Bongkar Post – Inflasi September 2024 Tercatat 0,05%, Daya Beli di Provinsi Lampung Tetap Terjaga

Bongkar Post

Bandar Lampung – Provinsi Lampung mencatatkan inflasi sebesar 0,05% pada September 2024, berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK). Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi Agustus 2024 yang sebesar 0,07%. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Lampung, Juniarto Herdiawan, dalam rilis resminya pada Kamis, 3 Oktober 2024.

Bacaan Lainnya

 

Juniarto menyebut bahwa realisasi inflasi di Lampung lebih tinggi dibandingkan deflasi nasional yang tercatat sebesar 0,12% pada bulan yang sama. Namun, angka inflasi Lampung ini lebih rendah dari rata-rata perkembangan IHK di Provinsi Lampung dalam tiga tahun terakhir pada bulan September, yang tercatat sebesar 0,57%.

 

“Secara tahunan, inflasi di Lampung pada September 2024 mencapai 2,16%, lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 2,33%, namun masih lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat 1,84%,” jelas Juniarto.

 

Peningkatan inflasi pada bulan September terutama disebabkan oleh kenaikan harga beberapa komoditas, seperti biaya akademi/perguruan tinggi, bawang merah, beras, biaya sewa rumah, dan nasi dengan lauk.

 

Masing-masing komoditas tersebut memberikan andil sebesar 0,26%; 0,06%; 0,03%; 0,03%; dan 0,02%. Kenaikan biaya akademi/perguruan tinggi terjadi karena penyesuaian biaya pendidikan seiring dimulainya periode akademik baru, sementara harga bawang merah naik akibat terbatasnya pasokan setelah masa panen berakhir di Brebes.

 

Selain itu, harga beras juga mengalami peningkatan setelah panen raya berakhir, diikuti rendahnya produksi padi karena kurangnya curah hujan. Biaya sewa rumah naik sejalan dengan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia yang mencatat peningkatan harga sewa di sektor ritel dan hotel. Harga nasi dengan lauk turut naik akibat kenaikan harga beras.

 

Meski demikian, inflasi tertahan oleh beberapa komoditas yang mengalami deflasi, seperti cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, tomat, dan bensin. Masing-masing komoditas ini memberikan andil negatif sebesar -0,17%; -0,07%; -0,06%; -0,04%; dan -0,03%. Harga aneka cabai turun seiring masuknya musim panen di sentra produksi Jawa Timur, sementara harga telur ayam ras menurun karena pasokan yang melimpah. Penurunan harga bensin terjadi akibat penyesuaian harga Pertamax per 1 Oktober 2024 yang mengikuti penurunan harga minyak dunia.

 

Ke depan, Bank Indonesia memproyeksikan inflasi di Lampung akan tetap berada dalam rentang sasaran inflasi 2,5±1% hingga akhir 2024. Namun, diperlukan upaya mitigasi terhadap beberapa risiko, termasuk kenaikan harga emas, beras, minyak goreng, serta rokok, yang dipicu oleh kebijakan cukai rokok tahun 2024 yang naik 10% dan rokok elektrik sebesar 15%.

 

Menanggapi perkembangan inflasi dan potensi risiko ke depan, BI dan TPID akan terus menjaga stabilitas harga dengan menerapkan strategi 4K, yaitu: keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif. Beberapa langkah strategis yang akan dilakukan antara lain operasi pasar beras, implementasi Toko Pengendalian Inflasi, penguatan kapasitas transportasi, serta komunikasi intensif dengan media dan masyarakat untuk menghindari panic buying.

 

Adapun strategi 4K yang ditempuh adalah sebagai berikut :

 

1. Keterjangkauan Harga

 

a. Melakukan operasi pasar beras/SPHP secara kontinyu hingga harga kembali turun

sampai dengan HET.

b. Melakukan monitoring harga dan pasokan, khususnya pada komoditas beras dan

daging ayam ras.

 

2. Ketersediaan Pasokan

 

a. Implementasi Toko Pengendalian Inflasi di seluruh wilayah IHK/Non-IHK. Program

tersebut dibuka dengan toko MAPAN “Metro Antisipatif Pengendalian Harga Pangan“ di Kota Metro dan toko TAPIS “Toko Pengendalian Inflasi di Provinsi Lampung“ di Kota Bandar Lampung.

 

3. Kelancaran Distribusi

 

a. Penguatan kapasitas transportasi dengan penambahan volume dan rute penerbangan Lampung menuju Jakarta, Batam, Medan, dan Bali.

b. Penguatan program Mobil TOP “Transportasi Operasi Pasar“ yang berperan sebagai transportasi komoditas yang dijual dalam operasi pasar.

 

4. Komunikasi efektif

 

a. Melakukan rapat koordinasi rutin mingguan di setiap Kabupaten/Kota dalam rangka menjaga awareness instansi terkait dinamika harga dan pasokan terkini.

b. Memperkuat sinergi komunikasi dengan media dan masyarakat dalam rangka

menghindari perilaku panic buying.(Rls)

Pos terkait