Bongkar Post
Bandar Lampung,
Mengutip penjelasan Rini Ariasih (Kadis Peternakan Lampung Selatan) dari pemberitaan pada 10 Juli 2023 terkait ribuan ekor sapi di Lampung Selatan terjangkit penyakit LSD, dimana dalam dua bulan 160 ekor mati. Dinas Peternakan Lampung Selatan mencatat, dari populasi sapi 150.000 ekor hingga kini sudah ada 3.000 ekor hewan ternak jenis sapi di Lampung Selatan yang terjangkit penyakit benjol cacar kulit atau Lumpy Skin Disease (LSD).
Disisi lain, Dinas Peternakan Lampung Selatan juga mencatat selama periode April-Mei 2023 ada 160 ekor sapi mati karena LSD. Sapi tersebut tersebar di beberapa kecamatan seperti di Natar, Jati Agung, Palas, Merbau Mataram, dan Tanjung Bintang.
Namun menurut Anwar Bahri, Kabid Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Lampung, mewakili Kadis Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakwan), Ir. Lili Marwati, M.Si., sedikit meluruskan, bahwa ribuan ekor sapi yang terjangkit LSD tersebut merata di seluruh Lampung bukan di satu kabupaten saja, dan 160 ekor yang mati belum tentu dikarenakan penyakit ini saja.
Dikatakan, 160 ternak yang mati di Lamsel:
1. Tersebar di beberapa kecamatan di kabupaten Lamsel;
2. Data tersebut akumulasi dari bulan maret smapai sekarang;
3. 160 ekor yang mati belum tentu terkena LSD semua karena tidak ada konfirmasi lab. terkait data tersebut.
Diakui bahwa sejak awal Maret 2023 sekitar 76-80% sapi di Lampung terjangkit LSD. Walau menular tapi relatif aman, karena tingkat kematiannya di bawah 10%. Tercatat populasi sapi saat ini ada 900 ribuan ekor di Lampung.
“Sejak kemarin kami dari Propinsi sudah menurunkan 2-3 tim ke Lampung Selatan untuk menangani masalah itu. Tentunya pengobatannya tidak cepat selesai, butuh 2-3 minggu penyembuhan,” jelasnya via panggilan Whatsaap pada Rabu, 12 Juli 2023.
Diketahui, Lumpy Skin Disease (LSD) adalah penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV) yang merupakan virus bermateri genetik DNA dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae. Penyakit ini ditandai dengan munculnya benjolan pada kulit sapi, terutama pada bagian leher, punggung, dan perut. Selain benjolan, sapi yang terinfeksi LSD juga dapat mengalami demam, kehilangan nafsu makan, lesu, dan mengalami penurunan produksi susu.
Virus ini menyebar melalui gigitan serangga seperti nyamuk dan lalat. Sapi yang terinfeksi akan mengalami masa inkubasi selama 5-14 hari sebelum timbul gejala. Penyebaran penyakit dapat terjadi secara cepat di antara sapi yang berada dalam kandang yang sama atau antara kandang yang berdekatan.
Penanggulangannya dapat dilakukan beberapa cara diantaranya, vaksinasi, karantina, pengobatan, dan pengendalian serangga.
“LSD atau virus lato-lato ini sebenarnya tidak membahayakan karena hanya menjangkiti anak sapi yang imunnya lemah. Sepanjang tahun ini bahkan sejak 2022 sudah 113.000 vaksin dipasok ke semua peternakan penggemukan sapi dan 111.200 dosis lainnya ke peternak lain seluruh Lampung. Kami berharap masyarakat tetap tenang karena masalah ini sedang ditangani. Terbukti ribuan ekor sapi yang dipotong pada Hari Raya Kurban kemarin semua sehat,” tutupnya.
Tamrani Usman (HRD PT. Juang Jaya) belum bisa memberikan keterangan karena merasa bukan kewenangannya, “terkait konfirmasi informasi ini mohon maaf saya enggak berkompeten dan kewenangan utk memberikan komentar. Ada baiknya konfirmasi dengan Dinas Peternakan Lamsel yang lebih memiliki kewenangan. Mohon maaf sebelumnya,” katanya via Whatsaap pada Rabu, 12 Juli 2023.
Hal senada diungkapkan oleh SG, salah satu karyawan PT. Juang Jaya, “Saya banyak mendengar informasi itu dari teman-teman, intinya di Juang Jaya 100% aman dari penyakit itu karena prosedur penanganan kesehatan ternak sapi di sini sangat ketat (biosecurity),” ungkapnya. (Nop)







