Jakarta, BP
Mulai 20 Januari 2025, diselenggarakan Pelatihan Teknis Luar Negeri JICA 1 “Cyber Defense Exercise” di Jakarta. Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari Indonesia, Kamboja, dan Filipina.
Dalam pelatihan ini, para peserta dibagi menjadi dua grup, yaitu tim Merah/tim instruktur yang memiliki tugas latihan untuk menyerang sistem yang dibangun di ruang virtual menggunakan metode yang biasa digunakan di dunia nyata.
Grup kedua adalah tim Biru/tim peserta, yang mana grup ini memiliki tugas latihan untuk melindungi sistem. Melalui kombinasi latihan ini, peserta diharapkan mendapatkan keterampilan pertahanan sistem yang praktis.
Pelatihan Tim Merah dirancang untuk melatih instruktur yang dapat merancang, membangun, dan mengimplementasikan latihan di kemudian hari di negara masing-masing. Sedangkan, pelatihan Tim Biru dirancang untuk memberikan pertahanan dari serangan siber yang dikembangkan oleh Tim Merah.
Pelatihan ini dilakukan bekerja sama dengan kerja sama teknis JICA untuk keamanan siber 2 untuk Indonesia,
Kamboja, dan Filipina.
Adapun Jadwal Latihan :
* Tim Merah, 20 Januari hingga 31 Januari 2025.
*Tim Biru, 24 Februari hingga 27 Februari 2025 (khusus bagi Indonesia)
Pelaksanaan untuk Kamboja dan Filipina dijadwalkan di bulan Maret, dengan tujuan untuk meningkatkan keamanan sistem dan jaringan informasi di setiap
negara dan wilayah dengan memperkuat langkah-langkah keamanan siber di Indonesia, Kamboja, dan Filipina. Khususnya, untuk merancang latihan pertahanan serangan siber dan melatih praktisi, memperkuat kemampuan teknis masing-masing negara, dan membangun sistem keamanan yang
berkelanjutan.
Anggota tim Merah terdiri dari 8 peserta dari Indonesia, 5 peserta dari Kamboja, dan 4 peserta dari Filipina. Yang mana, di ketiga negara ini sedang berlangsung kerja sama teknis JICA terkait
keamanan siber.
Dua skenario latihan yang akan dipraktekkan dalam pelatihan ini dengan skenario serangan siber.
– Skenario 1: Layanan web yang menjadi sasaran serangan siber dan kebocoran informasi database.
– Skenario 2: Serangan penyusupan terhadap intranet perusahaan atau organisasi sehingga.menyebabkan kebocoran informasi rahasia ke luar.
Saat ini masyarakat sangat bergantung pada teknologi digital. Tahun lalu, serangan siber terhadap Pusat Data Nasional (PDN) Indonesia mengganggu sistem imigrasi dan menyebabkan
kegagalan sistem beberapa instansi pemerintah.
Dalam beberapa tahun terakhir, risiko serangan siber dan kebocoran informasi telah meningkat sebanding dengan semakin besar ketergantungan kita terhadap teknologi informasi dan komunikasi.
Serangan siber dapat memberikan dampak signifikan terhadap kehidupan warga dan kegiatan ekonomi yang sangat besar, dan keamanan nasional juga terancam. (tk/rls)







