Lampung Timur, BP.id
Sekretaris Daerah Kabupaten (Setdakab) Lampung Timur (Lamtim), Syahruddin Putra akan menyampaikan laporan kepada Bupati Lampung Timur terkait terbengkalainya sejumlah rumah dinas (rumdis), di depan awak media online dan cetak, Jum’at (31/1/2020) di ruang kerjanya. Selain itu, ia juga akan memberikan himbauan kepada sejumlah Kepala Organisasi Peringkat Daerah (OPD).
“Perihal ini menjadi catatan serius bagi saya untuk segera disampaikan kepada Pak Bupati. Saya juga akan memberikan himbauan untuk semua OPD,” imbuh Syahruddin Putra.
Ternyata terbengkalainya rumah dinas itu terindikasi terjadi sejak awal pertama kali dibangun tahun 2001 pada saat kepemimpinan Bupati Lampung Timur dijabat oleh Irfan Nuranda Ja’far.
Perihal itu diutarakan oleh Zainal Abidin pada Kamis, (23/1/2020) pukul 14.00 WIB selaku tokoh Adat Sukadana dengan gelar Suttan Paku Alam menyikapi ada sejumlah rumah dinas tak berpenghuni.
“Ngomongin rumah dinas terbengkalai itu sejak jaman Irfan, Satono memang sudah tidak terawat. Jaman Erwin juga tidak digunakan sampai sekarang,” kata Zainal.
“Jadi banyak permasalahan yang ingin saya sampaikan, kalau kita mau bicara keseluruhan secara umum, Kabupaten Lampung Timur ini jauh tertinggal daripada kabupaten lain,” kata dia.
“Begitu memasuki Kabupaten Lampung Timur mulai dari Desa Gedung Dalem sudah ada taman maskot. Memasuki area wilayah kota istilahnya, ketemu tugu selamat datang di Desa Raja Basa, aturannya dari tugu sampai disini sudah ada trotoarnya,” jelasnya.
“Lampu penerangan jalan umum banyak yang tidak berfungsi, tiang listrik eks KLP masih mengganggu itu harus dibongkar. Tiang KLP waktu pemasangan tidak ada pengontrolan dari Pemda, buktinya tiap tiang miring, semua condong,” tegas tokoh adat itu.
“Kabel jaringan PLN semerawut mohon dibenahi, liat kabel banyak yang simpang siur di jembatan, itu keindahan kota, selain keindahan kebersihan juga perlu,” tandasnya.
“Perawatan Pemda termasuk rumah dinas itu kemana, kesimpulannya kebersihan tidak ada. Seluruh pintu gerbang mestinya mewah, termasuk di Desa Sukadana Tengah, Nyampir dan Desa Muara Jaya dibuat megah. Jadi tunjukkan ke setiap yang datang berkunjung ke Lampung Timur,” paparnya.
“Termasuk pintu gerbang Pemda itu saya yang minta tapi tidak difungsikan, itu mestinya dijaga, tapi ternyata tidak, apa kendalanya,” urainya.
“Kantor – kantor di komplek Pemda rata-rata ada musholla, saya bukan tidak suka, tapi tidak bagus semua ada musholla. Sedangkan di depan gedung Pusiban itu sudah ada masjid tapi tidak difungsikan,” ujarnya.
“Setiap dinas dibuatkan musholla, sebetulnya bukan tujuan tempat untuk ibadah, tapi karena tujuan mereka (diduga) untuk menghabiskan dana. Semestinya, empat atau lima dinas cukup dibuat satu musholla”.
“Di kantor ini memang sudah ada, untuk apa lagi buat disampingnya, hampir seluruh dinas ada musholla. Karena mereka supaya enak keluarkan anggarannya saja, itukan tidak tepat,” tandasnya.
“Kesimpulannya, Kabupaten Lampung Timur tertinggal jauh, lagi berbenah, seperti taman yang ada, semestinya memang sudah lama. Pasar kita tidak berfungsi, tolong dihidupkan dimalam hari, dikoordinir oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Pasar Sukadana kalau di malam hari gelap,” paparnya.
“Pejabat Lampung Timur dulu sudah mau ngurus taman wisata Beringin tapi sampai sekarang tidak ada ceritanya, begitu pula taman di Sukadana Ilir,” pungkasnya.
Tokoh adat sekaligus tokoh masyarakat Sukadana juga pernah menyoroti dan menyampaikan persoalan tersebut kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur, pada 14 Maret 2016 silam. (fadli)