitat dari laman resmi, PT. IAS disertifikasi oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk Sertifikat Halal sebagai kewajiban untuk menyediakan makanan halal ekspor bagi umat Islam, dan untuk konsumsi lokal dan ekspor ke luar negeri.

Disertifikasi dengan BAP bintang 4 dan BRC, PT. IAS bertujuan memberikan produk kualitas terbaik ke dunia dengan semua persyaratan masing-masing, menyebarkan protein-protein yang baik untuk semua orang.

Sedikitnya, 11 produk unggulan Indo American Seafoods terdiri dari raw, cooked, dan VAP olahan udang, ternyata pabrikan Lampung ini yakni perinci abjad, Double Ebi Fry, Ebikatsu L & S (Large and Small), Head On Ebi Fry (dua varian), Obento, Tempura, Tokusen, Shrimp Ball, dan Shrimp Nobashi. Bayangkan yummy.

Terkait gelagat progresif aksi korporasinya pasca-IPO, Ibnu Syena Alfitra yang juga Komisaris PT. Indokom Citra Persada, warga Indokom Group lainnya ini, juga mantan Wakil Presiden Indokom Group 2021-2022, dan pernah jadi Manajer Umum PT Graha Makmur Cipta Pratama 2024-2015, detail merincikan.

Dari target dana IPO Rp72,5 miliar, ISEA akan menggunakan seluruhnya, dikapitalisasi untuk modal kerja Perseroan.

Seperti, pembelian bahan baku (90 persen), biaya penjualan dan pemasaran (5 persen), biaya perawatan dan utilitas (4,85 persen), serta biaya keperluan kantor (0,15 persen).

Selanjutnya, terkait rentang kendali jelajah produk, Ibnu Syena Alfitra yang juga tercatat sebagai Wakil Ketua Bidang Peternakan, Perikanan, dan Pemberdayaan Kelautan Dewan Pimpinan Provinsi Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Lampung 2021-2026, menggadang emiten anyar ISEA ini serius membidik negara Benua Eropa dan China sebagai pangsa pasar baru tujuan ekspor.

Ibnu Syena Alfitra bilang, pihaknya sedang bidik pasar baru dua itu. “Tahun ini kita sudah ada penjajakan ke Eropa, China untuk market, semoga akhir tahun,” kata Ibnu, Senin.

Lebih berorientasi ekspor, sampai saat ini, sebagian besar hingga 80 persen produk ISEA diekspor tinimbang dijual di pasar lokal. “Amerika Serikat hingga 98 persen, sisanya Jepang dan negara-negara lain.”

Berapa kekuatan ekspor ISEA? Pada 2023, jumlah volume ekspor Perseroan telah mencapai 1.500 ton. Dan sejalan target penambahan pasar ekspor, ISEA membidik pendapatan sebesar Rp398,6 miliar serta laba bersih sebesar Rp27 miliar sepanjang 2024.

Masih ingat pernah viral Ikan Dalam Kolam? Kalau itu judul lagu mendayu rentak Melayu, kalau udang dalam kolam itu dia bidikan Ibnu.

Saat ini, dengan total jumlah kepemilikan 96 kolam budidaya, dengan jumlah kolam yang aktif beroperasi sebanyak 32 kolam melalui anak usahanya, yakni PT Indokom Samudra Persada (ISP), aset strategis yang menjamin ketersedian bahan baku udang, berlokasi di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

Bicara agregat, Ibnu menargetkan ISEA dapat meningkatkan kapasitas produksi hingga 90 persen atau menjadi sekitar 86 kolam yang aktif beroperasi, pada akhir 2024 ini.

Kadung mapan sebagai salah satu korporat pesohor pengampu kisah sukses usaha terintegrasi, mulai dari budidaya udang Vannamei (udang produktif, tahan godaan anomali lingkungan, tumbuh 225-140 hari), pengolahan bahan baku menjadi produk olahan udang di 2 pabrik pengolahan dengan kapasitas produksi sebesar 70 ton per hari, 2 cold storage dengan kapasitas sebesar 2.700 ton untuk menjaga kualitas produk, hingga tunai ekspor; maka tak salah publik menilai keputusan IPO ISEA pada 8 Juli 2024: brilian.

ISEA dan dua emiten anyar sejawat IPO barengnya, terkerek naik harga sahamnya saat hari perdana melantai di bursa.

Pada aksi korporasi tersebut, ISEA dilaporkan menggamit PT KB Valbury Sekuritas sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek dengan perjanjian full commitment.

BLES, sejawat bareng ISEA lahir perdana, usai melangsungkan penawaran umum perdana saham IPO 8 Juli 2024, berdasar statistik RTI Business pukul 10.00 WIB, harga saham perusahaan ke-28 ini tercatat meningkat hingga 34,43 persen ke level Rp246 per saham, berhasil menyentuh auto rejection atas (ARA) dari harga penawaran Rp183 per saham. Sebanyak 100,92 juta saham BLES diperdagangkan, dengan frekuensi transaksi tangan sebanyak delapan ribu kali, dan total nilai transaksi Rp24,74 miliar.

Harga saham BLES usai IPO tercatat bergerak rentang Rp224 per saham sebagai level terendah, hingga tertinggi Rp246 per saham.

Lainnya, emiten Tommy Soeharto GOLF pun mencatat kenaikan 26 persen ke level Rp252 per saham, meningkat 52 poin dari harga penawaran awal Rp200 per saham. Ada pun, 590,39 juta saham GOLF diperdagangkan, dengan frekuensi transaksi tangan 45 ribu kali, total nilai transaksinya Rp146,91 miliar.

Direktur Penilaian BEI, I Gede Nyoman Yetna dalam keterangan resmi 8 Juli 2024, dikutip, menyebut ada 24 emiten dalam pipeline IPO. “Saat ini, terdapat 24 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” kata dia, ihwal 24 emiten antre IPO, enam di antaranya beraset jumbo. Itu.

Dari 24 perusahaan itu, didominasi sektor konsumen non-siklis yakni 33,3 persen (8 perusahaan), diikuti sektor industri (4 perusahaan), sektor kesehatan (3 perusahaan), sektor konsumen siklikal, sektor keuangan, sektor teknologi masing-masing dua perusahaan. Sisanya diisi sektor energi, sektor properti, hingga sektor transportasi dan logistik masing-masing satu perusahaan.

Tak hanya itu, ke-24 perusahaan yang masuk pipeline IPO itu, terbanyak, 15 berasal dari perusahaan dengan aset skala menengah. Disusul enam perusahaan aset skala besar, dan tiga perusahaan aset skala kecil.

Ada pun, jelas Gede, dari sisi pipeline obligasi telah menerbitkan 65 emisi dari 40 penerbit efek bersifat utang dan/atau sukuk (EBUS) dengan dana dihimpun Rp63,4 triliun pada periode yang sama. Sedang untuk aksi korporasi (right issue), per 5 Juli 2024 telah 12 perusahaan tercatat, menerbitkan right issue dengan total nilai Rp32,57 triliun.

 

ISEA Ceruk Baru Calon Investor Uber Fulus?

Wabil khusus bagi publik Lampung terutama publik bursa efek, dengan menilik data BEI, tahun 2020 tercatat sebagai pencapaian tertinggi jumlah investor baru dan hebatnya peningkatan itu didorong melesatnya investor baru berusia muda kala itu, dengan terlebih dahulu menegaskan sebagai disclaimer: ini sama sekali bukan pesan sponsor, kehadiran ISEA yang notabene “made in” Lampung ini, sayang bila dilewatkan investor terutama investor pemula bin baru.

Kalau di politik, Juli ini bulan rekom Agustus nanti bulan B1KWK, di listing bursa, ini bukan instruksi bukan rekomendasi, hanya saja sebagai bekal pertimbangan saat pantengi pergerakan saham ISEA, tepat bila calon investor bekali diri dengan Prospektus. (Muzzamil)

Pos terkait