Bangun Benteng Digital: Polda Lampung Ajak Penggiat Medsos Lawan Hoaks dengan Edukasi Positif

Bongkarpost.co.id

Bandar Lampung,

Bacaan Lainnya

Di tengah hiruk-pikuk dunia digital yang tak pernah tidur, media sosial menjadi pedang bermata dua. Satu sisi, ia adalah jembatan informasi yang menghubungkan jutaan orang dalam sekejap, menyebarkan cerita inspiratif, tips kesehatan, hingga kampanye lingkungan yang menyentuh hati. Namun, sisi gelapnya tak kalah menakutkan: hoaks yang menyebar seperti api liar, merusak kepercayaan, memicu konflik, dan bahkan mengancam stabilitas sosial.

Bayangkan, sebuah berita palsu bisa memicu kerusuhan hanya dalam hitungan jam. Melihat urgensi ini, Polda Lampung tak tinggal diam. Mereka menggelar pelatihan khusus yang menggandeng para penggiat media sosial, sebagai upaya nyata membangun ekosistem digital yang lebih sehat dan bijak.Kegiatan tersebut digelar di Villa Rumah Kayoe, Bandar Lampung, pada Rabu, 22 Oktober 2025. Suasana yang hangat dan kolaboratif langsung terasa sejak awal, dengan peserta yang terdiri dari anggota Bhabinkamtibmas (Bhabinsa dan Bhabinmas), tim Infokyai, serta para aktivis medsos yang antusias berbagi pengalaman.

Villa yang asri itu menjadi saksi bagaimana polisi dan masyarakat bersatu, bukan sebagai penegak hukum semata, tapi sebagai sahabat yang peduli pada masa depan digital Lampung. Para narasumber handal pun dihadirkan untuk membuka wawasan. Dr. Benny Karya, akademisi yang dikenal dengan keahliannya di bidang komunikasi, berbagi perspektif teoritis tentang dinamika medsos. Sementara Aipda Romi Indra, dari internal Polda, menyajikan pengalaman lapangan dalam menangani isu digital. Tak ketinggalan, Tiondon Mayzal, S.Akun., M.E., yang mewakili tim Infokyai—sebuah inisiatif penggiat medsos Lampung—menjadi bintang diskusi dengan pesan-pesannya yang mendalam.

Kepala Bidang Humas Polda Lampung, Kombes Pol Yuni Iswandari Yuyun, membuka acara dengan semangat yang menular. “Kegiatan ini adalah langkah konkret kami dalam membangun komunikasi terbuka dan edukatif dengan masyarakat di era digital,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa medsos bukan lagi sekadar alat hiburan, tapi sarana edukasi utama. “Media sosial ini bisa menjadi sarana edukasi,” tambahnya, mengajak semua pihak untuk mengubah platform itu menjadi alat pemberdayaan, bukan sumber kekacauan.

Dampak kegiatan ini langsung terasa. Kombes Pol Yuni tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada para narasumber atas ilmu yang dibagikan. Ia berharap, para Bhabinkamtibmas yang hadir bisa langsung menerapkan ilmu itu di lapangan—mengolah konten edukatif yang menarik, seperti video tips verifikasi berita atau infografis pencegahan hoaks. “Saya merasakan manfaat besar dari pertemuan ini. Bisa bertemu Bhabinkamtibmas, tim Infokyai, berbagi dan diskusi. Semoga ini memberi dampak positif bagi kita semua,” ungkapnya dengan tulus, menggambarkan betapa berharganya kolaborasi ini.

Sementara itu, Tiondon Mayzal menghadirkan pesan yang tak hanya informatif, tapi juga menginspirasi. Sebagai wakil tim Infokyai, ia menyoroti etika digital sebagai pondasi utama. “Kita harus menyampaikan pesan dengan sopan, bijak, dan menghargai perbedaan. Ini mencerminkan profesionalisme dan karakter positif dari institusi kita,” katanya. Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa tujuan utama beraktivitas di medsos bukan untuk eksis atau mengejar like semata. “Media sosial bukan hanya tentang eksistensi, tapi tentang kontribusi. Kita di sini untuk memberikan nilai, menyebarkan manfaat, dan terutama mencegah hoaks yang meresahkan masyarakat,” tegasnya.

Pesan Tiondon ini seperti angin segar, mengajak kita semua merenung: Di balik layar ponsel, apa yang kita tinggalkan untuk generasi mendatang? Apakah jejak digital kita membangun atau justru merusak?

Kegiatan Polda Lampung ini membuktikan bahwa perubahan dimulai dari langkah kecil: sebuah pelatihan yang melibatkan komunitas, berbagi ilmu, dan menanamkan nilai-nilai positif. Bayangkan dampak jangka panjangnya.

Dengan Bhabinkamtibmas yang melek digital, desa-desa di Lampung bisa menjadi benteng pertama melawan hoaks. Tim seperti Infokyai akan semakin kuat, menciptakan konten yang tidak hanya informatif, tapi juga menghibur dan membangun empati. Pada akhirnya, inisiatif ini mengingatkan kita bahwa polisi bukan musuh medsos, tapi mitra dalam menciptakan ruang digital yang aman dan inklusif.

Kolaborasi seperti ini adalah contoh brilian bagaimana institusi publik bisa beradaptasi dengan zaman. Di Lampung, yang kaya akan budaya dan potensi, medsos bisa menjadi alat untuk mempromosikan pariwisata, mendukung UMKM, atau bahkan kampanye anti-narkoba. Yang terpenting, semuanya dilakukan dengan etika: verifikasi fakta, hormati privasi, dan sebarkan kebaikan.Mari kita ikut serta. Mulai hari ini, saat scrolling timeline, tanyakan pada diri sendiri: Apakah postingan saya berkontribusi positif? Bagikan berita yang terverifikasi, dukung akun-akun edukatif, dan lawan hoaks dengan fakta, bukan amarah. Bersama Polda Lampung dan para penggiatnya, kita bisa ubah medsos dari arena pertarungan menjadi taman pengetahuan. Karena di era digital ini, kekuatan terbesar ada di tangan kita—dan pilihan kita menentukan masa depan yang lebih cerah. Yuk, mulai kontribusi sekarang! . (*)

Pos terkait