Artikel – Biogas: Energi Ramah Lingkungan

Artikel

 

Bacaan Lainnya

Biogas: Energi Ramah Lingkungan

Oleh: Rusmin

Kampung (desa) Astomulyo Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah yang ber-ibukota Gunung Sugih. Bagi pengendara roda empat yang sering mengadakan perjalanan antar pulau, nama Gunung Sugih di Provinsi Lampung tentu sudah tidak asing. Karena Gunung Sugih berada di jalur lintas tengah, jalur jalan raya penghubung pulau Sumatera.

Astomulyo dengan topografi perladangan memiliki luas wilayah 1.050 Ha. Dahulunya Astomulyo adalah hutan rimba dihuni oleh 300 Kepala Keluarga (KK) peserta Transmigrasi berasal dari pulau Jawa. Peserta Transmigrasi sebagian besar berasal dari kabupaten kota yang berada di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Barulah diberi nama kampung Astomulyo setelah dilakukan penebangan pohon, pembukaan hutan oleh peserta Transmigrasi pada tahun 1954. Dan, saat ini kampung Astomulyo sudah berjumlah 2.315 KK dengan total jumlah penduduk 6.712 jiwa, dengan 10 Dusun, 36 Rukun Tetangga (RT). Nama Astomulyo sendiri berasal dari bahasa jawa yang maknanya adalah Tangan Mulya.

Setali tiga uang, berkat sentuhan “tangan mulya” Asosiasi Kelompok Wanita Tani (ASKOWANI) Mulia yang digawangi oleh emak-emak hebat, mereka mampu menyulap limbah kotoran hewan ternak sapi menjadi sesuatu yang bernilai tinggi untuk keberlanjutan energi. Memberikan teladan aksi nyata merawat dan melestarikan alam adalah kontribusi sumbangan pikiran Askowani Mulya. Energi biogas, alternatif energi terbarukan adalah salah satu solusi mengurangi jejak karbon. Terobosan inovasi hijau yang dilakukan oleh emak-emak hebat ini, mungkin tidak pernah terpikirkan oleh kebanyakan para user penikmat sumber daya energi dan mineral. Bagaimana mungkin menghasilkan energi dari “sumber” yang menginjaknya dengan kaki saja membuat kita risih. Sementara disisi lain untuk menjadikannya sesuatu yang bernilai tinggi proses mengolahnya kita harus berdamai dengan segala rasa dan mengakrabinya.

Penasaran, kok bisa emak-emak dari kampung Astomulyo ini mengolah limbah kotoran hewan ternak sapi menjadi produk bernilai tinggi yakni biogas energi ramah lingkungan. Semua itu tidak luput dari peran serta dorongan akademisi Politeknik Negeri Lampung (Polinela). Pada Sabtu 22 Juni 2024 yang silam, Polinela melalui program studi Teknologi Produksi Tanaman Pangan, menggelar kegiatan Mengabdi Kepada Masyarakat berfokus pada pengelolaan limbah ternak kotoran hewan sapi agar lebih optimal di kampung Astomulyo.

Tahapan proses produksi biogas, berikut penjelasan dari berbagai sumber

 

Biogas merupakan sumber energi alternatifyang diperoleh melalui dekomposisi bahan organik oleh bakteri secara anaerob sehingga bersifat terbarukan (renewable). Teknologi biogas merupakan teknologi konversi energi yang mudah diaplikasikan, ramah lingkungan dan bahan bakunya mudah didapat. Salah satu keunggulan biogas adalah bahwa bahan baku (substrat) untuk menghasilkan biogas sangat beragam meliputi berbagai limbah pertanian secara luas (termasuk peternakan, perikanan,kehutanan) dan tanaman energi.

Selain itu substrat biogas dapat dikembangkan secara lokal. Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan salah satu jenis rumput unggul yang dapat dikembangkan sebagai tanaman energi melalui teknologi konversi biogas. Tanaman ini tumbuh subur di Indonesia dengan produksi tahunan mencapai 200 ton rumput segar perhektar. Komposisi rumput gajah mengandung karbohidrat 30,9%, protein 27,0%,lemak 14,8%, abu total 18,2%, dan serat 9,1%(berat kering). Dari komposisi tersebut rumput gajah merupakan bahan baku yang baik untuk produksi biogas. Produksi dan kandungan bahan organik yang tinggi membuat rumput gajah layak dipakai sebagai bahan baku untuk menghasilkan biogas.

Produksi biogas dari rumput gajah memerlukan sumber bakteri yang juga dapat dikembangkan secara lokal. Salah satu sumber bakteri yang biasa digunakan dalam menghasilkan biogas adalah kotoran sapi. Sapi mampu menghasilkan limbah lebih banyak dari hewan ternak lainnya. Di Indonesia, seekor sapi dapat menghasilkan kotoran segar rata-rata 7,28kg/hari. Kotoran hewan lain seperti kotoran ayam juga dapat digunakan.

Hasil penelitian sebelumnya menggunakan digester tipe batch menunjukkan bahwa penambahan rumput gajah mampu memperpanjang lama waktu produksi biogas darikotoran sapi. Penelitian menggunakan digester semi bahwa laju pembebanan (loadingrate) dan rasio C/N mempengaruhi produksi biogas dari campuran kotoran sapi dan rumput gajah. Selain itu, frekuensi pengumpanan substrat dari campuran kotoran sapi dan rumput gajah memengaruhi produksi dan kualitas biogas.

 

Energi Punya Semua

Rahmat Mirzani Djausal (RMD), Tokoh muda ketua DPD Lampung Partai Gerindra, yang memiliki komitmen tinggi untuk kemajuan daerah kelahirannya Lampung. Belum lama ini sengaja datang mengunjungi kampung Astomulyo. Lantaran perihal inovasi biogas menarik perhatiannya, dia pun merespon positif dan angkat bicara memberikan support. Kunjungannya selain ingin membuktikan melihat secara langsung, pun sekaligus memberikan apresiasi atas aksi nyata penggunaan dan produksi (skala rumah tangga) biogas energi ramah lingkungan. Menurutnya menjaga kelestarian alam adalah suatu keniscayaan demi generasi mendatang dalam upaya mendukung program target pembangunan keberlanjutan Sustainable Development Goals (SDGs).

“Melihat langsung bagaimana limbah kotoran sapi diolah menjadi sumber energi ramah lingkungan sungguh menginspirasi dan membuka wawasan baru tentang pentingnya inovasi hijau. Ibu-ibu Askowani Mulia menunjukkan dedikasi yang luar biasa dalam menjaga dan memanfaatkan lingkungan dengan bijak. Dari proses pengolahan hingga pemanfaatan biogas, setiap langkahnya mencerminkan kepedulian terhadap kelestarian alam dan keberlanjutan energi. Ini adalah contoh nyata bagaimana kita bisa berkontribusi dalam mengurangi jejak karbon dan menciptakan energi terbarukan dari sumber yang mungkin selama ini tidak terpikirkan,” kata Mirza yang dipastikan maju pada pilgub Lampung, pilkada serentak November 2024.

“Terima kasih kepada ibu-ibu Askowani Mulia atas sambutannya yang hangat dan pengetahuan berharga yang telah dibagikan. Semoga semangat dan inovasi kalian terus menginpirasi banyak orang untuk peduli dan beraksi nyata dalam menjaga lingkungan. Bersama, kita bisa menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan,” imbuh iyay Mirza sapaan akrabnya.

“Mari kita terus mendukung dan mempromosikan upaya-upaya ramah lingkungan seperti ini, untuk kebaikan alam dan generasi mendatang,” pungkas RMD. dikutip dari laman facebook @rahmat mirzani djausal.

(rusmin/bongkarpost.co.id)

 

 

Pos terkait