BI Lampung: Provinsi Lampung Ibarat Raksasa yang Tertidur

BI Lampung: Provinsi Lampung Ibarat Raksasa yang Tertidur

Bongkar Post

Bacaan Lainnya

Bandar Lampung,

Provinsi Lampung memiliki potensi ekonomi yang luar biasa, namun sejauh ini potensinya belum sepenuhnya tergali.

Menurut Senior Ekonom Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung, Dr. Fiskara Indawan, Provinsi Lampung ibarat “raksasa yang tertidur”. Pernyataan ini ia sampaikan dalam diskusi publik bertema “Energi dan Investasi Seimbangkah?” yang diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Lampung di Hotel Horison, Bandarlampung, Kamis (5/12/2024).

Fiskara menjelaskan, meskipun data menunjukkan Lampung memiliki potensi yang besar dalam berbagai sektor, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita provinsi ini masih jauh tertinggal dibandingkan dengan provinsi lain di Sumatera, bahkan di luar Pulau Jawa.

“Berdasarkan data kami, Lampung ini seperti raksasa yang tertidur. Potensinya besar sekali, bahkan setelah Pulau Jawa, Lampung memiliki potensi ekonomi yang terbesar. Namun, kenyataannya, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapitanya masih jauh tertinggal dibandingkan provinsi tetangga,” ungkap Fiskara.

Fiskara juga menyoroti struktur ekonomi Lampung yang masih sangat bergantung pada sektor pertanian. Ia mengungkapkan, selama hampir 25 tahun terakhir, sektor pertanian menjadi satu-satunya penggerak utama perekonomian di Lampung, yang berakibat pada laju pertumbuhan ekonomi yang stagnan, berkisar antara satu hingga dua persen per tahun.

“Jika dilihat dari sisi struktur ekonomi, Lampung saat ini masih mengandalkan sektor pertanian yang belum berkembang secara maksimal. Ini yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi kita masih rendah. Padahal, sumber pertumbuhannya sangat banyak,” paparnya.

Menurut Fiskara, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, perlu ada transformasi dari ekonomi primer yang mengandalkan pertanian ke sektor industri.

Provinsi Lampung sendiri memiliki berbagai komoditas industri yang sangat potensial, seperti tepung, komoditas ubi, dan singkong. Selain itu, sektor-sektor lainnya juga harus didorong untuk berkembang lebih lanjut.

“Lampung sebenarnya memiliki sektor industri yang luar biasa. Banyak komoditas yang bisa dikembangkan, seperti tepung, ubi, singkong, dan lainnya. Kami yakin, jika sektor-sektor ini dimaksimalkan, Lampung bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 9 persen,” tambah Fiskara.

Tak hanya itu, Fiskara juga menjelaskan bahwa nilai ekonomi Provinsi Lampung sangat fantastis, mencapai sekitar Rp500 triliun.

Bahkan, ia memprediksi bahwa pada tahun 2045, nilai ekonomi Lampung bisa mencapai angka yang jauh lebih besar, yakni Rp2.000 triliun.

“Ekonomi Lampung saat ini tumbuh sekitar 10 triliun setiap bulan. Ini menunjukkan bahwa potensi ekonomi di Lampung sangat besar. Jika dikelola dengan baik, pada tahun 2045, nilai ekonominya bisa mencapai Rp2.000 triliun,” ujarnya.

Fiskara juga menekankan pentingnya meningkatkan investasi di Lampung untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Salah satu caranya adalah dengan menarik investor luar daerah dengan membangun infrastruktur yang lebih baik.

“Potensi Lampung sangat besar. Banyak komoditas yang merupakan yang terbesar di Sumatera. Untuk meningkatkan nilai investasi di Lampung, kami perlu menarik investor dengan menyediakan infrastruktur yang lebih baik dan mendukung iklim investasi yang kondusif,” tutup Fiskara.(*)

Pos terkait