Baru Seumur Jagung Di bangun jalan Lingkungan Sudah Rusak

 

Bongkarpost.co.id

Bacaan Lainnya

Lampung barat,

Miris, baru seumur jagung jalan lingkungan jenis rabat beton di Pemangku Limau Kunci, Pekon Padang Cahya, Kecamatan Balikbukit, Kabupaten Lampung Barat (Lambar) telah rusak. Jalan yang dibangun menggunakan anggaran dana desa (ADD) dengan nilai yang lumayan besar itu kini telah nampak retakan dan patah disepanjang bahu jalannya.

Padahal jalan itu baru di bangun oleh Pemerintah Pekon Padang Cahya pada akhir tahun 2024 lalu menggunakan ADD sebesar 215 juta untuk pembangunan jalan sepanjang 352 meter.

Dari pantauan awak media bongkar post di lokasi (20/02/2025), terlihat bahu jalan mulai retak dan patah. Sedikitnya ditemukan 45 patahan ditangah bahu jalan beton itu. Kondisi jalan juga mulai terlihat berlubang dan retak-retak ditengah bahu jalannya. Hal ini diduga karena buruknya kualitas pembangunan dalam penggunaan material saat pembangunan jalan berlangsung. Meski sejatinya, jalan itu hanya intens dilintasi oleh kendaraan roda dua atau motor saja.

Kondisi kualitas pembangunan ini pun dikeluhkan oleh masyarakat setempat. Salah satu warga Pemangku Limau Kunci, Malui mengaku sangat kecewa dengan kondisi hasil pembangunan jalan tersebut. Menurutnya, pemangku yang menjadi tempat tinggalnya telah bertahun-tahun tidak ada pembangunan. Namun, setelah ada pembangunan hasil kualitas yang buruk dan sangat jauh dari masyarakat.

“Bisa dilihat jalan itu sudah retak-retak baru hitungan bulan di bangun,” katanya.

Malui juga menceritakan bahwa pihaknya sempat melakukan protes kepada pihak rekanan mengenai penggunaan material agar menghasilkan kualitas dan mutu jalan yang bagus.

“Sebagai masyarakat saya juga punya hak untuk mengawasi pembangunan yang dilakukan pemerintah baik itu dari dana APBD maupun dari ADD, saat itu saya mempertayakan penggunaan takaran materialnya ke rekanan dan tukang yang bangun jalan itu. Dengan niat agar hasil jalan yang bagus dan tahan lama,” katanya.

Menurut Malui sangat wajar jika baru hitungan bulan jalan itu sudah mulai rusak dangan tanda retak-retak dan patah disepanjang bahu jalannya. Hal itu karena adanya ketidak sesuaian dalam penggunaan material saat pembangunan.

Bahkan Malui menyebut para pekerja menggunakan takaran yang cenderung mengurangi volume materil. Dimana, Malui menyebut dalam satu molen (mesin pengaduk matrial) hanya menggunakan setengah sak semen dan dua ember batu.

“Bisa dilihat sendiri hasil jalan itu, penggunaan material juga bisa dilihat. Kurang batu dan semen, saya yang menyaksikan sendiri dan sempat mempertanyakannya kepada mereka penggunaan material itu,” kata Malui sambil menunjukan kondisi jalan yang telah retak dan sompal.

Malui menceritakan bahwa saat pembangunan belum selesai dan tengah berlangsung, sudah terdapat beberapa titik jalan yang sudah retak. Pihaknya pun mempertanyakan kepada pihak rekanan namun dijawab bahwa hal itu akibat faktor alam.

“Itu pembangunan belum selesai yang sebelah sana sudah ada yang retak. Sempet saya tanya katanya faktor alam, meski saat pengerjaannya dimusim kemarau. Jadi faktor alam mana yang buat retak beton itu, tidak ada gempa bumi besar, hujan bahkan banjir saat mengerjakannya,” jelasnya.

Masih dikatakan Malui, kondisi kurang bagusnya kualitas jalan tersebut telah menjadi perbincangan dikalangan masyarakat. Serta masyarakat meminta untuk dilakukan perbaikan kualitas jalan dan pihak terkait untuk mengecek kualitas pembangunan.

“Jadi omongan masyarakat kualitas jalan yang kaya gitu, saat kumpul-kumpul pada ngomongin jalan yang sudah retak. Minta Inspektorat turun dan mengecek kondisi jalan itu,” ungkap nya. (Ozi)

Pos terkait