Bongkar Post – Asa Merumput Olimpiade Paris Pupus, Ada “Bahagia” di Nobar Indonesia Vs Guinea Taja Cagub Mirza

KREK! – Bacagub Lampung Rahmat Mirzani Djausal, dan bacawalkot Bandarlampung Iqbal Ardiansyah saat nobar Indonesia U-23 vs Guinea U-23, di PKOR Wayhalim Bandarlampung, Kamis (9/5/2024) malam. | dok/Muzzamil

Bandar Lampung, BP

Bacaan Lainnya

Berakhir melara ulah terkubur sudah mimpi Indonesia untuk bisa dapatkan satu tiket terakhir demi untuk bisa merumput di ajang pesta olah raga terbesar di dunia Olimpiade Paris 2024, menyusul kekalahan Timnas Indonesia U-23 kontra Timnas Guinea U-23, skor akhir 0-1, laga hidup mati babak Play-off Interkontinental Olimpiade 2024, di INF Clairefontaine, Paris, Prancis, pada Kamis (9/5/2024) malam kick off mulai pukul 20.00 WIB.

Di barisan penonton, salah satunya di sudut Bumi Ruwa Jurai Lampung, aura melara jua larut terpancar dari wajah-wajah tegang terutama jelang berakhirnya babak kedua, sepanjang pertandingan disiarkan langsung stasiun tivi Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) tersebut.

Tepatnya, di area terbuka diapit antara Gedung Sumpah Pemuda dengan gedung Stadion Sumpah Pemuda, kompleks Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Wayhalim, Bandarlampung.

“Ayo! Oper langsung, ayo, ayo, aih!” pekik seorang ibu paruh baya, membaur duduk beralaskan kardus, di barisan ribuan warga peserta Nonton Bareng (Nobar) Indonesia vs Guinea, yang terhitung ini kali ketiga, usai pertandingan semifinal Indonesia kontra Irak, lantas perempat final Indonesia kontra Uzbekistan sebelumnya, yang ditaja oleh calon gubernur (cagub) Lampung dari Partai Gerindra, Rahmat Mirzani Djausal.

Ibu paruh baya tersebut, ikut kesal, turut terpancing emosinya mendapati sejumlah kesempatan cetak gol gagal dieksekusi pemain Indonesia ke arah gawang Guinea, jawara empat Piala Afrika U-23 2024 itu.

Jondra, warga yang sehari-hari berjualan air minum dalam kemasan di kompleks kawasan terpadu sentra olah raga dan atraksi budaya seluas lima dari total 20,997 hektare area ruang terbuka hijau publik ini, sesaat laga dimulai memprediksi skor akhir 2-1 untuk kemenangan skuad Garuda Muda.

“Tebak skor ya, 2-1, Indonesia menang,” mantap Jondra yakin, ditemani istri tercinta, yang di pipi kanannya tertempel stiker super mungil bergambar bendera merah putih, dan ada logo RMD pojok kiri bawahnya.

Saat sepanjang laga berlangsung, dilirik tipis-tipis, raut wajah Jondra sembari sibuk hilir mudik mengantar minuman jualannya ke barisan duduk penonton pembelinya, dibandingkan dengan wajah pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong, tak kalah tegang.

Barangkali itu lantaran Jondra juga mahfum dan tergolong up to date: mengaku kerap memonitor progres timnas lewat media sosial Instagram, laga Kamis malam kontra Guinea yang dirasa cukup sulit mengingat Guinea bukan tim yang mudah dikalahkan:
peringkat ke-76 FIFA, Indonesia peringkat ke-134.

Adalah kesempatan terakhir satu-satunya bagi skuad Garuda Muda, sebab itu laga vs Guinea juga disebut sebagai pertandingan hidup mati, kesempatan terakhir untuk bermain kembali di Olimpiade usai terakhir bermain 68 warsa silam, pada tahun 1956.

Imbang Tanpa Gol Indonesia-Soviet 1956

Sobat Olahraga, sekadar pengingat, pada Olimpiade Musim Panas 1956 di Australia, Indonesia bertemu Uni Soviet di perempat final sepakbola Olimpiade 1956 di Olympic Park Stadium, Melbourne, Australia, pada 29 November 1956 silam.

Alkisah, dewi fortuna memihak Indonesia masa itu. Dimana, timnas Indonesia hoki, beroleh banyak keberuntungan menuju ke panggung Olimpiade. Untuk ke Melbourne, Indonesia dapat dua kali kesempatan laga tanpa perlu berdarah-darah.

Harusnya lawan Taiwan, Vietnam Selatan, nun lantaran keduanya tengah berkonflik dengan Republik Rakyat Tiongkok, kedua negara itu memilih mundur gelanggang.

Vietnam Selatan juga absen kirim pemain lawan Indonesia, hingga Indonesia bisa terus laju babak. Selain Vietnam, Hungaria, Mesir, Tiongkok, dan Turki juga mundur.

Akibatnya tinggal tersisa tiga laga putaran pertama: Uni Soviet vs Jerman, Inggris Raya vs Thailand, dan Australia vs Jepang. Nah.

Meski tak berpeluh dua fase sebelum, nun semangat 45 terus ditunjukkan Indonesia di perempat final. Terbukti, saat laga kontra raksasa bola dunia masa itu dan saat lawan Indonesia, diperkuat kiper legendaris Lev Yashin: Uni Soviet, sukses ditahan imbang tanpa gol bahkan hingga tambahan waktu.

Starting line-up tim, formasinya ketika itu, Indonesia diperkuat kiper Maulwi Saelan, Mohammad Rasjid, Chairuddin Siregar, Ramlan Yatim, Kiat Sek Kwee, Liong Houw Tan, Endang Witarsa, Sian Liong Phwa, Ashari Danoe, Him Tjang Thio, dan Andi Ramang.

Sementara, Uni Soviet diperkuat kiper Lev Yashin, Nikolai Tishenko, Boris Kuznetsov, Iosif Betsa, Anatoli Bashashkin, Igor Netto, Boris Tatushin, Anatoli Isayev, Eduard Streltsov, Sergei Salnikov, Vladimir Ryschkin.

Benarkah, Indonesia dua kali bersua Soviet saat itu? Ya. Mampu bermain imbang tanpa gol persuaan pertama, Indonesia harus rela diganjar empat gol cetakan Sergei Salnikov (17′ dan 59′), Valentin Ivanov (19′), dan Igor Netto ((43′), saat kembali harus berlaga lawan Soviet 1 Desember 1956 demi untuk memperebutkan satu tiket ke semifinal.

Kalah telak, usai sudah keberuntungan bersejarah timnas Indonesia di Olimpiade 1956. Ada pun Soviet melaju bahkan raih emas usai di final menekuk Yugoslavia.

Starting line-up tim kala itu, yakni Indonesia diawaki kiper Maulwi Saelan, Chairuddin Siregar, Ramlan Yatim, Kiat Sek Kwee, Liong Houw Tan, Endang Witarsa, Andi Ramang, Achad Arifin, Him Tjang Thio, Jasrin Jusron.

Soviet diawaki kiper Boris Rasinski, Nikolai Tishenko, Boris Kuznetsov, Anatoli Maslyonkin, Anatoli Bashaskhin, Igor Netto, Boris Tatushin, Valentin Ivanov, Eduard Streltsov, Sergei Salnikov, dan Anatoli Ilyin.

Gagal Jebol Gawang Hingga Kartu Merah Shin

Balik ke momen tak kalah bersejarahnya, enam puluh delapan tahun kemudian, di PKOR Wayhalim Bandarlampung Kamis malam, hingga saat tiupan peluit wasit berbunyi pertanda pertandingan usai, prediksi Jondra di atas alhasil meleset.

Indonesia dipaksa pulang kandang, Guinea melenggang. Satu-satunya gol sakti timnas negara Afrika Barat yang sebelumnya top disebut Guinea Prancis sesuai dengan Prancis koloninya yang memerdekakannya medio 2 Oktober 1958 silam, atau Guinea-Conakry sekadar buat bedakan dengan Guinea-Bissau, negara tetangganya. Ada pun Conakry, ibukota negara 246 ribu km persegi berpopulasi sekitar 13,8 juta jiwa ini.

Dicetak oleh Ilaix Moriba pada menit ke-29 babak pertama melalui tendangan penalti.

Sebelum gol tercetak, pertahanan Guinea sempat terancam serangan Indonesia lewat satu tendangan bebas. Witan Sulaeman, sempurna menerima sodoran bola sisi kiri. Coba mengoper ke tengah kotak penalti, bergegas bola dihalau bek Guinea.

Lalu, Pratama Arhan beroleh peluang usai menusuk dari arah kiri. Nun tendangannya terlampau lemah, alhasil gawang Guinea pun gagal digebyah uyah, dan kira-kira sang kiper laju bergumam membatin, “amanlah”.

Penalti menit ke-29, tak terelak menyusul pelanggaran Witan terhadap Algassime Bah, yang juga pemain Olympiacos. Ilaix Moriba menjadi eksekutor penalti ini, lalu jebollah pertahanan penjaga gawang Ernando Ari. Marselino Ferdinan coba lepas tembakan dari luar kotak penalti. Apes, tendangannya pun masih jauh dari sasaran.

Saat injury time, gawang Indonesia hampir saja dibobol Guinea. Bola di kendali Nathan Tjoe-A-On berhasil Bah curi, hingga Bah dan Ernando berhadapan satu lawan satu. Sat set, Ernando sukses blok sepakan Bah.

Pada bagian lain, menit ke-53, Guinea sempat ancam gawang Indonesia. Kali ini, jatah Nathan sukses blok sepakan Soumah.

Peluang bagus dari tendangan sudut, operan pendek ke Nathan yang kemudian melepaskan umpan silang ke kotak penalti, disambut sundulan Alfreandra Dewangga. Ampun, bolanya menyamping dari gawang.

Satu pelanggaran oleh Dewangga yang menekel Bah di kotak penalti berbuah keputusan wasit, tendangan penalti, menit ke-73. Adegan dramatis dan bagi Indonesia: heroik, saat para pemain Indonesia solid memprotesnya. Tak ketinggalan, Coach Shin Tae-yong juga ikutan protes keras.

Coach Shin saking kesalnya lantaran dari bahasa tubuhnya menilai keputusan wasit berlebihan cenderung tak adil: langsung menunjuk titik putih, kontan berteriak ‘ball’ alias bola kepada wasit. Wasit pun sempat menenangkan Shin, tapi Shin tetap terus saja berteriak dan akhirnya dihukum kartu kuning. Shin tampak emosi terus mencak-mencak, lantas tetiba wasit acungkan kartu kuning kedua. Ujungnya, kartu merah! Shin pun wasit usir. Bah!

Penonton Indonesia, baik di stadion, pun termasuk di PKOR Wayhalim, sama jengah. Mereka sampai ada yang bersungut, berdiri kesal sembari menunjuk-nunjuk muka wasit di layar raksasa, yang dizoom kamerawan pertandingan Prancis sana saat sang wasit berupaya menenangkan protes massal pemain dan Shin, penonton tribun, hingga penonton nobar Kyay Mirza.

“Uuuuuu…!” koor massal se lapangan PKOR.

Bah, lelagi eksekusi penalti bagi Guinea. Beruntungnya Indonesia, ulah tembakannya ke arah kanan membentur tiang gawang, sebagaimana pula berulang kali pewarta saksikan ulang di tayangan rekaman gawai, tembakan Bah tersebut terlalu deras hingga terlihat bola mengenai tiang, dan kiper Ernando Ari pun sejatinya membaca arah bola dengan bergerak ke arah yang sama, berbuah tendangan penalti Bah gagal, bah!

PKOR Wayhalim bergetar. Penonton laju berdiri, ada yang berjingkrak, ada yang seperti melakukan selebrasi khas pemain bola profesional, ada yang sigap merekam suasana seru sejenak itu dengan gawainya.

Betul suporter Indonesia kecewa, nun upaya skuad Garuda Muda untuk terus berupaya menembus lini pertahanan dan membombardir tekanan ke arah gawang Guinea hingga berakhirnya laga, meski tetap tak membuahkan hasil gol balasan, termasuk upaya timnas Indonesia U-23 untuk sekuat tenaga bermain tim bukan individu sebagaimana publik bola Tanah Air harapkan, inilah semaksimalnya upaya.

Tersisa 22 pemain, Coach Shin memboyong mayoritas pemain timnas Indonesia di Piala Asia U-23 2024, ke Paris. Cuma ada satu pemain baru: Alfreandra Dewangga, praktis.

Laga ini, Sin menurunkan kiper Ernando Ari, lalu Muhammad Ferarri, Komang Teguh (digantikan Alfreandra Dewangga menit ke-51), Nathan Tjoe-A-On, Bagas Kaffa, Ivar Jenner, Marselino Ferdinan, Pratama Arhan, Jeam Kelly Sroyer (digantikan Sananta menit ke-60), Rafael Struick (digantikan Hokky Caraka 90+1′), dan Witan Sulaeman.

Guinea memasang Soumaila Sylla, Ibrahima Diakite, Saidou Sow, Mohamed Soumah, Maadiou Keita (pemain klub K.A.S Eupen), Issiaga Camara (digantikan F. Camara menit 66′), Aguibou Camara (pemain Atromitos Athen Liga Yunani), Ilaix Moriba, Ousmane Camara (digantikan Toure menit 86′), Algassime Bah (digantikan Diallo 90+3′), Facinet Conte (diganti Soumah menit 46′).

Seperti diketahui, timnas Indonesia U-23 sebetulnya punya dua peluang dapatkan tiket Olimpiade 2024. Sayang, semifinal kalah kontra Irak, kalah kontra Uzbekistan di laga peringkat ketiga Piala Asia U-23 2024.

Sebelumnya pihak Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) telah menyurati Ipswich Town untuk bisa sejenak melepas Elkan Baggott (bek Bristol Rovers), ke timnas Indonesia U-23. Nihil.

Seturut, upaya melobi Cerezo Osaka untuk melepas Justin Hubner ke timnas Indonesia. Usai Piala Asia U-23 2024 berakhir, Justin harus balik Osaka. Energi Justin, Cerezo butuhkan guna jalani laga J-League 1.

Setali tiga uang, kapten timnas Indonesia U-23, Rizky Ridho, harus menjalani hukuman akumulasi kartu merah didapatkannya saat Piala Asia U-23 2024, terakhir saat semifinal kontra Uzbekistan.

Selanjutnya, Guinea akan berada di Grup A bareng Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Prancis, asuhan legenda Arsenal eks pemain timnas Les Blues, Thierry Henry.

Nantinya, untuk sepak bola di Grup A pada Olimpiade 2024 Paris, tuan rumah Prancis akan melakoni laga pembuka vs AS di Stadion Velodrome, Marseille pada 24 Juli 2024 pukul 21.00 waktu setempat. Lalu Prancis bakal hadapi Guinea di Nice pada 27 Juli 2024, melawan Selandia Baru pada 30 Juli 2024 pukul 19.00 waktu setempat.

Girang, Benar Jawab Kuis, Bawa Hadiah

Balik lagi ke PKOR Wayhalim, sebagaimana dijanjikan banjir doorprize, dua sesi kuis penonton: saat jeda turun minum dan sesaat usai akhir laga, banjir acungan tangan berebut dipilih oleh MC imut Hesty, didampingi MC cowok disapa Kak Imoey.

Sejumlah penonton kontan urung naik arah panggung sisi layar raksasa, saat Hesty menodong tanya: “hayo, udah follow IG kita belum?” sergah Hesty, menyebut akun ofisial Instagram @gerindralampung, @mirzano, dan @rahmatmirzanidjausal.

Doorprize mulai dari gawai Android, kompor gas, magic com, hingga hadiah utama satu unit sepeda sporty, berpindah tangan ke peserta kuis penjawab sempurna. Hesty bertanya seputar timnas, hingga tak sadar turut mensosialisasikan hari H pencoblosan Pilkada Serentak 27 November 2024.

Selain warga dalam kota, pemenang doorprize ada yang hadir dari Pesawaran, Lampung Utara, hingga Way Kanan.

Saat kuis jeda turun minum, sepersekian detik penonton pemenang doorprize sepeda turun tangga panggung, usai penonton berikutnya gagal menjawab, giliran berikutnya sempurna menjawab pertanyaan daftar Presiden Indonesia.

“Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman, [Abdurrahman siapa?], Megawati, SBY Susilo Bambang Yudhoyono, Jokowi,” sahut cepat dia, pukul 21.01 WIB.

Berikutnya, benar menjawab cepat jumlah kabupaten kota se-Lampung. Lalu, “siapa nama pemain timnas U-23 yang berasal dari Arema FC?” tanya Hesty, dijawab benar jua, Arkan Fikri.

“Nih ya, terakhir ya, ini deh. Kyay Mirza daftar sebagai bacagub Lampung di dua parpol, apa saja?” giliran Imoey bertanya, benar pula jawabannya, NasDem dan PAN.

Lalu, saat kuis sesaat laga usai, Hesty mendaulat tujuh orang naik panggung. Hesty antara lain bertanya julukan Provinsi Lampung. Dijawab benar, Treasure of Sumatera.

Di antara penjawab kuis rupanya ada tiga wartawan peliput. Salah satunya, wartawan desk politik Tribun Lampung, Riyo Pratama.

“Oke. Tiga visi misi jikalau eee, Kyay Mirza menjadi Gubernur Lampung. Satu, beliau akan e.., membaguskan infrastruktur jalan di Lampung, kemudian e.. akan meneruskan pembangunan Kotabaru, kemudian akan melanjutkan e.., pariwisata di Provinsi Lampung. Kyay, betul ya Kyay? Betul, betul, Makasih Kyay, mantap,” jawab Rio kocak, dengan cengkok khas Lampung, laju bawa pulang hadiah gawai Android.

Dua lain, wartawan politik/pemerintahan Lampung Post, Asrul Septian Manik alias Acun, benar menjawab nama tiga pemain timnas Indonesia U-23, dan wartawan Trans Sumatera, Muhaimin Abdullah.

Tiba sesi jumpa pers, kepada awak media yang mengerumuninya depan layar nobar, sahibul hajat, bacagub Lampung gila bola cum politisi legislator: Ketua Partai Gerindra Lampung cum anggota DPRD Lampung 2019–2024 kembali terpilih 2024–2029, yang notabene tak asing dalam tetek bengek pembangunan keolahragaan daerah ini: pegiat/pengurus kecabangan organisasi induk cabang olahraga prestasi: eks Ketua Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Baseball dan Softball Indonesia (Perbasasi) Lampung kini selain Ketua Dewan Pembina Perbasasi Lampung 2022–2026 juga Ketua Persatuan Golf Indonesia (PGI) Lampung 2023–2027, Rahmat Mirzani Djausal, takzim.

Berbusana kasual: jins biru laut, kaos sporty marun fanta, dan topi keren, Mirza berucap syukur masih dapat kembali memfasilitasi nobar kali ketiga, wujud nyata kecintaan dan dukungan timnas Indonesia.

“Saya bangga dengan perjuangan Timnas U-23, sudah berupaya maksimal. Mereka sudah berusaha maksimal, hasilnya pun tentu sudah maksimal. Sekarang masyarakat Indonesia bangga,” ujar Mirza, antara lain didampingi oleh dua tim media, Adolf Ayatullah Indrajaya, dan Dina Puspa.

Mirza tak ragu menyebut, dirinya pun akan semaksimal mungkin memprioritaskan program olah raga bagi rakyat Lampung, apabila kelak dirinya diberi mandat rakyat sebagai gubernur periode mendatang.

Boleh juga ujaran dia, “Cara melawan penyakit masyarakat (pekat) salah satunya dengan olah raga,” tandas Mirza.

“Aku, dari Natar. Ini bertiga. Apa? Oh, Indonesia? Oke gas oke gas, hihihi,” sahut sekenanya Bunga, dara hijabers cantik peserta nobar yang rekan prianya dapat doorprize, cekikikannyi disusul tawa kecil dua rekannyi.

Sambil sibuk melayani pembeli, seorang pria paruh baya pedagang cilok menyebut rada magis. Dia bilang, kemenangan Indonesia hanya akan ditentukan oleh “lompatan keajaiban”. Kening pewarta kontan saja, mengernyit. Si bapak cilok tersenyum.

Duet pasutri pedagang minuman kemasan, mengenal pewarta “aih abang gondrong!” sapa hangat mereka, menitipkan pesan kepada panitia nobar. “Sepi! Orang panitia nyediain minum. Bilangin sih bang, besok-besok kalo adain [nobar atau acara lain] lagi, minuman biar kami aja yang dagang,” keluh mereka buat iba. Semangat, pak bu!

Ada Bau-Bau “Bandarlampung Bahagia

Ada pemandangan beda, menarik sekaligus bikin batin “ini ngapain” sepanjang Mirza ikut lesehan baris ketiga penonton tepat sisi muka layar nobar.

Tak bergeming geser barang sekejap, tampak nian karib, entah kebetulan entah sudah janjian, duduk santai bersila kiri Mirza sepanjang nobar berlangsung, sosok tokoh muda Lampung, juga gila bola, juga bagian pengurus organisasi induk cabang olahraga di Lampung, kini ikut turun gelanggang, maju Pilkada.

Dia, mantan Ketua DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Bandarlampung, kini Ketua DPD KNPI Lampung, selain Ketua Harian Pengprov E-Sport Indonesia (ESI) Lampung, salah satu bakal calon Walikota Bandarlampung, Iqbal Ardiansyah.

Timbul kesan telah usai ‘move on’ laju balik arah, Bung Iqbal sapaannya, hadir berkaos putih bertuliskan tagline visi pencalonan dia: Bandarlampung Bahagia, musim Pemilu lalu dikenal luas salah satu relawan militan capres-cawapres nomor urut 3 peserta Pilpres 2024: Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

(Kini mantan) relawan pemenangan Ganjar-Mahfud satu ini, selain Koordinator Relawan Indonesia Movement (IM) Ganjar diriannya, tercatat merupakan salah satu pengurus Direktorat Segmen Pemilih, Penggalangan, dan Keagamaan Tim Pemenangan Daerah (TPD) Ganjar-Mahfud Lampung.

Sementara Mirza, Dewan Pengarah Tim Kampanye Daerah Koalisi Indonesia Maju (TKD-KIM) Prabowo-Gibran Lampung, bersama Ketua Partai Golkar Lampung Arinal Djunaidi, Ketua Partai Demokrat Lampung Edy Irawan Arief, Ketua PAN Lampung Irham Jafar Lan Putra, Ketua PBB Lampung Yanuar Syarif, Ketua Partai Gelora Indonesia Lampung Samsani Sudrajat, Ketua PSI Lampung Azitriaz Tiza, satu dari lini parpol non peserta Pemilu 2024, Ketua PRIMA Lampung Badri.

Boleh juga, Iqbal terpantau selain boyong timses dan relawannya, juga bawa serta sepasukan sapujagat: relawan kebersihan hingga 15 menit usai bubar, sampah nihil. Atributnya, Bandarlampung Bahagia.

Ada misi apa selain nobar sisi Mirza? Iqbal banyaklah pamer senyum. Ketua Ikatan Alumni Jurusan Kimia FMIPA Unila, dan pembina komunitas Gebyar Pelajar Lampung ini laju mengundang deret tanya.

Memang jika dicocoklogi, secara “sekitoan”, mengingat turut nobar pula, Ketua DPP Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Lampung Ary Meizari Alfian, didampingi oleh pengurus Bidang Pariwisata cum Ketua Himpunan Musisi Lampung Angga Martav, dan pengurus DPN APINDO Andi Desfiandi di lokasi, Mirza merupakan Wakil Ketua I DPP APINDO Lampung 2021–2026, Iqbal notabene Kabid Infrastruktur di situ.

Lantas, adakah Iqbal tengah “pedekate”? Tengah jajaki peluang untuk dapat turut didukung, dipertimbangkan untuk, dan atau selanjutnya oleh partai besutan presiden terpilih Prabowo Subianto itu, ekstremnya: diusung maju Pilwalkot Bandarlampung lewat Gerindra? Pewarta menepuk pipi. Terkesiap.

Gimana dengan Sekretaris Partai Gerindra Lampung cum anggota DPRD Lampung Ahmad Giri Akbar yang digadang gantikan Mirza maju Pilwalkot atau edar nama kader internal lainnya? Jaring masih lapang, balon masih dar der dor. Mimpi ke Olimpiade Paris 2024 boleh pupus, Pilkada 27 November 2024 sulit diundur jua. Garuda di dadaku, getar Garuda Muda.

Dua nomor ska Tipe-X dibawakan band The Memories, lewatkan akhir nobar tersisa. Cekrek, pulang. (Muzzamil)

Pos terkait