Anomali Cuaca Hadang Percepatan Penyelesaian Pengerjaan Jalan Provinsi

JALAN – Suasana perbaikan jalan di ruas Kalirejo-Bangunrejo, Kabupaten Lampung Tengah, medio Maret 2025 lalu. | dok Pemprov Lampung/Muzzamil

 

Bacaan Lainnya

BANDARLAMPUNG, BONGKARPOST.CO.ID — Anomali cuaca, kondisi di mana cuaca menyimpang dari pola normal atau rata-rata historis, baik berupa perubahan suhu ekstrem, curah hujan tak terduga, atau perubahan pola musim tak biasa: musim hujan tetiba kekeringan, musim kemarau tetiba hujan lebat laju banjir, seperti pada saat ini; tak ayal dan turut diakui, turut memengaruhi percepatan proses pengerjaan infrastruktur jalan provinsi di Lampung, baik yang sedang on progres pengerjaan maupun yang tengah running pengerjaan akhir.

Seperti yang terjadi pada proses pengerjaan proyek rehabilitasi (perbaikan) jalan provinsi yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2025.

Diketahui, pada tahun ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung melalui Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) setempat sedang berjuang ekstra keras merealisasikan total 52 kegiatan proyek setotal nilai Rp450 miliar tersebut, meliputi 26 paket pekerjaan yang sedang dalam proses pengerjaan, sisanya 26 paket pekerjaan yang sedang proses lelang.

Sebagaimana keterangan media, Kepala Dinas BMBK Lampung Muhammad Taufiqullah di Bandarlampung, pekan ini, khusus 26 paket pekerjaan yang sedang proses pengerjaan, didalamnya termasuk 6 ruas jalan yang telah ditetapkan sebagai bagian Program Terbaik Hasil Cepat (PTHC) alias program prioritas percepatan (Quick Win) Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal – Jihan Nurlela, notabene turut jadi salah satu hambatan atau kendala teknis di lapangan.

Dijelaskan, dari ke-26 paket pekerjaan yang proses pengerjaannya sedang running atau on progres paling sedikit di kisaran 50 persen konstruksi ini, juga termasuk ke-6 ruas jalan program prioritas Mirza-Jihan tersebut.

Pengingat, ke-6 ruas prioritas dimaksud, yaitu: ruas Bandar Jaya—Mandala, ruas Jabung—Labuhan Maringgai, ruas Kalirejo—Bangunrejo, ruas Kotabumi—Bandarlampung, ruas Metro—Tanjungkarang, ruas Pringsewu—Kalirejo.

Alhamdulillah, “Progres pengerjaan enam ruas prioritas telah di atas 50 persen, ada yang rigid beton, ada yang aspal, untuk masa kontraknya bervariasi, 4-6 bulan,” terang Kadis BMBK Lampung M Taufiqullah, yang juga Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Islam Indonesia (UII) Lampung ini.

Disebutkan, proses pengerjaan dilakukan secara cermat, prudent, sesuai SOP dan kelayakan teknis, dan tentunya bertahap. Terkait yang disebutkan terakhir, kenapa harus bertahap, yakni agar supaya tidak justru menjadi sumber kemacetan lalu lintas.

Terlebih misalnya terhadap badan jalan yang menggunakan material rigid beton atau rigid pavement (dalam Indonesia: beton kaku atau perkerasan kaku); jenis perkerasan jalan yang menggunakan beton sebagai bahan utama, baik berupa beton semen atau beton dengan tulangan, terdiri lapisan pondasi dan lapisan pondasi bawah, dan memiliki sifat kaku yang kuat sehingga dapat mendistribusikan beban lalu lintas ke lapisan-lapisan di bawahnya pun hingga ke lapisan tanah dasar secara lebih luas dan efisien.

Dikutip dari situs Universitas Bakrie, karena memiliki modulus elastisitas yang tinggi, perkerasan beton akan meneruskan beban ke bidang tanah dasar yang luas.

Di mana, komposisinya terdiri dari plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah di atas tanah dasar. Dan konstruksi jalan beton tergolong kuat, sebab memiliki modulus elastisitas yang tinggi.

Itu dia kenapa perkerasan kaku saat ini pun semakin menjadi tren alternatif pembangunan jalan tol, jalan utama atau jalan protokol multi skala (jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kabupaten atau kota), atau pun jalan dengan beban lalu lintas yang terkategori berat.

Jalan masuk pelabuhan misalnya. Atau jalan dari dan ke kawasan industri apatah lagi itu kawasan industri berikat yang butuh mobilitas dan kapasitas distribusi logistik yang tinggi.

Sebagai contoh jenis perkerasan kaku ini di antaranya meliputi perkerasan beton bersambung tanpa tulangan, perkerasan beton dengan tulangan, perkerasan beton semen menerus dengan tulangan, dan perkerasan beton semen pra-tegang.

Kelebihan jalan beton, sedikitnya ada lima. Pertama, lebih kuat dan dapat menahan beban kendaraan berat, sehingga biasanya jalan beton banyak digunakan untuk jalan tol.

Kedua, lebih tahan dengan gempuran perubahan cuaca, khususnya terhadap genangan air dan banjir. Ketiga, biaya perawatan lebih murah dibanding jalan aspal, karena relatif lebih minim perawatan.

Keempat, dapat digunakan pada struktur tanah rusak tanpa harus lakukan perbaikan terlebih dahulu. Kelima, pengadaan dan ketersediaan material lebih mudah didapat.

Ada kelebihan, ada kekurangan. Kekurangan jalan beton sedikitnya ada empat. Pertama, kualitas jalan beton sangat tergantung pada proses eksekusinya, misal pengeringan yang terlalu cepat akan menimbulkan keretakan jalan, kehalusan dan gelombang jalan juga bisa ikut berpengaruh jika eksekusinya cacat.

Kedua, biaya yang dikeluarkan di awal untuk penggunaannya pada jalan raya dengan kendaraan berkapasitas cenderung lebih mahal.

Ketiga, jika terjadi perbaikan jalan dilakukan dengan cara menumpang atau menimbun konstruksi jalan beton yang lama, sehingga akibatnya bakal menaikkan ketinggian jalan. Pernah lihat, ada jalan baru, mulus, berbahan material rigid beton, yang konturnya menjadi lebih tinggi dibanding rumah kiri-kanan jalan?

Keempat, sayangnya, jalan beton lebih licin dibanding jalan aspal ketika hujan, tak heran jika pelintas yang sedang berkendara misal di jalan tol kemudian memperlambat laju dari kecepatan kendaraannya saat hujan begitu lebatnya, sebab bilamana tidak dapat berisiko misal tergelincir atau lainnya.

Nah, merujuk penjelasan ilmiah di atas, maka tak mengherankan jika Kadis BMBK Lampung M Taufiqullah secara sahih menyebut, khusus untuk ruas jalan yang menggunakan material rigid beton akan memakan relatif lebih lama dibanding jalan aspal. Sedikitnya, 28 hari.

Mau tahu berapa ya kira-kira —kekira biaya pembangunan jalan per 1 kilometernya?

Disaripatikan dari beberapa sumber, biaya pembangunan jalan aspal per kilometer (Km) bervariasi tergantung beberapa faktor. Atau sedikitnya enam faktor: faktor jenis jalan (apakah jalan nasional, jalan provinsi, lainnya, beda spesifikasi beda anggaran biaya).

Lalu, faktor lebar jalan (makin lebar makin mahal); kondisi tanah (makin tidak stabil makin mahal); faktor lokasi (makin sulit jangkau makin bengkak biaya); faktor kualitas aspal digunakan (beda rupa beda harga); dan faktor teknik konstruksi yang dipilih.

Tetapi umumnya biaya pembangunan jalan aspal berkisar antara mulai dari Rp70 juta hingga Rp158,2 miliar per Km. Alamak! Ya, Rp158 miliar itu misal di kawasan megaproyek Ibu Kota Nusantara (IKN).

Lantas, idem jalan aspal, disaripatikan dari beberapa sumber, biaya pembangunan jalan rigid beton per Km juga bervariasi tergantung beberapa faktor. Alias, sedikitnya tujuh faktor.

Apa saja? Faktor jenis beton yang digunakan (misal beton standar, beton dengan aditif, beton khusus untuk jalan dengan beban berat, atau lainnya seperti penjelasan di atas).

Lalu, ketebalan beton (jalan dengan ketebalan beton lebih besar umumnya lebih mahal sebab butuh lebih banyak material). Lalu, lebar jalan (makin lebar makin besar volume beton dibutuhkan makin mahal). Lalu, biaya material (harga semen, pasir, batu, material lain digunakan mempengaruhi biaya total).

Lalu faktor tenaga kerja (upah buruh/pekerja), biaya pengiriman material (jarak tempuh lokasi proyek dan lokasi pengadaan material), dan biaya pembebasan lahan (bagi proyek yang memerlukan pembebasan lahan).

Ancar-ancar, berapa biaya dibutuhkan untuk bangun jalan rigid beton per Km? Umumnya sekitar Rp2,5 miliar hingga Rp30 miliar. Misal, jalan beton lebar 4 meter dan full rigid (tanpa lapisan aspal) butuh Rp2,5 miliar per Km seperti di Kabupaten Grobogan Jawa Tengah.

Atau, seperti informasi yang pernah pewarta dengar langsung dari Ketua DPRD Provinsi Lampung 2014–2019 Dedi Afrizal, medio 2017 silam. Saat itu, info dia, dari informasi yang dia dapatkan, biaya pembangunan jalan rigid beton per 1 Km untuk jalan provinsi Lampung di era kepemimpinan Ridho-Bachtiar saat itu sekitar Rp7 miliar hingga Rp8 miliar per Km.

Pembaca, mari aktif turut awasi jalannya proses pengerjaan jalan ini. Mari aktif turut doakan semoga pengerjaan berlangsung aman lancar. Mari aktif turut laporkan jika ada yang janggal di lapangan. Hindari: cuek.

Dan, terkait soal angka kemahalan atau harga keekonomian dari jalan, yang notabene urat nadi lalu lalang, urat nadi mobilitas (orang, barang, dan jasa) dan bahkan konektivitas infrastruktur berkeadilan yang dewasa ini semakin menjadi kekuatan utama bukan lagi kebutuhan alih-alih keinginan ini, berlaku prinsip: seberapapun mahal biayanya, jika dia bisa, dapat, dan mampu mendatangkan kebermanfaatan luas, maka itu akan niscaya.

Tinggal kita sebagai warga, sebagai warga negara, sebagai penduduk, sebagai rakyat pengguna jalan tersebut, bijak atau tidak. Jika kita tidak bijak misal melintasi jalan tersebut secara sadar, sengaja, terencana: melebihi tonase, ya sutra. Alamat. Cepat rusak dong.

Pewarta meyakini, Pembaca bagian bijak. (Muzzamil)

Pos terkait