BUNG MUNIZAR dan BUNG DOLOP – Cuplikan saat duo kompak, Bung Munizar dan Bung Dolop mengisi dan memandu, sesi kedua hari pertama, Sabtu pekan lalu. | Muzzamil
BANDARLAMPUNG, BONGKARPOST.CO.ID — Wakil Ketua Bidang Pendidikan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Lampung Munizar mengatakan, terdapat dua prinsip penulisan berita yang penting dipedomani serta ditegakkan sesiapapun yang menekuni dunia jurnalistik.
Pertama, penulis, wartawan atau jurnalis mesti mengedepankan fakta terpenting terutama dalam penggunaan metode kepenulisan berita secara inverted pyramid atau piramida terbalik.
Yakni, penulisan berita yang menempatkan isi terpenting (inti berita) yang mengandung unsur 5W1H, yaitu What (apa yang terjadi), Who (siapa pelaku atau orang yang terlibat dalam kejadian), Why (mengapa kejadian itu terjadi), Where (dimana terjadinya), When (kapan peristiwa atau kejadiannya), dan How (bagaimana proses terjadinya); pada bagian atas tulisan atau lead (teras berita) atau intro berita.
Kedua, unsur fakta yang dilaporkan mesti mencakup aspek 5W1H, yaitu What (apa yang terjadi), Who (siapa pelaku atau orang yang terlibat dalam kejadian atau peristiwa), Why (mengapa kejadian itu terjadi), Where (dimana terjadinya), When (kapan peristiwa atau kejadiannya), dan How (bagaimana proses terjadinya).
Pesan pentingnya menegakkan prinsip itu, Munizar tandaskan saat didapuk berbicara sesi kedua hari pertama, di hadapan peserta Santiaji Jurnalistik dan Kehumasan Bongkar Post Group 2025 bertema “Perkuat Citra Positif Institusi Bisnis dan Pemerintahan Melalui Pilar Jurnalistik dan Kehumasan Era Digital 5.0” di Ballroom Horison Lampung Hotel, Jl Kartini Nomor 88 Tanjungkarang Bandarlampung, pada Sabtu (18/10/2025) pekan lalu.
Munizar menyajikan materi Prinsip Dasar Jurnalisme dan Penulisan Berita. “Sesuai rekomendasi Ketua PWI Provinsi Lampung Bung Wirahadikusumah, dan sesuai tema yang kami mintakan kepada beliau, soal dasar-dasar jurnalistik terkait ‘jurnalistik, jurnalisme, jurnalisme digital, dan jurnalisme kehumasan: prinsip dasar, kondisi obyektif, peluang dan tantangan di era digital’,” sebut ketua pelaksana, Muzzamil, Sabtu itu.
Pada bagian awal pemaparannya dipandu moderator nyentrik, wartawan cum Pimpinan Umum/Pimpinan Redaksi LENEWS.ID, Adolf Ayatullah Indrajaya; Munizar secara lugas membuka wawasan peserta soal apa itu definisi lepas jurnalisme.
“Jurnalisme merupakan disiplin ilmu dalam mengumpulkan, melaporkan, menganalisis data atau fakta mengenai kejadian aktual,” lugas dia, lantas memancing tanya, sama, atau bedakah, jurnalis dengan wartawan?
“Siapakah jurnalis? Apakah jurnalis sama dengan wartawan? Wartawan itu adalah orang yang melakukan kegiatan ataupun tugas-tugas jurnalistik untuk disiarkan melalui media massa secara kontinu, atau secara terus-menerus, atau secara rutin,” imbuh Munizar.
Jurnalisme itu ilmunya, jurnalis itu orangnya, pelakunya. Jadi? “Seorang jurnalis belum tentu wartawan. Tapi seorang wartawan sudah pasti jurnalis,” simpul Munizar.
Seseorang yang berminat menjadi wartawan sambung dia, cukup memenuhi tiga syarat. “Pertama dia cinta bahasa. Kedua dia peduli terhadap hal-hal yang mikro atau kecil. Dan ketiga, suka bergaul dengan hal-hal makro,” jembrengnya.
Adapun, untuk skills ataupun kecakapan dan kemampuan mutlak yang harus dimiliki oleh seseorang wartawan, sedikitnya ada tujuh.
Apa saja? “Kemampuan naratif, dia mampu menulis. Kemampuan interview, wawancara. Kemampuan investigasi, pencarian, atau menggali. Kemampuan observasi, amati, atau pengamatan. Kemampuan riset atau penelitian. Kemampuan ilustrasi, dia mampu menggambarkan. Kemampuan instrumental, atu kemampuan seni,” perinci ketujuh itu.
“Nah kalau fungsi media massa, pers atau wartawan, bisa dibaca di UU Pers ya. Ada sebagai kontrol sosial, sarana informasi, sarana pendidikan, sarana hiburan.”
Selanjutnya, Munizar pun menjelenterehkan soal laporan tentang suatu peristiwa atau kejadian mengenai fakta-fakta publik yang aktual, menarik perhatian, penting, atau luar biasa. “Itulah definisi berita,” tuturnya.
Sebuah berita wajib memiliki nilai berita. Agar bernilai berita, maka berita itu harus aktual, melaporkan sesuatu yang baru. Menceritakan hal-hal unik atau aneh atau hal-hal yang ganjil. Menceritakan konflik, peperangan. Menuliskan soal seks (misal skandal, red). Melaporkan human interest, perasaan manusia. Menuliskan kemajuan. Menuliskan figur publik, ‘orang-orang besar’. Melaporkan penemuan-penemuan baru.
“Suatu berita itu, baru bisa dikatakan memiliki nilai berita apabila memiliki kedekatan jarak dan berpengaruh luas terhadap publik,” simpul Munizar pula. Kata lain, berita baru akan layak disebut bernilai apabila: berdampak.
Selain itu, berita juga memiliki sejumlah sifat. Apa saja, Bung Munizar? “Akurat atau tepat. Lalu dia balance, berimbang. Lalu objektif, apa adanya. Lalu concise and clear, padat dan jelas. Serta aktual, terkini.”
Publik pembaca terutama, mengenal tiga tipologi atau jenis penulisan berita. “Ada straight news atau hard news, yakni jenis penulisan berita sekadar mengandung atau memenuhi 5W1H atau disebut juga berita lempeng, yang lempeng-lempeng saja, apa adanya. Ada juga jenis indepth news atau soft news. Dan ada jenis features, berita bertutur atau bercerita.”
Sadar audiens: rerata merupakan pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), admin web, admin media sosial (medsos) di Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandarlampung, Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan; penatakelola informasi, admin web atau admin medsos BUMD Pemprov Lampung dan Pemkot Bandarlampung; insan humas BUMN beroperasi di Lampung, badan usaha milik swasta, PTN/PTS, dan asosiasi profesi.
Munizar berpesan, agar dalam menulis, mereka memperhatikan struktur penulisan berita agar memenuhi kaidah jurnalistik.
Mulai dari headline atau judul. “Judul ini merefleksikan intisari dari isi tulisan.”
Lantas masuk ke lead atau teras berita. “Paragraf pembuka itu merangkum informasi penting dari seluruh isi tulisan.”
Baru ke body atau badan berita. “Ini uraian atau penjelasan sejumlah hasil peliputan yang dipaparkan secara kronologis.”
Baru ending, penutup. “Kesimpulan, atau klimaks dari seluruh tulisan yang bisa bersifat eksplanatif, persuasif, atau preskriptif,” urai Munizar.
Sebagai informasi, Santiaji Jurnalistik dan Kehumasan Bongkar Post Group 2025 yang dihelat Sabtu-Minggu, 18-19 Oktober 2025 ini merupakan hasil kerja sama Bongkar Post Group pimpinan Komisaris Jauhari, dengan menggandeng Pemprov Lampung, Pemkot Bandarlampung, PWI Provinsi Lampung, dan BPC Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS) Lampung pimpinan Yayan Sopian. (Muzzamil)