Bandar Lampung, BP
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan ke III mencatatkan hasil terendah dibanding pada periode yang sama dalam 4 tahun terakhir. Capaian itu, berbanding terbalik dengan perolehan triwulan II 2018 lalu yang menjadi rekor tertinggi sejak tahun 2015 lalu.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, Yeane Irmanigrum menjelaskan, pertumbuhan ekonomi triwulan III 2018 berada di tingkat 5,19%. Hasil itu melambat dibandingkan triwulan III di tiga tahun sebelumnya.
Capaian itu diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku yang mencapai Rp88,54 triliun dan atas dasar harga konstan tahun 2010 mencapai Rp60,96 triliun.
Hasil itu dari sisi produksi dengan pertumbuhan tertinggi yang dicapai lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 12,72%, industri pengolahan 12,42%, dan penyediaan akomodasi dan makanan sebesar 11,22%.
“Berkembangnya sistem pengujian berbasis daring, seperti ujian masuk SMA, perguruan tinggi, dan CPNS memberi kontribusi besar dalam produksi informasi dan komunikasi, sehingga terdapat kenaikan paket data hingga 25%,” kata Yeane, di ruang rapat kantor BPS Lampung, Senin (5/11).
Sementara pada pengeluaran, penyumbang tertinggi diberikan dari komponen pengeluaran konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT) sebesar 19,62%, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 10,68, dan pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT) 3,93.
Menurutnya, adanya peningkatan aktivitas partai politik dalam pendaftaran calon legislatif, lembaga sosial dalam penggalangan dana untuk bantuan bencana di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tengah, serta lembaga keagamaan dalam peringatan hari besar keagamaan mendorong pertumbuhan konsumsi LNPRT.
“Untuk PMTB meningkat dari realisasi pengadaan semen, impor batang modal, san bantuan pusat untuk pembangunan SMA/SMK di seluruh kabupaten/kota. Sementara PKRT, karena konsumsi makanan jadi dan peningkatan pengeluaran untuk transportasi,” ujarnya. (red)