Bongkar Post – “Daging”, Materi Pembekalan Satu Ini, Why Nation Succeed and Fail

Ray Dalio, penulis buku Changing World Order: Why Nation Succeed and Fail (2021), pemateri daring Why Nations Succeed and Fail, pemateri ke-3 hari pertama pembekalan khusus calon menteri Kabinet Merah Putih di Padepokan Garuda Yaksa, Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/10/2024). | dok/Muzzamil

Bongkar Post

Bacaan Lainnya

BANDARLAMPUNG – Bicara negara sukses, sejatinya identik dengan yang bagus-bagus. Alias ideal. Alias ya begitulah yang semestinya harus, yang seharusnya, sekaligus.

Aman nyaman, merdeka berdaulat, damai adil makmur sentosa. Disegani dalam pergaulan bangsa-bangsa. Pendapatan perkapita penduduknya kelas wahid. Pemerintahnya merakyat. Negaranya bebas dari kriminal, bebas dari parasit korupsi.

Sebagaimana, idealisasinya turut tercermin dalam penggalan Pidato Kenegaraan perdana Presiden ke-8 RI Prabowo Subianto usai resmi terlantik, di Sidang Paripurna MPR RI dengan agenda tunggal pelantikan dan pengucapan sumpah/janji jabatan Presiden dan Wakil Presiden RI 2024-2029 Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) di Gedung Nusantara kompleks MPR/DPR//DPD RI Senayan Jakarta, Minggu 20 Oktober 2024.

Petikannya, “Hanya dengan persatuan dan kerja sama, kita akan mencapai cita-cita para leluhur, bangsa yang gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo, bangsa yang baldatun thayyibatun war rabbun ghofur, bangsa yang dimana rakyat cukup sandang pangan papan.

Cita-cita kita adalah melihat wong cilik iso gemuyu, wong cilik bisa senyum bisa tertawa.

Kita harus ingat bahwa kekuasaan itu adalah milik rakyat, kedaulatan itu adalah kedaulatan rakyat. Kita berkuasa seizin rakyat kita menjalankan kekuasaan harus untuk kepentingan rakyat.

Kita harus selalu ingat, setiap pemimpin dalam setiap tingkatan harus selalu ingat, pekerjaan kita harus untuk rakyat. Bukan, bukan, bukan kita bekerja untuk diri sendiri. Bukan kita bekerja untuk kerabat kita, bukan kita bekerja untuk pemimpin kita. Pemimpin yang harus bekerja untuk rakyat.

Kita harus mengerti selalu sadar selalu bahwa bangsa yang merdeka adalah bangsa dimana rakyatnya merdeka. Rakyat harus bebas dari ketakutan, bebas dari kemiskinan, bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari penindasan, bebas dari penderitaan.

Saudara-saudara, masih ada saudara kita usianya di atas 70 tahun masih menarik becak, ini bukan ciri-ciri bangsa yang merdeka. Hanya kalau kita bisa wujudkan keadaan dimana rakyat sungguh merasa dan menikmati kemerdekaan, baru kita oleh sungguh-sungguh puas dan bangga dengan prestasi Indonesia merdeka.

Marilah kita kerja keras dan berjuang tanpa menyerah, mari kita menghimpun dan menjaga semua kekayaan kita, jangan mau kekayaan kita diambil murah oleh pihak-pihak lain. Semua kekayaan kita harus sebesar-sebesarnya untuk kepentingan dan kemakmuran rakyat kita.”

Berkebalikan, “amit-amit jabang bayi”, jangan sampai kejadian di negara kita juga negara mana pun sebab ujung-ujungnya andai terjadi yang paling dirugikan adalah rakyat setempat.

Negara gagal (failed state), yakni negara yang tak mampu memenuhi fungsi keamanan dan pembangunan dasar, tak memiliki kendali efektif atas wilayah dan perbatasannya.

Kata lain negara gagal, negara yang dianggap gagal memenuhi persyaratan dan tanggung jawab dasar suatu pemerintahan berdaulat.

Kendati tiada kesepakatan umum tentang definisi negara gagal, definisi versi lembaga asal Amerika Serikat (AS), Fund for Peace (Dana untuk Perdamaian) yang kali pertama menerbitkan daftar negara gagal pada 2005: 76 negara dianalisa 33 antaranya digolongkan sebagai “waspada”, 43 sebagai “terancam”, (kelak menyusul dua peringkat lain yang lebih baik yakni “stabil” dan “dapat bertahan”), kerap dipakai untuk mencap suatu negara yang punya empat ciri negara gagal tersebut.

Yakni, kehilangan kontrol atas wilayahnya sendiri, atau atau monopoli pengerahan pasukan fisik sah di wilayahnya; tidak mampu menyediakan layanan publik; tergerusnya kewenangan yang sah dalam pembuatan keputusan bersama; dan, tidak mampu berinteraksi dengan negara lain sebagai anggota penuh komunitas internasional.

Syahdan, negara gagal condong mengalami kekerasan sipil, kejahatan, korupsi internal, kemiskinan, buta huruf, dan kehancuran infrastruktur. Meski demikian, negara gagal dapat dipulihkan tapi perlu upaya amat besar dari badan pemerintahan yang bersangkutan.

Menurut Fund for Peace, ciri-ciri umum dari satu negara gagal yakni pemerintah pusatnya sangat lemah atau tak efektif sampai-sampai kekuasaan praktis sebagian besar wilayahnya begitu kecil; buruknya layanan publik; korupsi dan tindak kejahatan meluas; intervensi aktor negara dan non-negara; adanya pengungsi atau perpindahan penduduk tak terkendali; memburuk tajamnya ekonomi; dan intervensi militer dari dalam/luar negara dapat terjadi.

Telaahan lain, dari Stewart Patrick dalam “‘Failed’ States and Global Security: Empirical Questions and Policy Dilemmas”, International Studies Review, Blackwell Publishing, 2007; seberapa besarnya kendali pemerintah yang dibutuhkan agar tidak dicap sebagai negara gagal masih beragam di kalangan peneliti.

Selain itu, penetapan negara “gagal” masih dianggap kontroversial dan jika dibuat secara sengaja, akan ada konsekuensi geopolitik yang besar.

Bicara isu negara sukses negara gagal, jenius mendunia satu ini, pialang saham sejak usia belasan, Ray Dalio, usah terlewat.

Namanya sejenak melambung di kalangan calon menteri Kabinet Merah Putih saat ‘Hambalang Retreat’, sebutan bagi helat pembekalan khusus bagi calon warga kabinet Prabowo-Gibran, inisiasi Presiden Prabowo prapelantikannya, di Padepokan Garuda Yaksa, Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Rabu-Kamis, 16-17 Oktober lalu.

Raymond Thomas Dalio, nama lahir Ray Dalio, konglomerat AS kelahiran Jackson Heights, New York, 8 Agustus 1949 (kini 75 tahun), pendiri Dana Lindung Nilai atau Hedge Fund ‘Bridgewater Associates’ yang mengelola dana USD 112 miliar dolar AS. Tokoh kita ini.

Presiden Prabowo (saat pembekalan masih berstatus presiden terpilih) menghadirkan spesialis pengelola investasi ulung yang tersohor dengan metodologi pendekatan berbasis data ini menjadi salah satu pemateri.

Dari unggahan (saat itu masih calon) Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Ario Bimo Nandito Ariotedjo atau karib Dito Ariotedjo misal diketahui, Dalio mengisi materi daring tajuk epik, Why Nations Succeed and Fail.

Pengingat, tajuk materi Dalio notabene sama penggalan judul dengan buku terbitannya di 2021 lalu, Changing World Order: Why Nation Succeed and Fail.

Selain doi, pemateri hari pertama 16 Oktober, pembuka Riaz Shah (pengenalan-orientasi kabinet), akademisi hubungan internasional John Mearshimer topik geopolitik global.

Dalio, berbatik, “pembekal” ketiga via Zoom pukul 13.30-15.30 WIB, topik kesuksesan dan kegagalan negara. Keempat, Hunter Lee Soik topik peningkatan Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto (GDP/PDB) 2 kali lipat dalam waktu 10 tahun.

Kelima, Menteri Persatuan Urusan Minoritas India, Smriti Irani, via Zoom, bersama pakar komunikasi Ana Moraru. Terakhir, program makanan bergizi gratis andalan Prabowo.

Pembekalan hari kedua 17 Oktober, dibuka pakar kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) Michael Housman topik Future of AI. Lanjut Ana Moraru topik komunikasi politik, ketiga Riaz Shah topik masa depan pekerjaan, keempat Maryam Hussein topik antikorupsi, sesi kesimpulan oleh Riaz Shah, ditutup pidato Prabowo.

Lantaran autofokus penikmat informasi juga warganet Tanah Air sepanjang sepekan ini tersedot pantengi satu per satu sosok calon warga kabinet, keberadaan dan perbincangan publik ihwal sosok Dalio menjadi relatif kurang menggema. Padahal selain pintar moncer di atas rata-rata, doi juga dikenal tajir melintir.

Forbes, awal 2022 menyigi kekayaan Dalio sebesar 20 miliar dolar AS per 21 Januari 2022, peringkat 88 di daftar miliarder mereka, ke-36 dalam daftar Forbes 400. Beda data bulan sama, Bloomberg News melaporkan kekayaan Dalio totalnya 15,7 miliar dolar AS.

Terkini, Forbes merilis kekayaan bersih Dalio per 16 Oktober 2024 yakni 14 miliar dolar AS setara Rp218 triliun. Terkaya ke-152 di dunia.

Penelusuran, terkait negeri kita, Dalio pada September lalu pernah menyebut tiga poin: Indonesia memiliki potensi berkembang sebagai kekuatan baru di dunia, kunci utamanya peningkatan produktivitas bangsa, salah satu cara yang harus ditempuh dengan lakukan investasi sektor pendidikan.

Rabu 16 Oktober 2024, Dalio berbagi ilmu dan pengalaman praksis, dengan banyak insight multidimensi sekitar isu stratejik geostrategis global kepada 59 orang calon menteri peserta pembekalan.

Beragam kalangan mengapresiasi prakarsa Prabowo soal pembekalan calon pembantu Presiden ini. Dari peserta, tersimpul antara lain menyebut materi pembekalan, isinya “daging” semua. Berbobot.

Tak sedikit, bilang Presiden baru, gaya baru. Pembekalan sekitar pendadaran anatomi visi misi Prabowo-Gibran 2024-2029.

Dimana salah satu poin kunci, sebelumnya juga telah berulang kali Prabowo sampaikan, menjaga sekuat tenaga, atmosfir keajegan pertumbuhan ekonomi nasional, saat yang sama sekaligus mendorong peningkatan rerata tingkat pertumbuhannya, ditengah iklim ketidakpastian global, adalah hal niscaya bagi pemerintahan baru Prabowo-Gibran.

Dalio dinilai bagian sosok pemantik tepat pemberi insight. Betapa pun, kecakapannya turut dipertaruhkan.

Dalio, suami Barbara, ayah Devon, Mark, Paul, dan Matt Dalio ini tinggal bersama Barbara, keturunan pematung Gertrude Vanderbilt Whitney, di Greenwich, Connecticut, AS.

Dia tumbuh di lingkungan kelas menengah Long Island, mulai bermain di pasar saham saat dia 12 tahun!

Beroleh kiat dari seorang pegolf yang pernah jadi caddy-nya, Dalio memulai karir sebagai investor yang cerdas dan mulai beli saham saat berusia 12 tahun. Investasi pertamanya, Northeast Airlines, meningkat tiga kali lipat dari 300 dolar AS menjadi 900 dolar AS.

Dalio mengeyam pendidikan setara sarjana keuangan di CW Post College pada 1971. Pada musim panas tahun itu, antara perguruan tinggi dan sekolah pascasarjana, dia bekerja menjadi juru tulis di Bursa Efek New York.

Dia sabet MBA Harvard Business School pada 1973. Baru mendirikan Bridgewater Associates tahun 1975, di apartemen dua kamar tidurnya bilangan Manhattan, pulau 87,5 km² selatan ujung Sungai Hudson, satu dari lima kota bagian (borough) pembentuk kota New York.

Sejak saat itulah, saat dia masih 26 tahun hingga kelak 47 tahun lamanya, Dalio jalankan dan mengembangkan bisnisnya hingga kini Bridgewater Associate, merujuk data Fortune Magazine, menjadi hedge fund terbesar di dunia, korporat swasta terpenting ke-5 di AS.

Menyitat bridgewater.com, disebutkan Dalio jadi investor makro global lebih dari 50 tahun terakhir. Inovasi investasinya, misal paritas risiko, hamparan alfa, All Weather, mengubah cara lembaga global mendekati investasi.

Sekadar ilustrasi, soal portofolio All Weather misalnya. All Weather Portfolio milik Dalio ini merupakan sebuah pendekatan strategi investasi yang dirancang guna membantu investor melindungi aset, memberikan hasil yang baik dalam berbagai kondisi ekonomi.

Sasarannya, yakni menghasilkan laba yang konsisten sambil meminimalisir risiko, apa pun kondisi ekonominya. Portofolio ini lazimnya terdiri dari alokasi berikut: 30 persen saham.

Disebut juga Portofolio Segala Cuaca, yang dia kembangkan tahun 1996 ini, adalah ide Dalio membangun portofolio yang mungkin akan menghasilkan lebih sedikit dalam kondisi pasar yang menguntungkan, tetapi tidak akan merugi selama krisis.

Kerap berbicara soal tantangan dan peluang dihadapi negara berkembang ditengah situasi ketidakpastian global termasuk imbas dari ketegangan perdagangan, teknologi, dan perubahan iklim bagi perekonomian dunia.

Selain, menyoroti pentingnya reformasi struktural dan inovasi teknologi dalam menjaga daya saing ekonomi di masa depan.

Dia kemudian menerima rerupa penghargaan prestasi sekurun karirnya.

“Selama beberapa dekade dia telah menjadi penasihat makroekonomi bagi banyak pembuat kebijakan di seluruh dunia,” tulis situs resmi korporat, dilongok Selasa siang, menyebut berkat dampak pemikiran Ray Dalio bagi kebijakan makroekonomi global, Majalah TIME menobatkannya sebagai salah satu dari “100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia.”

Nyaris sewindu sudah, sejak dia memutuskan mengundurkan diri dari korporat diriannya itu pada 2017 lalu. Walau begitu, Ray Dalio tetap menjadi investor dan mentor Bridgewater, dan menjabat dewan direksinya, hingga 2022.

Terkini, perombakan Maret 2023 menandai perubahan terbesar sejak Dalio melepaskan kendali Bridgewater September 2022, alihkan hak suaranya kepada dewan, mengundurkan diri kemudian sebagai satu dari tiga co-CIO.

Seiring tumbuh kembang perusahaan, tahun dia mundur jabatan, 2017 lalu itu, Dalio menerbitkan buku esai best seller tentang manajemen perusahaan dan filosofi investasi, Principles: Life & Work. 100 halaman.

Dia menulisnya, berbagi pendekatan filosofis manajemen bisnisnya, dengan para karyawan. Dalio meyakini, timnya harus “sangat jujur dan transparan” demi mencapai keunggulan.

Dalio misal menyebut, diversifikasi menjadi bagian dari prinsip utama yang dia pandang sebagai tujuan utama investasi. Ini terutama berlaku jika menyangkut kelas aset yang berbeda -kelompok aset serupa seperti saham, obligasi, real estat, lainnya- yang tidak bergerak dengan cara yang sama dalam lingkungan ekonomi tertentu.

Berikutnya di 2021, Ray Dalio mengupas isu negara sukses negara gagal. Ihwal isu negara gagal (failed state), lantaran pewarta belum tuntas membaca buku Dalio secara utuh, sekadar pengingat, mantan Ketua Umum KNPI dan Menpora Indonesia Adhyaksa Dault, telah pernah mengabadikan pemikirannya soal ini dalam bukunya, “Menghadang negara gagal: sebuah ijtihad politik”, buku 350 halaman terbitan Rene Book 2012 silam.

Di sana, Adhyaksa menjelenterehkan, secara terbuka atau pun diam-diam, secara massif atau pun hanya sekelompok orang, kesadaran pandangan soal ketidakberesan pengelolaan negeri ini tampaknya telah menjalar kemana-mana.

Pertanyaan nan kerap muncul: kenapa negara berkarunia sumber daya alam dan sumber daya manusia (SDA-SDM) luar biasa ini tak jua menunjukkan kemajuan dan kesejahteraan berarti layaknya negara-negara maju lain?

Sayangnya, ulas Adhyaksa, kesadaran pandangan itu baru dianggap “rasa” yang subyektif. Barulah ketika sebuah lembaga asal AS bernama Fund For Peace (2012) merilis Indeks Negara Gagal (Failed State Index) baru-baru ini (saat itu, red), “rasa” itu seperti mendapatkan pembenarannya.

Medio 2012, Fund For Peace menempatkan Indonesia sebagai negara “dalam bahaya” (in danger), peringkat 63 dari 178 negara. Turun satu tingkat dari 2011. Sebaliknya tetangga Singapura (157), Malaysia (110), Thailand (84), lebih bagus dari Indonesia. Terjadi pro kontra.

Ada yang menerimanya sebagai pembenaran, ada yang menerimanya dengan catatan, tak sedikit yang menyikapinya secara defensif sembari meragukan kredibilitas dan motif tersembunyi dari lembaga Fund For Peace itu.

Ada juga yang berkilah, yang dimaksud “negara gagal” adalah pemerintah yang tidak mampu memenuhi rasa aman dan kenyamanan warga, dan bukan bangsanya.

Sebuah rezim pemerintahan di Indonesia boleh saja gagal, tapi NKRI takkan pernah jadi negara gagal. Bagi Adhyaksa Dault, sikap paling sehat ialah menjadikan judgement “negara gagal” itu sebagai evaluasi konstruktif yang menguntungkan kita.

“Maksudnya, kita tak perlu menolaknya secara defensif atau menerimanya secara inferior, melainkan harus mengolahnya sebagai kesadaran untuk memperbaiki kenyataan. Tapi kenyataan yang mana? Evaluasi seperti apa?” dedah Adhyaksa.

Saat terbitnya, buku Adhyaksa Dault hangat dibincangkan. Komprehensif, kritis, dan tajam, demikian bebunyian respons publik kala itu.

“Buku ini tidak saja memberikan perspektif yang jelas tentang apa itu “negara gagal”, tapi juga memberikan peta yang lengkap dengan rambu-rambu yang tegas tentang bagaimana negara ini seharusnya memperbaiki dirinya -untuk Indonesia yang lebih baik, maju dan sejahtera. Sebuah ijtihad politik, renungan anak bangsa, yang penuh dengan optimisme dan solusi-solusi konkret yang layak diapresiasi,” tulis resensi Badan Strategi Kebijakan Kementerian Dalam Negeri, ketika itu.

Kini, pemerintahan baru Prabowo-Gibran telah mulai bekerja. Presiden ke-8 Prabowo Subianto, dan Wakil Presiden ke-14 RI Gibran Rakabuming Raka, telah dilantik berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Nomor 6/2024 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih, Penetapan Perolehan Kursi, dan Penetapan Calon Terpilih dalam Pemilu.

Terbaru, ujar Ketua MPR RI Ahmad Muzani di hari pelantikan 20 Oktober 2024 lalu, dasar hukum pelantikan akan ditambah dengan memasukkannya di Ketetapan MPR RI sesuai Pasal 120 ayat (3) Perubahan Tatib MPR RI, mengacu beleid Pasal 3 ayat (2) UUD 1945.

Berikut, Kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran 2024-2029 berlandaskan dasar hukum Pasal 17 UUD 1945, UU 61/2024 tentang Perubahan atas UU 39/2008 tentang Kementerian Negara (pembentukan, pengubahan dan pembubaran kementerian negara); telah pula dilantik sang Presiden berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 133/P/2024 tentang Pembentukan Kementerian Negara dan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Merah Putih 2024-2029 ditetapkan 20 Oktober 2024.

Serta, Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 139/2024 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kementerian Negara Kabinet Merah Putih Periode 2024-2029, diterbitkan 21 Oktober 2024 dimana diatur pembagian tugas 7 menteri yang baru dilantik di hari tanggal itu.

Presiden Prabowo kini dibantu 109 menteri dan wakil menteri kabinet, perinci 53 menteri dan kepala lembaga, per komposisi terdiri dari 7 kementerian koordinator, 41 kementerian teknis, dan 5 kementerian/lembaga di luar koordinasi kementerian koordinator, diperkuat 56 wakil menteri.

Maraton, Presiden Prabowo usai melakukan pemanggilan 14-15 Oktober, pembekalan 16-17 Oktober, dilantik ucapkan sumpah/janji jabatan bersama Wapres Gibran kemudian berpidato kenegaraan perdana di hadapan Sidang Paripurna MPR RI, lalu mengumumkan nama calon anggota kabinet 20 Oktober, melantik kabinet 21 Oktober dan pejabat terkait 22 Oktober, menggelar rapat kabinet perdana 23 Oktober, memberikan pengarahan dan pembekalan di Akademi Militer (Akmil), Magelang, Jawa Tengah, 24-27 Oktober ini.

Selanjutnya, 5 x 365 hari (bonus 1 hari di tahun Kabisat pada 2028 mendatang), siap bekerja hingga purna 20 Oktober 2029.

Jangan pernah ada kata “negara gagal” dalam kamus anak cucu cicit bangsa ini. Kelewat berat ongkosnya. Jangan biarkan, pak Prabowo. Good luck, Mr. President. (Muzzamil)

Pos terkait